Maret 06, 2020
0


www.idntimes.com


TATA CARA PENULISAN


A. Bahan dan Ukuran


Bahan dan ukuran mencakup naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada sampul, dan ukuran.
1.      Naskah
Naskah dibuat diatas kertas HVS 80 gram dan tidak bolak balik.
2.      Sampul
Sampul dibuat dari kertas buffalo atau sejenis dan diperkuat dengan kertas karton dan dilapisi dengan plastik (hard cover). Tulisan yang tercetak pada sampul sama dengan yang terdapat pada halaman judul. Pada sisi samping dituliskan nama penulis, judul skripsi, dan tahun.
3.      Warna Sampul
      Warna sampul  adalah biru tua.
4.      Ukuran
      Ukuran halaman adalah 21,5 cm x 29,5 cm (ukuran kuarto /A4).

B. Pengetikan


1.      Naskah laporan skripsi diketik dengan jarak 2 spasi.
2.      Huruf yang digunakan jenis Times New Roman (ukuran 12 point) atau ekuivalen dengannya.
3.      Pengetikan seluruh naskah menggunakan jenis dan ukuran huruf yang sama.
4.      Lambang-lambang, huruf, atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik harus ditulis rapi dengan menggunakan tinta hitam.
5.      Teknik penyajian angka dan satuan
Jika kalimat dimulai dengan angka, angka tersebut harus ditulis dengan huruf.
a.        Satuan ukuran yang tidak didahului dengan angka harus ditulis utuh.
b.      Simbol atau singkatan tidak boleh diawal kalimat.
c.       Tanda persen (%) digunakan jika didahului oleh angka.
6.       Batas tepi
Batas tepi pengetikan dihitung dari tepi halaman dan diatur sebagai berikut:
a.        Tepi atas 4 cm
b.      Tepi bawah 3 cm
c.       Tepi kiri 4 cm
d.      Tepi kanan 3 cm
7.      Gambar, tabel, persamaan atau rumus yang ditonjolkan ditulis simetris terhadap tepi kiri dan kanan.
8.      Pengetikan isi teks
Halaman naskah harus diisi penuh. Artinya, isi teks diketik dari batas tepi kiri sampai batas tepi kanan. Alinea dimulai pada jarak 1kali tab (lima sampai tujuh huruf) dari tepi kiri.




C.    Penomoran

1.      Halaman
a.       Bagian awal laporan, mulai dari halaman judul sampai ke lambang dan singkatan diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil dan ditulis di bagian bawah tengah (center).
b.       Bagian utama dan bagian akhir mulai dari pendahuluan sampai halaman terakhir diberi nomor halaman dengan menggunakan angka Arab.
c.        Nomor halaman dengan angka Arab ditempatkan disebelah kanan atas, kecuali kalau ada judul bab. Untuk halaman yang demikian, nomor halamannya ditulis di tengah bawah.
d.       Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas atau bawah.
2.      Tabel dan gambar diberi nomor urut dengan angka Arab.
Jika dalam lampiran terdapat tabel dan gambar maka penomoran tabel dan gambar dimulai dari 1 dengan tambahan kata tabel lampiran 1 atau gambar lampiran 1
4.  Tabel dan gambar
a.       Tabel.
·         Nomor tabel yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Semua kata dalam judul tabel dimulai dengan huruf besar, kecuali kata penghubung dan kata depan.
·         Tabel tidak boleh dipenggal kecuali kalau memang panjang sehingga tidak mungkin diketik dalam satu halaman.
·         Halaman lanjutan tabel dicantumkan nomor tabel dan kata lanjutan tanpa judul.
·         Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara yang satu dengan yang lain cukup tegas.
·         Jika tabel lebih lebar dari ukuran lebar kertas sehingga harus dibuat memanjang, maka bagian atas tabel harus diletakkan di sebelah kiri kertas.
·         Tabel yang lebih dari dua halaman atau yang harus dilipat, ditempatkan pada lampiran.
b.      Gambar.
·         Gambar, grafik, peta, dan foto semuanya disebut gambar (tidak dibedakan).
·         Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan simetris di bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik. Penulisan judul gambar sama dengan penulisan judul tabel.
·         Gambar tidak boleh dipenggal.
·         Jika gambar dilukis melebar sepanjang tinggi kertas, maka bagian atas gambar harus diletakkan di sebelah kiri kertas.
·         Ukuran gambar (lebar dan tingginya) diusahakan supaya sewajarnya (tidak terlalu kurus atau terlalu gemuk).
·         Letak/posisi gambar di tengah (center).


D.          Pemakaian Bahasa


1.      Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang benar dan baik dengan menggunakan peraturan ejaan yang berlaku (EYD).
2.      Istilah asing yang belum adapadanan kata Indonesia dicetak miring.

E.     Teknis Pengetikan

1. Bagian-Bagian Besar Karangan
a.       Setiap bagian besar (pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar ilustrasi, pendahuluan, bab, daftar kepustakaan, lampiran ) harus dimulai pada halaman bani.
b.       Judul bagi setiap bagian besar diketik dengan huruf besar di tengah halaman.
c.       Ruang tepi atas untuk bagian besar karangan ialah 12 spasi tunggal atau 6 spasi ganda
d.       Judul yang lebih panjang dari 48 ketukan harus dibagi sehingga menjadi dua baris atau lebih dengan bentuk pyramid terbalik.
e.       Jarak antara tiap baris judul ialah dua spasi tunggal
f.        Nomor bab, Judul bab, dan judul yang lain tidak diakhiri dengan tanda baca (titik atau lain).
g.       Angka-angka dan huruf di dalam garis besar tidak ditulis di dalam uraian.
2. Bagian-bagian Kecil Karangan
a.       Apabila suatu bab dibagi ke dalam bagian-bagian kecil maka setiap bagian kecil itu harus mempunyai judul yang ditulis menurut petunjuk di bawah ini.
b.       Bagian pertama sesudah judul bab ditulis di tengah halaman dengan huruf besar bagi huruf pertama dari setiap kata penting dan digarisbawahi. Judul bagian pertama diletakan tiga spasi tunggal di bawah judul bab atau uraian yang mendahuluinya untuk bagian pertama.
c.       Bagian kedua sesudah judul bab dituliskan di tengah halaman dengan huruf besar bagi huruf pertama dari tiap kata penting dan tidak digarisbawahi. Judul bagian kedua diletakan dua spasi tunggal dibawah judul bagian pertama atau uraian yang mendahuluinya.
d.       Bagian ketiga sesudah judul bab ditulis di sebelah kiri halaman persis pada batas ruang tepi kiri dengan mempergunakan huruf besar bagi huruf pertama dari tiap kata penting dan digarisbawahi. Judul bagian ketiga diletakan dua spasi tunggal dibawah judul bagian kedua atau uraian yang mendahuluinnya.

e.       Bagian keempat sesudah judul bab dituliskan disebelah kiri halaman persis pada batas ruang tepi kiri dengan mempergunakan huruf besar bagi huruf pertama dari tiap kata penting. Judul bagian keempat diletakan dua spasi tunggal di bawah judul bagian ketiga atau uraian yang mendahuluinya, tanpa digarisbawahi.


f.        Bagian kelima sesudah judul bab dituliskan pada permulaan alinea baru sesudah diindensi delapan ketukan dengan menggunakan huruf pertama, digarisbawahi dan diakhiri dengan sebuah titik. Spasi antara alinea itu dengan alinea lain sama seperti biasa, yaitu spasi ganda.



BAB IV
MEMBACA TINGKAT KEDUA
Membaca Inspeksional
Petunjuk-Petunjuk Umum
Penyelidikan Sepintas
Bacalah Sampul Buku
Keterangan Sampul. Marilah kita kembali ke situasi dasar. Anda mempunyai sebuah buku atau bahan

Judul diketik seperti contoh berikut:








3.  Bilangan dan Cara Menulis
a.       Semua bilangan dari satu sampai sepuluh harus ditulis dengan huruf. Misalnya satu, lima, sembilan, sepuluh, tidak boleh ditulis 1, 5, 9,10.
b.       Bilangan-bilangan kelipatan sepuluh , seratus dan seribu ditulis dengan huruf, seperti tiga puluh, dua ratus, tiga ribu.
c.       Bilangan pecahan seperti setengah, seperempat, sepersepuluh, seperseratus ditulis dengan huruf kecuali bilangan itu menjadi bagian dari bilangan yang lebih besar, misalnya 57 1/4 .
d.       Ketentuan ketentuan di atas tidak berlaku untuk nomor rumah, tanggal, nomor kutipan, bilangan-bilangan di dalam tabel, decimal, nomor jalan nomor telepon dan sebagainya.
e.       Suatu kalimat baru sama sekali tidak boleh dimulai dengan angka walaupun angka itu nomor rumah, tanggal, tahun, jumlah uang atau lain-lain. Kalimat harus ditulis tidak mulai dengan angka. Angka tersebut. Harus ditulis dalam bentuk huruf bila dipakai pada permulaan kalimat.
f.        Bilangan yang terdiri dari empat atau lebih angka ditulis dengan memberikan salah satu titik untuk menyekat ribuan dan jutaan. Misalnya 3.250, 543.340, 10.400.500.
g.       Bilangan-bilangan persentasi boleh dituliskan dengan angka arab jikalau lebih dari sepuluh. Misalnya, 13 persen, 75 persen dan sebagainya. Kata persen tidak boleh diganti dengan simbol"%".
h.       Angka yang menunjukan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagiannya lebih mudah dibaca. Misalnya, 250 juta.
i.        Jika suatu kalimat menyebut beberapa bilangan secara berurutan yang sebagian melebihi sepuluh (10 ) dan sebagian kurang dari sepuluh (10 ), maka semua bilangan tersebut harus ditulis dengan memakai angka.
4.   Catatan Keterangan/ Footnote
a.       Nomor-nomor petunjuk itu diketik pada permulaan catatan dan mundur delapan ketukan dari garis tepi kiri.
b.       Angka untuk nomor itu diketik setengah spasi lebih tinggi dari baris catatan keterangan. Angka itu diketik tanpa spasi atau titik antara angka dan catatan keterangan tersebut.
c.       Catatan keterangan yang merupakan penunjukan sumber (referensi) mengandung unsur-unsur: Nama Pengarang, Judul, Data Publikasi (Tempat Publikasi, Nama Penerbit, Tahun Penerbit), Jilid dan Nomor Halaman. Unsur itu sama dengan unsur daftar kepustakaan (Bibliografi) hanya susunannya berbeda.
d.       Catatan keterangan / footnote diketik seperti contoh berikut: (lihat aturan Turabian untuk lengkapnya)

2Slamet Soeseno, Teknik Penulisan Ilmiah-Populer (Jakarta: PT Gramedia, 1980), 50.
3S. Nasution dan. M. Thomas, Buku Penuntun Membuat Disertasi thesis skripsi report paper (Bandung: C. V. Jemmars, 1980), 51.
4C. H. Jolinston et al., The Modern High School (New York: Charles Scribner's Sons, 1914), 52.
Cara Membuat Catatan Keterangan Untuk Buku-buku
e.       Satu Pengarang
'Slamet Soeseno, Teknik Penulisan Ilmiah-Populer (Jakarta: PT Gramedia, 1980), 50.
f.        Dua atau Tiga Pengarang
2S. Nasution dan M. Thomas, Buku Penuntun Membuat Disertasi Thesis Skripsi Report Paper (Bandung: C. V. Jemmars, 1980), 52.
g.       Empat atau lebih pengarang (singkatan et al.)
3C. H. Jolinston et al., The Modem High School (New York: Charles Scribner's Sons, 1914), 52.
h.       Karangan oleh lembaga, perkumpulan dan sejenisnya
4Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975), 53.
i.        Pengumpulam redaksi (penyadur, editor, Dired. Oleh)
5Harimurti Kridalaksana, "Pembentukan Istilah Ilmiah dalam Bahasa Indonesia, "Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Indonesia Bani, Dired. Oleh Lukman AU (Jakarta: Gunung Agung, 1967), 54.
6J. N. D. Anderson, ed,, The World's Religions (London; Inter-Varsity Fellowship, 1950), 55.
j.        Buku yang diterjemahkan (singkatan: Dit. Oleh)
7Tim LaHaye, Mempelajari Alkitab Secara Praktis, Dit. Oleh Junny J. Suliman (Bandung: Kalam Hidup, 1979), 56.
k.       Tidak ada nama pengarang
8Buku Upacara-Upacara Masehi (Bandung: Kalam Hidup, [t. th.], 57.
l.        Tidak ada tempat penerbitan (singkatan [t.t])
9H. W. F. Stellwag, Kesitkaran-Kesukaran Dalam Pendidikan ([t.t]: C. V. Jemmars, [t. th.], 58.
m.     Nama penerbit tidak ditulis (singkatan [t.p])
10D. Van Dijik, et al., Pengarang Agama Kristen (Bandung: [t. p.], 1950), 52.
n.       Tahun penerbitan tidak ditulis (singkatan [t. th.])
nRobert F. Mager dan Peter Pipe, Analyzing Performance Problems or 'You Really oughta Warna' (Belmont: Fearon Publisher Inc., [t.th.], 60.
o.       Dicetak sendiri oleh pengarang
12N. A. Ametembun, Metode Pengajaran Berprograma (Bandung: Oleh Pengarang, 1973), 61.

p.       Buku yang termasuk suatu seri
13S. Kruyt, Pendidikan Seksuil, Seri Keluarga Sejahtera, Nomor 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), 62.
q.       Edisi yang mengalami perubahan
14Gorys Keraf, Komposisi, Perubahan (Ende: Nusa Indah, 1980), 64.
 15H. A.GleasonM» introduction to Descriptive Linguistics, rev. ed. (New York : Holt, Rinehart and winston, 1960), 64.
r.        Beberapa jilid
16Avery Willis, Perkembangan Gereja^ 2 jilid ( Semarang: Seminari Theologia Baptis Indonesia, 1976 ), 1 : IV-1.
Cara membuat Catatan keterangan untuk ensiklopedia
s.        Artikel dari Ensiklopedia yang nama pengarang tertulis
17W. M. Foley, "Adultery ( Christianity )," Encyclopedia Of Religion AndEthics, 1:131.
t.    Artikel dari Ensiklopedia yang nama pengarang tidak tertulis
18       "Arianisme," Ensiklopedia Umum, 1979, 79.
19       "Baptis, Baptisan," Ensiklopedia Alkitab Praktis, edisi kedua, 1978, 29.
Cara membuat catatan keterangan untuk majalah
·         Urutan unsur pokok dari majalah atau yang harus muncul dalam catatan keterangan adalah (1) nama penulis; (2) Judul tulisan; (3) nama majalah; (4) bulan dan tahim penerbitan; dan (5) nomor halaman yang dikutip
21Endah N. Notodirjo, "Bimbingan di Panti Asuhan," Gema Bimbingan, nomor 1,1979, 25.
22 Mochtar Naim, "Mengapa Orang Minang Merantau?," Tempo, 31 Januari 1975, 36.
Cara membuat catatan keterangan untuk journal
·         Urutan unsur pokok dari jurnal yang harus muncul dalam catatan keterangan adalah (1) nama penulis; (2) judul Misan; (3) nama journal: (4) nomor penerbitan - jika ada (5) bulan dan tahun penerbitan; dan (6) nomor halaman yang dikutip.

20W.R.Estep, " The Anabaptis View Of Salvation," Southwesteren Journal Of Theology, 20 ( spring, 1978 ): 47.
Cara membuat catatan keterangan untuk surat kabar
·         Catatan keterangan dari surat kabar mempunyai unsur (1) nama surat kabar; (2) tanggal, bulan dan tahun penerbitan; (3) bagian - jika ada; (4) nomor halaman.
23Pikiran Rakyat, 25 januari 1977, 2 .
Cara membuat catatan keterangan untuk tesis dan disertasi yang belum diterbitkan
24Martinah Prodjo Witjokro, "Restorasi Meiji dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Di Djepang " (Skripsi Sarjana, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jogjakarta, 1968), 44.
Cara membuat catatan keterangan untuk bahan yang tidak diterbitkan
25Abas, "Kebaktian Umum Sana-Sini," Paper Yang Disampaikan Dalam Persekutuan Pendeta Baptis Semarang, Semarang 11 Mei 1977.
Cara Membuat catatan keterangan untuk laporan rapat yang tidak diterbitkan
26Lembaga Kebudayaan Kristen Indonesia, "Laporan Musyawarah Nasonal Kebudayaan Kristen," Jogjakarta, 1964, hlm 10-11. (Stensilan).
Cara membuat catatn keterangan untuk laporan yang diterbitkan
11 Laporan dari Panitia Kepada Badan Pengurus Lengkap Gabungan Gereja Kristen, Markus Nasrani, Ketua (Semarang: Badan Penerbit Gereja Kristen, 1950 ), 2.
Cara membuat catatan keterangan untuk pernyataan lisan yang direkam
28Eddy Wiriadinata, Dekan Fakultas Seminari Theologi Baptis Indonesia, "Pidato Pembukaan Seminari Theologia Baptis Indonesia Program Kampus," Semarang, Jawa Tengah, 16 Juli 1979.
Cara membuat Catatan keterangan Untuk wawancara
29Raymon Bellour, " Hypnosis," Wawancara Oleh Bambang Sutarman, Rekaman, Semarang, Indonesia, 26 Juli 1988.
Cara membuat catatan keterangan untuk seri atau rangkaian karya
30Luri Callinicos, Workers On The Rand, A Peoples History Of South Africa, Vol. 2 (Athens, Ohio: Ohio University Press, 1985 ), 48.
31William M. Thackeray, The Complete Works (Boston, 1899), voli3, The English Humorists, 121.
Cara Membuat Catatan Keterangan Untuk Kutipan Buku Sumber Kedua
32Hart P. Kelly, Education For What is Real (New York: Harper & Row, 1947). Dikutip dalam Edward Krug, Curriculum Planning, (New York: Harper & Row, 1950), 15.
Cara Membuat Catatan Keterangan Untuk Kutipan Dari Kitab Suci
·         Catatan Keterangan untuk kutipan dari Kitab Suci sbb: "Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23).

·         Singkatan untuk nama Kitab-kitab dari Alkitab harus sesuai dengan daftar "pengantar pada catatan" yang ada di bagian muka Alkitab Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia.
Cara Membuat catatan keterangan dengan sumber yang dikutip lebih dari satu kali
·         Apabila sumber kutipan baru untuk pertama kali muncul di dalam teks, catatan keterangan harus dituliskan dengan lengkap.
        Apabila sumber yang dikutip untuk kali yang kedua, ketiga dan seterusnya di dalam teks skripsi, catatan keterangan dituliskan secara singkat saja. Singkatan itu dipakai walaupun catatan keterangan pertama tidak dituliskan pada halaman yang sama.

·     Singkatan Ibid. dipakai tanpa menyebut nomor halaman apabila catatan keterangan yang kedua dan seterusnya tidak diselingi dengan catatan keterangan dari sumber lain dan bila kutipan kedua berasal dari halaman yang sama. Istilah Ibid. adalah singkatan dari bahasa Latin Ibidem yang berarti pada tempat yang sama.

·         Contoh kutipan yang berasal dari sumber dan halaman yang sama yang dikutip sebelumnya tanpa diselingi oleh sumber lain.
33Komaruddin, Metode Penulisan Skripsi dan Tesis (Bandung: Angkasa, 1982), 65.
34Ibid.
·         Apabila sumber kutipan adalah sama tetapi halaman lain, singkatan Ibid. dan nomor halaman untuk catatan keterangan yang kedua dan seterusnya.

·         Contoh kutipan yang berasal dari sumber yang sama tetapi halaman lain tanpa diselingi oleh sumber lain.
35Komaruddin, Metode Penulisan Skripsi dan Tesis (Bandung: Angkasa, 1982), 65.
36Ibid. 99.
·        Apabila catatan keterangan kedua untuk pengarang yang sama diselingi dengan catatan keterangan untuk pengarang yang lain, maka urutan unsur bagi catatan keterangan ialah: nama akhir pengarang, singkatan judul sumber," dan nomor halaman.

·        Contoh sumber yang dikutip sebelumnya tetapi diselingi oleh kutipan-kutipan lain pada halaman yang sama atau halaman yang lain.

Marge Worten, Pedoman Menjadi Pelayan Tuhan, berdasarkan Injil Lukas (Semarang: Seminari Theologia Baptis Indonesia, 1976), III-7.

Djago Tarigan, Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya (Bandung: Angkasa, 1987), 30.
39Marge Worten, Siapakah Rohulkudus 7/w?_(Semarang: Seminari Theologia Baptis Indonesia, 1974), V-3.
40Worten, Pelavan Tuhanv VII-8.
·         Apabila catatan keterangan kedua yang berasal dari pengarang yang sama tetapi yang diselingi dengan catatan keterangan dari pengarang yang lain maka urutan unsur dari catatan keterangan ialah: nama akhir pengarang dan nomor halaman.

41Mark Worten, Pedoman Menjadi Pelayanan Tuhan, Berdasarkan Injil Lukas (Semarang: Seminari Theologia Baptis Indonesia, 1979),. III-7.
42Djago Tarigan, Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya, (Bandung: Angkasa, 1987),. 30. 43Worten,. VII-8.
Cara Membuat Catatan Keterangan untuk penunjukan ke halaman lain (Cross-Reference)
·        Bila penulisan ingin menunjukkan bagian lain di dalam uraian, nomor penunjuk akan ditulis di dalam uraian sama seperti catatan keterangan lain.

·        Pada halaman catatan keterangan akhir, suatu catatan seperti di bawah ini akan diketik
44Lihatlah. 31-35.
5. Daftar Pustaka
Fungsi Daftar Kepustakaan
a.       Daftar Kepustakaan bermaksud memberikan daftar dari semua sumber yang dipergunakan untuk membuat disertasi. Melalui daftar itu pembaca dapat mengetahui keseluruhan sumber yang digunakan oleh peneliti. Dari daftar itu pula pembaca yang ahli segera dapat menduga mutu pembahasan dalam skripsi.

Bentuk Daftar Kepustakaan
b.           Kepala Halaman, DAFTAR KEPUSTAKAAN, diketik di tengah kertas 12 spasi dari tepi atas kertas, dengan huruf besar.
c.          Jarak catatan kepustakaan yang pertama dengan kepala halaman ada 3 spasi.
d.         Masing-masing kepustakaan dituliskan dengan jarak baris 1 spasi tunggal.
e.          Jarak antara masing-masing kepustakaan adalah spasi ganda.
f.          Huruf pertama dari baris pertama setiap kepustakaan diketik tepat pada garis kiri tanpa indensi.
g.         Baris kedua dan selanjutnya dari setiap kepustakaan diketik dengan indensi delapan ketukan huruf.
h.         Daftar kepustakaan yang memuat lebih dari duapuluh lima sumber perlu digolongkan menurut jenis sumber-sumber itu: buku, majalah, joumal, dan sebagainya.
i.           Unsur yang harus dimasukkan dalam sebuah daftar kepustakaan: (1) nama pengarang; (2) judul buku; (3) data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid; (4) untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
j.          Urutan data publikasi adalah: tempat publikasi, penerbit dan penanggalan. Apabite ada banyak penanggalan, maka dipergunakan tahun yang terakhir.
k.        Tanda titik dipergunakan sesudah tiap kata keterangan: sesudah nama pengarang, sesudah judul buku, sesudah penanggalan publikasi.
l.          Tanda titik dua dipergunakan sesudah tempat terbit, serta tanda koma sesudah nama terbit.
       Nama penulis. Judul tulisan. Tempat penerbitan: badan penerbit, tahun penerbit.
Susunan Daftar Kepustakaan
a.          Nama penulisan disusun menurut abjad. Nama-nama pengarang harus dibalikkan susunannya yaitu: nama keluarga, nama kecil. Nama-nama cina tidak perlu dibalik, karena selalu dimulai dengan nama keluarga.
b.         Nama akhir (nama keluarga) pada nama-nama inisial sangat sukar karena sering tidak ada. Sebagai patokan ambil nama yang umumnya dikenal orang banyak. Misalnya Bpk. Wirdjono Prodjodikoro dikenal sebagai Prodjodikoro.
c.          Jika penulis menulis lebih dari satu karya, karya-karya itu disusun berurutan dan nama penulisnya untuk karya yang kedua dan selanjurnya tidak dituliskan, melainkan diganti dengan satu garis yang tak terputus sepanjang delapan ketukan. Garis itu dimulai dari tepi kiri ketikan. Garis itu merupakan pengganti nama dan diikuti oleh tanda titik.
d.         Jika buku itu disusun oleh sebuah komisi lembaga, nama komisi atau lembga itu dipakai menggantikan nama pengarang.
e.          Jika tidak ada nama pengarang, maka urutannya harus dimulai dengan judul buku. Untuk judul didalam bahasa Inggris, Jerman atau perancis kata sandang  ( A,An,The, Het, Das, Die, Le, La, dsb ) Tidak diperhitungkan bila judul disusun menurut abjad. Jadi kata berikutnya yang harus diperhitungkan untuk penyusunan daftar kepustakaan.
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Buku-Buku

a.   Satu pengarang
Soeseno, Slamet. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: PT Gramedia,1980.

b.  Dua atau tiga pengarang
Nasution, S. dan Thomas, M. Buku Penuntun Membuat Desertasi Thesis Skripsi Report Paper. Bandung: C.V. Jemmars, 1980.
c.   Empat atau lebih pengarang (singkatan et al.)
Jonatan, C. H., et al. The Modern High School. New York: Charles Scibner's Sons, 1914.
d.  Karangan oleh lembaga, Perkumpulan dan sejenisnya
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1975.
e.    Pengumpulan redaksi (Penyadur, editor )
Kridalaksana, Harimurti. "Pembentukan Istilah Ilmiah dalam Bahasa Indonesia" dalam Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru. Dired. Oleh Lukman Ali. Jakarta: Gunung Agung, 1967. Andreson, J. N. D., ed. The Word's Religions. Londons: Inter-Varsity Fellowship, 1950.
f.     Buku yang diteijemahkan (singkatan: Dit. Oleh)
Lahaye, Tim. Mempelajari Alkitab Secara Praktis. Dit. Oleh Junny J. Suliman. Bandung: Kalam Hidup, 1919.
g.    Tidak ada nama pengarang
Buku Upacara-UpacaraMasehi. Bandung: Kalam Hidup (t.th.).
h.    Tidak Ada Tempat penerbit ( Singkatan t.th)
Stellweg, H. W. F. Kesukaran-Kesukaran dalam Pendidikan. (t.t): C.V. Jmemmars, (t.th)
i.     Nama Penerbit tidak ditulis (Singkatan t.p)
Dijikk, D. Van, et al. Pengarang Agama Kristen, Bandung: (t.p), 1950.
j.     Tahun Penerbit tidak ditulis (Singkatan t.th.)
Mager, Robert F. dan pipe, peter. Analyzing Performancen Problems or ' you really Oughta Wanna\Bt\morA: Fearn Publisher Inc., (t.th.)
k.    Dicetak sendiri oleh pengarang
Ametembun, N. A. Metode Pengajaran Berprograma. Bandung: Oleh Pengarang, 1973.
l.     Buku yang termasuk suatu seri atau rangkaian
Kruyt, S. Pendidikan Seksuil. Seri Keluarga Sejahtera, nomor 3.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973. Callinicos, luli. Workers on the Land. A Peoples History of Africa, Vol.2.
Athens, Ohio: Ohio Univesity Press, 1985. Thackeray, William M. The Complete Works. Boston, 19899. Vo. 13, The English Humorists.
m.  Edisi yang mengalami perubahan
Keraf, Goys, Komposisi. Perubahan. Ende: Nusa Indah 1980. Gleason, H. A. An Introduction to Descriptive Linguistice. Rev.Ed. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1960.
n.    Beberapa jilid
Willis, Avery. Perkembangan Gereja. 2 Jilid, Semarang: Seminari Theologia Baptis Indonesia, 1976.
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Ensiklopedia
a.       Artikel dari Enslikopedia yang nama pengarang tertulis

Foley, W. H. "Adultery (Christianity)." Encyclopedia of Religion and
                   Ethics.

b.       Artikel dari Enslikopedia yang nama pegarang tidak ditulis

"ArianismEnslikopedia Umum. 1979.
 "Baptis, Baptisan." Enslikopedia Alkitab Praktis. Edisi kedua, 1978.
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Majalah
Notodirjo, Endah N. " Bimbingan di Panti Asuhan." Gema Bimbingan, Nomor 1,1979, hlm 25.
Mochtar Naim. " Mengapa Orang Minang Merantau?" Tempo, 31 Januari 1975, hlm. 36.
Cara Membuat Daftar kepustakaan untuk Journal
Estep, W. R. " The Anabaptis View of Salvation." Southwestern Journal Of Theology, 20 (Spring 1978): 47.
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Surat-kabar

Pikiran Rakyat, 25 Januari 19 77, hlm 2.
i
Cara Mebuat Daftar Kepustakaan Untuk tesis dan disertai yang belum diterbitkan
Witjokro, Martinah Prodjo. " Restorasi Meiji dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan di Jepang." Skripsi Sardjana, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jogjakarta, 1968.
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Bahan Yang tidak diterbitkan
Abas. " Kebaktian Umum Sana-Sini." Paper yang disampaikan dalam Persekutuan Pendeta Baptis Semarang, Semarang, 11 Mei 1977.
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Laporan Rapat yang tidak diterbitkan
Lembaga Kebudayaan Kristen Indonesia. " Laporan Musyawarah Nasional Kebudayaan Kristen. "Jogjakarta, 1964. (Stensilan).
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Laporan yang diterbitkan.
Laporan dari Panitia Kepala Badan Pengurus Lengkap Gabungan Gereja Kristen. Markus Nasrani, Ketua. Semarang: Badan Penerbit Gereja Kristen, 1950.
Cara Membuat Daftar Kepustakaan Untuk Pernyataan Lisan yang direkam.
Wiriadinata, Eddy. Dekan Fakultas Seminari Theologia Baptis Indonesia. " Pidato Pembukaan Seminari Theologia Baptis Indonesia Program Kampus," Semarang, Java, 16 Juli 1979.
Cara membuat Daftar Kepustakaan Untuk Wawancara
Bellour, Raymond. "Hypnosis" Wawancara oleh Bambang Sutannan. Rekaman, Semarang, 26 Juli 1988.
6.       Halaman Judul
a.           Baris-baris pada halaman judul diketik di tengah kertas.
b.          Huruf besar dipakai untuk mengetik judul skripsi, sebutan skripsi, Nama perguruan tinggi dan kota perguruan tinggi
c.           Judul yang lebih dari 48 ketukan diketik di dalam bentuk pyramid terbalik dengan jarak dua spasi antara masing-masing baris.
d.          Jarak antara baris pertama judul dengan puncak kertas ialah sepuluh spasi tunggal
e.           Jarak antar judul dengan maksud ialah sekitar 10-12 spasi tunggal. Jumlahnya' tergantung pada berapa banyak baris yang akan dipakai untuk judul.
f.           Jarak antara maksud dengan nama pengarang ialah 5 spasi tunggal atau lebih. Jumlah baris itu tegantung pada jumlah baris yang akan dipakai untuk maksud penulisan.
g.          Jarak antara nama pengarang dengan nama perguruan tinggi pengarang ialah spasi sisanya. Spasi sisa itu terdapat dengan menghitung baris-baris dari tepi bawah kertas daripada tepi atas kertas.
h.          Nama sekolah diketik pada baris kedua belas dari bawah Kertas.
i.            Kota Sidoarjo terletak pada baris kesepuluh dari bawah kertas.
j.            Tahun Penulisan harus terletak pada baris kedelapan dari bawah kertas agar ada tujuh spasi tunggal kosong dibawahnya.
7.       Indensi
a.       Setiap alenia baru dimulai dengan ketikan huruf pertama yang masuk kedalam sejauh lima sampai tujuh ketukan. Alenia baru tidak dimulai pada garis tepi ketikan sebelah kiri, agar jelas bahwa suatu alenia baru dimulai.
b.      Lebar jorokan ke dalam huruf pertama disebut indensi. Lebar indensi dihitung dengan ketukan huruf.
c.       Indensi akan tinggal lima sampai tujuh ketukan huruf kosong antara huruf pertama dan tepi ketikan sebelah kiri. Perhatikan contoh !
d.      Alenia baru ini dimulai dengan huruf "A" diketik setelah ketukan yang lima sampai tujuh. Ada lima sampai tujuh ketukan. Ada lima sampai tujuh ketukan kosong.

8.       Jarak Baris
a.          Jarak antara baris dan ketikan yang satu dengan baris ketikan berikutnya disebut "spasi".
b.         Spasi ganda dipakai untuk seluruh tubuh tulisan, Kecuali kalau ada petunjuk khusus
c.          Spasi tunggal digunakan untuk kutipan-kutipan langsung yang panjang (lebih dari empat baris), Untuk menulis catatan keterangan (footnote), untuk beberapa jenis tabel, dan untuk membuat daftar kepustakaan.
d.         Spasi tripel yang sama dengan tiga spasi tunggal dipakai hanya pada keadaan khusus. Halaman yang memerlukan pengetikan yang berjarak spasi tripel adalah antara nomor bab dengan judul bab dengan judul bab, antara judul bab dengan baris uraian diatasnya.
9.       Kata-Kata Asing Dan Istilah Khusus
a.              Kata-kata asing harus digaris-bawahi atau dalam tanda kutip, Kecuali jika kata itu ada di dalam kutipan yang dikutip seluruhnya dalam bahasa asing, atau merupakan gelar atau nama asing atau jika kata itu sudah di Indonesia.
b.              Tanda kutipan ganda juga dipakai konteks tertentu untuk menandai judul-judul, satu kata, huruf-huruf atau angka-angka.
  Contoh:
Dua puluh makalah disisipkan dengan antara lain judul-judul " Latar Belakang," "Katalog Kartu"dan"Teknik-teknik."
Angka-angka atau huruf dapat dipakai bagi setiap bagian, Misalnya, "1","2", atau "a", "B", C'.dll.
c.              Dalam bidang theologia sudah menjadi kebiasaan untuk mengkususkan istilah- istilah dengan cara memakai tanda kutip tunggal jika diperlukan. Misalnya, 'Iman','percaya', dan 'setia'.

10.   Kesalahan ketikan
a.       Tidak boleh lebih dari tiga kesalahan dalam bentuk apapun yang belum diperbaiki dalam setiap halaman. Ketiga kesalahan yang belum diperbaiki termasuk kesalahan tik, ejaan, bahasa atau tata cara menulis.(Jadi tidak boleh ada kesalahan ketikan!).
11.   Kutipan Langsung
a.               Pada umumnya kutipan harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kata- katanya, ejaannya, maupun mengenai tanda bacanya.
b.               Apabila Panjang Kutipan Langsung tidak lebih dari empat baris: Kutipan disatukan langsung dengan uraian
·         Jarak baris ialah satu spasi tunggal. Sama seperti uraian dimana kutipan disatukan.
·         Kutipan harus diapit dengan tanda kutip ("                                                  ")
·Sesudah kutipan selesai, nomor catatan keterangan diketik pada akhir kutipan tanpa ketukan sela. Nomor itu diketik setengah spasi lebih tinggi dari baris itu. Contoh:
·         Bila ditanya mengenai sekolah itu, Spurgeon selalu menjelaskan bahwa dia maupum sekolah "tidak pernah mencoba menjadikan seseorang sebagai gembala sidang. Kami akan gagal jika mencobnya. Kami hanya menerima orang yang mengaku bahwa mereka sudah dijadikan gembala sidang." Sekolah Spurgeon hanya mencoba....

c.     Apabila panjang kutipan langsung lebih dari empat baris:
·    Kutipan yang panjang lebih dari empat baris dipisahkan dari uraian dengan jarak dua spasi, baik dari atas maupun bawah.
·    Jarak baris kutipan itu ialah spasi tunggal.
·     Seluruh kutipan dimasukan dari batas tepi kiri empat ketukan. Ada empat ketukan kosong antara kutipan dan tepi kiri.
·    Tanda kutipan tidak dipakai untuk mengapit kutipan itu.
·       Nomor catatan keterangan diketik pada akhir kutipan itu tanpa sela.
·       Kutipan yang mengandung indensi biasa untuk alinea baru. Huruf pertama dari kutipan itu masuk delapan ketukan dari tepi kiri.
Contoh:
Demokrasi bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat kita seperti yang dikemukan oleh Muhamad Yamin :
Sejak beribu-ribu tahun peradaban Indonesia, maka segala putusan yang mengenai Negara dan masyarakat dipungut dengan berunding antara anggota yang berkepentingan. Kata mufakat ialah cara-pemerintah menurut watak dan peradaban bangsa Indonesia.

Nyatalah, bahwa demokrasi bagi kita bukan barang impor.
d.    Dilarang untuk memulai suatu kutipan langsung di dalam uraian dan kemudian meneruskan didalam bentuk kutipan panjang. Misalnya, contoh yang salah seperti berikut:
Hadiwijyono meneaiskan, "Kepercayan pada Allah atau allah-allah dan akan hidup sesudah mati menjadi latar belakang yang diisi oleh tiap akal- budi... dengan lukisan-lukisan yang ditiru ataupun disalin.

12.     Kutipan Dengan Sebagian Dihilangkan
a.       Diperkenankan untuk menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya.
b.       Penghilangan bagian kutipan ditunjukan dengan mempergunakan tiga titik dengan jarak satu ketukan antara mereka Yaitu (....).
c.       Apabila bagian kalimat yang dihilangkan terletak pada akhir kalimat maka ketiga titik itu yang berjarak satu ketukan ditambahkan satu titik untuk mengakhiri kalimat itu (...). Contoh:
         Demokrasi bagi kita bukanlah sesuatu yang baru, sesuatu barang impor, sebab "sejak beribu-ribu tahun... segala keputusan .... Dipungut dengan berunding antara anggota yang berkepentingan ... Perundingan itu sejajar dengan kelahiran adat-asli yang menghendaki mupakat. "
d.       Apabila kalimat-kalimat yang dikutip dipisahkan oleh satu alenia atau lebih banyak dalam satu karangan, maka penghilangan itu ditunjukkan dengan diketik titik-titik berjarak satu ketukan (        )
Contoh:
Aturan kedua untuk membaca secara analitis adalah, menyebutkan kesatuan keseluruhan sebuah buku dalam satu kalimat saja, atau, paling banyak, dalam tidak lebih beberapa kalimat.
Aturan ketiga dalam pembaca secara analitis adalah, catat bagian- bagian utama buku tersebut, dan tunjukan bagaimana bagian-bagian ini disusun dan dihubungkan sebagai suatu keseluruhan antara satu dengan yang lain, kemudian terhadap keseluruhan.
e.   Titik itu diletakkan di dalam tanda kutip apabila kutipan itu diapit dengan tanda kutipan.
15.  KUTIPAN YANG BAGINYA DITEKANKAN OLEH PENELITI.
15.1.  Cara untuk menekankan kata-kata dalam kutipan ialah dengan menggarisbawah kata-kata itu.
15.2. Perubahan pada kutipan yaitu menambah garis bawah kata-kata tertentu harus diterangkan dalam tanda kurung segi empat ([ ]) Pada akhir kutipan. Boleh juga menambah catatan keterangan agar menerangkan nmaksudnya.
15.3. Keterangan itu berbentuk seperti ini: [ garisbawah dari saya, peneliti ]
16.      KUTIPAN YANG MENGANDUNG KESALAHAN
16.1.      Kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan ejaan maupun dalam soal-soal ketatabahasaan, tidak boleh diperbaiki oleh peneliti.
16.2.      Demikian pula kalau peneliti tidak setuju dengan sesuatu di dalam kutipan.
16.3.      Peneliti wajib menandai kesalahan ejaan atau lain dengan mengetik [ sic ] dibelakang kesalahan yang terdapat. Singkatan sic itu berarti begitu.
16.4.      Peneliti diperkenankan menempatkan perbaikan atau catatan dalam tanda kurung segi empat langsung dibelakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki atau diberi catatan tidak setuju akan hal itu.
16.5.      Ejaan lama tidak diperkenankan untuk dirubah dengan ejaan baru
Pada hari itu, tanggal 17 Agustus, Presiden [sic ] Soekarno                [ Soekarno- Hatta ] atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi baru sepuluh tahun kemudian, yaitu pada Tahun 1950 [ yang betul adalah tahun 1955 ] diadakan pemilihan umum yang pertama.
17.      MENYINGKAT KATA
17.1.      Tidak boleh menyingkat kata jamak. Tidak dapat diterima menuliskan seperti "se- tidak2nya", "ke-dua2nya","ber-api2" dan sebagainya.
17.2.      Singkatan seperti dsb., dll.,sbb., dan semacamnya tidak boleh dipakai.
17.3.      Singkatan Ilmu atau tata tulis seperti op,cit,et,al, dan sebagainya tidak boleh dipakai.
17.4.      Hanya singkatan ibid. yang boleh dipakai dalam catatan keterangan.

20. NOMOR HALAMAN
20.1.  Nomor halaman bagian pendahuluan ditulis dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, iv, dsb). Nomor itu diketik di tengah bagian bawah halaman berjarak dua spasi dari uraian. Perhitungan nomor dimulai dengan halaman judul walaupun nomor halaman tidak diketik pada halaman judul.
20.2.  Nomor halaman teks ditulis dengan angka Arab (1, 2, 3, dsb.)
20.3.  Nomor halaman teks ditulis pada sudut halaman sebelah kanan atas dan berjarak tiga spasi ganda dari tepi atas kertas. Akan ada lima spasi tunggal kosong antara tepi atas kertas dan nomor halaman.
20.4.  Nomor halaman teks ditulis dua spasi dari uraian.
20.5.  Nomor halaman teks dimulai dengan angka satu dan halaman-halaman berikut diberikan nomor-nomor menurut urutan yang semestinya. Halaman bab baru akan diberi nomor yang berikut dengan nomor halaman sebelumnya.
20.6.  Halaman kepustakaan akan diberi nomor halaman yang berurutan dengan nomor halaman tambahan dari teks.

21.  TANDA-TANDA BACA
21.1.   Sesudah titik (.), tanda tanya (?), tanda (!), dan tanda titik dua (:) perlu ada dua ketukan kosong.
21.2.   Sesudah tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda kurung (), dan tanda kurung siku ([]) hanya diperlukan satu ketukan kosong.
21.3.   Tidak ada ketukan kosong sebelum atau sesudah tanda garis putus dua (--), tanda hubung (-), atau tanda pisah (-).
21.4.   Tanda titik dan tanda koma diketik di dalam tanda kutip (walaupun hanya satu huruf atau angka yang diapit oleh tanda kutip itu. Misalnya, "1," atau "a."
21.5.   Tanda tanya dan tanda seru diketik di luar tanda kutip kecuali tanda tanya atau tanda seru yang termasuk di dalam kutipan itu sendiri. Contoh:
a.         Bagaimana caranya ia dapat menunjukkan bahwa "kejahatan menghasilkan kebaikan"? (Tanda tanya itu di luar tanda kutip karena tidak asal dari kutipan.)
Dapat ditanyakan: "Perlukah seseorang kehilangan seluruh dunia agar menemui dirinya sendiri?" (Tanda tanya berasal dari kutipan dan karena itu diketik di dalam tanda kutip.)


0 komentar: