Maret 07, 2020
0
 www.adira.co.id


CONTOH PROPOSAL
Oleh F. Sayom


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini akan dituliskan mengenai: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Kepentingan Penelitian, Metodologi Penelitian, Defenisi Istilah, Sistematika Penulisan.

Latar Belakang Masalah
Dalam kebudayaan manusia, kebudayaan bersifat universal.Akan tetapi perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.Seperti di Indonesia ada berbagai macam suku bangsa, dan setiap suku bangsa mempunyai ciri-ciri kebudayaan tersendiri sesuai dengan latar-belakangnya masing-masing.[1]
Suku Dayak Benuaq di kampung Intu Lingau, Kutai Barat, Kalimantan Timur juga merupakan salah satu kelompok masyarakat yang hidup dalam berbagai nilai budaya, sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Kebudayaan masyarakat sifatnya dinamis, yaitu bersifat terus menerus berkembang dalam kehidupan masyarakat, sehingga melahirkan berbagai bentuk kepercayaan.[2]Melalui kepercayan itu juga melahirkan berbagai pemahaman dalam kepercayaan yang bercampur dengan adat-istiadat dalam kehidupan masyarakat tertentu sebagai manifestasi dari pengakuan manusia terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Suku Dayak merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki karakter kebudayaan dan juga kepercayaan terhadap yang disebut sebagai yang “Yang Maha Kuasa”  ataupenyebab dari segala sesuatu.Suku Dayak Benauq juga mengakui tentang adanya “Yang Maha Kuasa” atau Tuhan sebagai Sang Pencipta. Menurut suku Dayak Benuaq, “Yang Maha Kuasa” tersebut pertama kali disebut dengan istilah  Peretikaq Bantikng Tuhaq yang adalah Sang Pencipta alam semesta serta segala isinya.Meskipun kepercayaan tersebut berbeda dari kepercayaan masyarakat Indonesia pada umumnya, namun kepercayaan tersebut sulit untuk dihilangkan dari kehidupan masyarakat Dayak Benuaq, baik sebelum mereka mengenal agama maupun sesudah mereka mengenal agama.[3]
Suku Dayak pada umumnya adalah sebutan bagi orang yang mendiami pulau Kalimantan termasuk Malaysia, Serawak, dan Brunei Darusalam.Suku Dayak termasuk pada kelompok-kelompok yang berimigrasi secara besar-besaran dari daratan Asia.[4]Suku Dayak merupakan keturunan dariimigran yang berasal dari wilayah propinsi Yunan, Cina Selatan.Mereka mengembara ke Tumasik dan Semenanjung Melayu, dan akhirnya menjadi batu loncatan ke pulau-pulau di Indonesia.Selain itu ada beberapa kelompok lain yangmemilih masuk Kalimantan melewati Hanian, Taiwan, dan Filipina.[5]
Benuaq adalah salah satu anak suku Dayak di Kutai Barat, Kalimantan Timur.Berdasarkan pendapat beberapa tokoh budayawan Dayak,suku Dayakberasal dari Dayak Lawangan sub suku Ot Danum dari Kalimantan Tengah. Lawangan juga merupakan induk dari suku Tunjung di Kalimantan Timur.[6]Benuaq sendiri berasal dari kata Benua dalam arti luas berarti suatu wilayah atau daerah teritori tertentu, seperti sebuah negara atau negeri.Pengertian secara sempit berarti wilayah atau daerah tempat tinggal sebuah kelompok atau komunitas.Menurut cerita, asal kata Benuaq merupakan istilah atau penyebutan oleh orang Kutai, yang membedakan dengan kelompok Dayak lainnya yang masih hidup nomaden (masyarakat memilih untuk hidup berpindah-pindah ke tempat lain).[7]
Orang Benuaq telah meninggalkan budaya nomaden.Mereka adalah orang-orang yang tinggal di Benua, lama-kelamaan mereka disebut dengan Benuaq.Sedangkan kata Dayak menurut aksen bahasa Benuaq berasal dari kata Dayaq atau Dayeuq yang berarti orang pedalaman yang tinggal di hulu sungai.[8]
Intu Lingau merupakan sebuah nama kampung yang dihuni oleh masyarakat suku Dayak Benuaq. Mayoritas masyarakat Intu Lingau pada umumnya adalah penganut kepercayaan suku.Namun dengan adanya peraturan dari pemerintah yang mengharuskan setiap warga negara untuk memilih salah satu agama yang diakui di Indonesia. Tentu hal ini sebenarnya adalah sebuah legalitasbagi Orang Dayak Benuaq untuk memperoleh data kependudukkan dan akta nikah dari gereja setempat serta akta lahir sebagai persyaratan anakmasuk sekolah.[9]Dengan adanya peraturan tersebut,tentu seakan-akan memaksa mereka harus memilih salah satu agama untuk dicantumkan dikolom data kependudukansebagai  identitas keagamaan yang mereka anut.Kebanyakan dari masyarakat Intu Lingau memilih untuk menjadi penganut agama Kristen, meskipun mereka masih percaya pada kepercayaan suku.Kepercayaan asli mereka adalah kepercayaan suku itu sendiri, kepercayaan ini sulit untuk ditingalkan masyarakat suku Dayak Benuaq, sebab kepercayaan tersebut diturunkan dari leluhur yang mengajarkan mereka mengenai adanya “Yang Maha Kuasa” atau Sang Pencipta.[10]Kampung Intu Lingau juga menjadi perbatasan antara propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Menurut cerita lisan dari para pendahulu orang Dayak Benuaq, dimana dikatakan bahwa orang Dayak Benuaq mengenal Yang Maha Kuasa dengan sebuah gelar yaitu, Peretikaq Bantikng Tuhaq (Dia yang Awal) dan Perejadiq Bantikng Langit (Dia yang mencipta segala sesuatu). Walaupun demikian, pribadi Peretikaq Bantikng Tuhaq yang mereka beri gelar di atas tidak mereka kenal.Yang mereka ketahui hanyalah, bahwa Yang Maha Kuasa tersebut tinggal di Langit Usukwari (tempat yang paling sempurna, langit yang paling puncak).[11]
Berawal dari adanya pemahamantentang Peretikaq Bantikng Tuhaq tersebut dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq, menjadikan mereka sangat kritis dalam  menjalankan kehidupannya maupun dalam kepercayaan yang dianutnya. Mereka masih sulit untuk membedakan kepercayaan suku dengan iman Kristen mengenai Tuhan dalam memaknai kehidupan religiusnya.[12]
Menurut kepercayaan suku Dayak Benuaq mengenai kepercayaan dari leluhur mereka tentang “YangMaha Kuasa”, Yang Maha Kuasa tersebut adalah pribadi yang melampaui pemikiran manusia. Mereka memahami sosok“YangMaha Kuasa”tersebut pertama kali dengan istilah Peretikaq Bantikng Tuhaq. Meskipun pribadi dari Peretikaq Bantikng Tuhaq itu jauh dantidak mereka kenal secara langsung, namun mereka percaya bahwa Peretikaq Bantikng Tuhaq adalah “Yang Maha Kuasa” atau bisa dikatakan bahwa Peretikaq Bantikng Tuhaq tersebut sama dengan Tuhan dalam iman Kristen.Adapun pemahaman manusia mengenai Peretikaq Bantikng Tuhaq itu sebenarnya timbul dari penalaran suku Dayak Benuaq  terhadap wahyu umum didalam memahami tentang adanya Tuhan sebagai Sang Pencipta langit dan bumi.  Hal ini nampak seperti dalam cerita atau mitologi mengenai asal-usul bumi, manusia, hewan, air, dimana segala sesuatu ada karena ada yang menciptakannya.[13]
Secara umum masyarakat di kampung Intu Lingau adalah orang-orang yang sangat kuat dalam memegang teguh tradisi adat istiadat dan kepercayaan dari nenek moyang yang telah dijalankan secara terus menerus dari zaman ke zaman.Mereka  percaya bahwa Peretikaq Bantikng Tuhaq adalah Tuhan Yang Maha Tinggi. Sebutan lain bagi Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam versi orang Dayak Benuaq yang sudah dipengaruhi Islam, disebut dengan istilah Letaala[14]yang juga artinya sama dengan TuhanYang Maha Kuasa. Setelah menciptakan langit dan bumi, Peretikaq Banitkng Tuhaq ingin ada manusia untuk tinggal di bumi tersebut. Lalu Peretikaq Bantikng Tuhaq  menciptakanTemerikungsebagai manusia pertama yang bertugas mengontrol langit dan bumi.  Temerikung adalah utusan dari Peretikaq Bantikng Tuhaq, yang diperintahkan untuk mengawasiseluruh mahluk yang ada di bumi.[15]
Pada umumnya orang Dayak Benuaq memahamiPeretikaq Bantikng Tuhaq yang mereka mengerti hanya melalu cerita leluhur saja yang dijalani secara terus menerus dari generasi ke generasi, sehingga sudah mendarah daging dan sulit untuk diubah.Adapun dari cerita-cerita lain yang berkembang dalam tradisi lisan suku Dayak Benuaq, seperti dalam mitologi penciptaan, dimana Peretikaq Bantikng Tuhaq dikenal sebagai sosok yang sangat berkuasa dengan menciptakan langit, bumi, tumbuhan, hewan dan manusia. Artinya bahwaPeretikaq Bantikng Tuhaqinilah yang menjadi penyebab dari segala sesuatu yang ada.Menurut suku Dayak Benuaq, Peretikaq Bantikng Tuhaq itu dirinya transendent, yang tidak terlihat, yang pribadi dirinya tidak dikenal dekat oleh suku Dayak Benuaq karena bersifat supranatural. Namun mereka tetap percaya bahwa hanya ada satu “Yang Maha Kuasa”, yaitu Peretikaq Bantikng Tuhaq.[16]
Menurut pandangan orang Dayak Benuaq mengatakan bahwa Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku sama saja dengan Tuhan yang ada dalam iman Kristen. Oleh sebab itu, dengan adanya pandangan kepercayaan suku tersendiri seperti ini, membuat orang Dayak Benuaq sulit untuk membedakan Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Tuhan yang ada dalam iman Kristen. Sehingga, bagaimana Gereja dapat memberikan pembedaan antara kepercayaan suku dengan iman Kristen.[17]
Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq yang sangat melekat dalam kepercayaan lama orang Dayak Benuaq tentunya masih sangat mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari didalam mereka memahami Tuhan menurut iman Kristen.[18]Dari indikasi-indikasi yang terjadi didalam kehidupan orang Dayak Benuaq seperti yang telah dipaparkan diatas, maka perlu adanyapembedaan antara kepercayaan suku dengan iman Kristen.Maka penulis hendak mengadakan suatu penelitian terhadap konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq.Untuk memperoleh data yang sesungguhnya mengenai Peretikaq Bantikng Tuhaqguna memberi pemahaman yang lebih mendalam bagi penulis dan pembaca dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaqdengan benar melalui data-data yang valid.Data yang valid yang didapatkan melalui penelitian lapangan, wawancaradan menggunakan buku-buku literatur untuk memperoleh data-data yang objektif dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaqmenurut kepercayaansuku Dayak Benuaq.
Narasumber yang akan diwawancarai adalah beberapa anggota jemaat di Gereja Kristen yang sudah lama ada yakni, Gereja Kebangunan Kalam Allah Indonesia cabang Intu Lingau yang berada di wilayah kampung Intu Lingau dan tokoh adat serta beberapa tokoh masyarakat yang bisa memberikan informasi yang valid bagi penulis dalam menjelaskan kepercayaan suku Dayak Benuaq mengenai Peretikaq Bantikng Tuhaq. 
Berkenaandengan adanya beberapa masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis hendak meneliti secara lebih jauh lagi mengenai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq.Berkenaan dengan penelitian tersebut di atas maka penulis mengangkat judul skripsi sebagai berikut: Analisa Kritis Terhadap Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq Dalam Kepercayaan Suku Dayak Benuaq Dan Implikasinya Bagi Jembatan Penginjilan Terhadap Masyarakat Suku Dayak Benuaq Di wilayah Kampung Intu Lingau.

Identifikasi Masalah
Mengacu pada topik penelitian ini, serta merujuk kepada latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan diatas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq tentunya mereka memiliki pemahaman tentang Yang Maha Kuasa atau Tuhan sebagai pencipta seperti dalam iman Kristen. Apakah Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku mengacu pada Tuhan yang sama dalam iman Kristen?
2.    Masyarakat suku Dayak Benuaq pertama kali menyebut Yang Maha Kuasa atau Tuhan dengan istilah Peretikaq Bantikng Tuhaq. Apakah memungkinkan menyebut Allah dalam iman Kristen sama dengan Peretika Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq?
3.    Konsep mengenai Peretikaq Batikng Tuhaq secara umum sudah diketahui orang Dayak Benuaq sebagai “Yang Awal”, namun belum tentu semua orang Dayak Benuaq memahami Peretikaq Bantikmg Tuhaq secara mendalam baik secara definisi maupun secara teoritis sehingga, apakah yang dimaksud tentang Peretikaq Bantikng Tuhaq?
4.    Kekristenan di suku Dayak Benuaq sudah berkembang sejak lama, dengan demikian pula tentunya pengajaran iman Kristen sudah mereka ketahui. Namun, apakah yang melatar belakangi orang  Dayak  Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristensampai saat ini?
5.    Kepercayaan terhadap adanyaPeretikaq Bantikng Tuhaq yang dipercaya sebagai pencipta segala sesuatu, sehingga pemahaman mereka terhadap Peretikaq Bantikng Tuhaq itu sendiri sangat sulit untuk dipisahkan dari kehidupan orang Dayak Benuaq. Bagaimanakah cara Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual tentang pribadi Allah Pencipta dalam Alkitab?
6.    Masyarakat Dayak Benuaq mempercayai Peretika Bantikng Tuhaq sebagai “Yang Awal” dari segala sesuatu di dalam Dunia ini.  Bagaimanakah relasi antara konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Allah dalam Alkitab dalam konteks kepercayaan suku Dayak Benuaq?
7.    Peretikaq Bantikng Tuhaq merupakan kepercayaan suku Dayak Benuaq sejak dari nenek moyang suku Dayak Benuaq. Dimanakah sisi negatif dan positif bagi orang Kristen dalam memahami Peretika Bantikng Tuhaq? 
  
Pembatasan Masalah
Merujuk pada penyataan judul karya tulis ini yakni “Analisa Kritis Terhadap Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq Dalam Kepercayaan Suku Dayak Benuaq Dan Implikasinya Bagi Jembatan Penginjilan Terhadap Masyarakat Suku Dayak Benuaq Di Wilayah Kampung Intu  Lingau”, berkaitan dengan sejumlah masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka penulis akan membatasi dalam tujuh masalah yakni nomor satu, dua, tiga, empat,lima, enam, dan tujuhsebagai berikut:
1.    Dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq tentunya mereka memiliki pemahaman tentang Yang Maha Kuasa atau Tuhan sebagai pencipta seperti dalam iman Kristen. Apakah Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku mengacu pada Tuhan yang sama dalam iman Kristen?
2.    Suku Dayak Benuaq pertama kali menyebut Yang Maha Kuasa atau Tuhan dengan istilah Peretika Bantikng Tuhaq. Apakah memungkinkan menyebut Allah dalam iman Kristen sama dengan Peretika Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq?
3.    Konsep mengenai Peretikaq Batikng Tuhaq secara umum sudah diketahui orang Dayak Benuaq sebagai “Yang Awal”, namun belum tentu semua orang Dayak Benuaq memahami Peretikaq Bantikmg Tuhaq secara mendalam baik secara definisi maupun secara teoritis sehingga, apakah yang dimaksud tentang Peretikaq Bantikng Tuhaq?
4.    Kekristenan di suku Dayak Benuaq sudah berkembang sejak lama, dengan demikian pula tentunya pengajaran iman Kristen sudah mereka ketahui. Namun, apakah yang melatar belakangi orang  Dayak  Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristensampai saat ini?
5.    Kepercayaan terhadap adanyaPeretikaq Bantikng Tuhaq yang dipercaya sebagai pencipta segala sesuatu, sehingga pemahaman mereka terhadap Peretikaq Bantikng Tuhaq itu sendiri sangat sulit untuk dipisahkan dari kehidupan orang Dayak Benuaq. Bagaimanakah cara Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual tentang pribadi Allah Pencipta dalam Alkitab dalam konteks kepercayaan suku Dayak Benuaq?
6.    Masyarakat Dayak Benuaq mempercayai Peretikaq Bantikng Tuhaq sebagai “Yang Awal” dari segala sesuatu di dalam Dunia ini.  Bagaimanakah relasi antara konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Allah dalam Alkitab?
7.    Peretikaq Bantikng Tuhaq merupakan kepercayaan suku Dayak Benuaq sejak dari nenek moyang suku Dayak Benuaq. Dimanakah sisi negatif dan positif bagi orang Kristen dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaq? 

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.    Apakah Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku mengacu pada Tuhan yang sama dalam iman Kristen?
2.    Apakah memungkinkan menyebut Allah dalam iman Kristen sama dengan Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq?
3.    Apakah yang dimaksud tentang Peretikaq Bantikng Tuhaq?
4.    Apakah yang melatar belakangi orang  Dayak  Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristensampai saat ini?
5.    Bagaimanakah cara Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual tentang pribadi Allah Pencipta dalam Alkitab dalam konteks kepercayaan suku Dayak Benuaq?
6.    Bagaimanakah relasi antara konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Allah dalam Alkitab?
7.    Dimanakah sisi negatif dan positif bagi orang Kristen dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaq? 

Tujuan Penelitian
1.    Menjelaskan kepada pembaca tentang kepercayaan suku Dayak Benuaq, apakah yang dimaksud dengan Peretikaq Bantikng Tuhaq mengarah pada Tuhan yang sama seperti dalam  iman Kristen.
2.    Supaya para pembaca dapat mengetahui apakah ada indikasi-indikasi yang dapat menyebabkan sinkretisme dalam penyebutan terhadap Allah dalam iman Kristen dengan kepercayaan suku.
3.    Untuk menjelaskan kepada pembaca apa yang dimaksud dengan Peretikaq Bantikng Tuhaqdalam pemahaman suku Dayak Benauq secara lebih mendalam.
4.    Memberikan pemahaman kepada pembaca dalam memahami cara berpikir apakah yang melatar belakangi orang  Dayak  Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristen sampai saat ini.
5.    Supaya orang Dayak Benuaq yang sudah Kristen dapat menyikapi konsep mengenaiPeretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan sukudan bagaimanacara Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual tentang pribadi Allah Pencipta dalam Alkitab.
6.    Penulisan skripsi ini akan memberikan pemahaman kepada pembaca dalam memahami relasi antara konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Allah dalam Alkitab.
7.    Memberikan penjelasan mengenai konsepPeretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq serta memahami sisi negatif dan positif bagi orang Kristen dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaq menurut Dayak Benuaq.

Kepentingan Penelitian
Dalam kepentingan penelitian ini penulis akan dibahas dua hal yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.

Kepentingan Teoritis
Kepentingan secara teoritis, penulisan skripsi ini akan membawa kepentingan yang signifikan, diantaranya:
1.    Penulisan skripsi ini secara teoritis berguna juga untuk mempertajam, serta memperluas pengetahuan jemaat Kristen mengenai adanya pengaruh kepercayaan suku bagi beberapa orang percaya yang masih belum dewasa secara iman.
2.    Melalui karya tulis ini, penulis ingin berbagi pada semua orang, khususnya bagi para hamba Tuhan yang pelayanan di daerah pedalaman. Tulisan ini dapat menjadi pedoman dan bekal dalam pelayanan.  Khususnya pada saat ketika pelayanan di daerah suku Dayak Benuaq yang masih terpengaruh kepercayaan suku.

Kepentingan Praktis
            Kepentingan praktis sebagai berikut:
1.      Bagi penulis, melalui penulisan skripsi ini penulis dapat menambah wawasan, pengetahuan yang baru terkait dengan judul skripsi ini.
2.    Bagi para hamba Tuhan, khususnya mereka yang di luar suku Dayak Benuaq, melalui penulisan skripsi ini dapat membekali pelayanan dan memberikan gambaran mengenai kepercayaan suku Dayak Benuaq. Dengan harapan para hamba Tuhan dapat menggunakan kepercayaan suku tersebut untuk membedakan kepercayaan suku dengan iman Kristen..
3.      Bagi kepustakaan hasil penelitian ini akan memperkaya orang Dayak Benuaqitu sendiriyang sudah menjadi Kristen, di mana mereka masih terlibat dalam kepercayaan suku.Pemikiran mereka akan terbuka pada iman Kristen yang benar.

Metodologi  Penelitian
            Metodologi penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan penelitian lapangan.Dalam penelitian lapangan metode kualitatif cenderung terarah pada gejala-gejala atau fenomena-fenomena yang faktual, yang benar-benar nyata terjadi ditengah-tengah kelompok masyarakat tertentu.
            Dengan metode kualitatif penulis berusaha memahami dan menjelaskan sejelas-jelasnya mengenai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq yang ada di dalam budaya kepercayaan masyarakat suku Dayak Benuaq yang berada di wilayah kampung Intu Lingau dan implikasinya bagi jembatan penginjilan terhadap  masyarakat Dayak Benuaq.
Metode kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya.[19]
Dilakukan penelitian kualitatif karena kurangnya teori-teori yang berhubungan dengan judul diatas, sehingga dapat menghasilkan suatu obyek penelitian (khusus) yang diharapkan dapat menghasilkan suatu teori (umum).[20]

Metode Penulisan
Di dalam pencapaian penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan metode analisa kritis sebagai berikut:  Yang pertama  adalah  analisa.  Menurut kamus, kata  analisa adalah  “suatu tindakan untuk menyelidiki suatu peristiwa baik yang berkaitan dengan karangan dan perbuatan”  yang dimana bertujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut sebab-musabab maupun peristiwa yang terjadi.[21]Yang kedua adalah kritis. Kata kritis artinya “memberi penilaian terhadap sesuatu”  baik itu konsep maupun naskah.[22]
Jadi dapat dikatakan analisa kritis yakni suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap sebuah konsep (khususnya dalam bagian-bagian ini tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq menurut kepercayaan suku Dayak Benuaq).

Metode Pengumpulan Data
Untuk memperlengkapi data dalam mengungkapkan dan menjelaskan pemahaman mengenai konsep tuhan dalam pandangan kepercayaan suku Dayak Benuaq, serta alasan-alasan yang muncul sebagai latar belakang pemahaman mengenai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh makna baru yang terkandung dalam setiap kalimat yang akan dianalisa. Maka penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan.
Dalam rangka penelitian tersebut, penulis menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan pokok bahasan. Pengumpulan data dilakukan melalui dua sumber utama, yakni:Pertama, penelitian perpustakaan yang berupa buku-buku, literatur-literatur yang kemudian  diseleksi agar menemukan pemahaman serta pandangan yang sesuai dengan topik pembahasan.   Kedua, melalui wawancara  kepada pribadi-pribadi sertabeberapa tokoh-tokoh yang bisa memberikan informasi yang valid menganai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam  kepercayaan suku.  Seperti kepala adat, budayawan, praktisi budaya,pendeta dan beberapa jemaat Kristen.

Definisi Istilah
Sebelum melihat lebih jauh pembahasan berikutnya, perlu melihat definisi istilah untuk mengarahkan tujuan penjelasan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1.  Analisa, menurut kamus, kata analisa adalah “suatu tindakan untuk menyelidiki suatu peristiwa baik yang berkaitan dengan karangan dan perbuatan”  yang dimana bertujuan untuk  mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut sebab-musabab maupun peristiwa yang terjadi.[23]
2.  Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq menurut kepercayaan suku Dayak Benuaq adalah dimana pada awalnya dalam kisah penciptaan, orang Dayak Benuaq mengenal bahwa ada satu Roh Yang Maha Agung yang belum diketahui namanya secara pasti.  Roh tersebut kali pertama diberi gelar Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam arti yang awal atau yang paling tua. Peretikaq Bantikng Tuhaq menjadi cikal bakal adanya penciptaan langit dan bumi. Maka dalam konteks penciptaan atau menjadikan adalah Roh Yang Maha Agung diberi gelar lagi dengan sebutan Perejadiq Bantikng Langit yang berarti Yang Menjadikan atau Sang Pencipta dari segala sesuatu yang ada.[24]
3.  Suku Dayak Benuaq adalah salah satu anak suku Dayak yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan, dan khususnya di Kutai Barat, Kalimantan Timur.[25]
4.  Letaala diadopsi dari bahasa Arab, yakni dari kata Allah-taala yang merujuk kepada penyebutan untuk Peretikaq Bantikng Tuhaqbagi beberapa orang Dayak Benuaq.[26]
5.  Langit Usukwari merupakan tempat yang paling sempurna, langit yang paling tinggi tempat berdiamnya Peretikaq Bantikng Tuhaq.[27]

Sistematika Penulisan
              Sistematika penulisan skripsi ini di susun sebagai berikut:
Bab pertama berisi  pembahasan tentang “Pendahuluan” yang berisi tentang: Latar  Belakang Masalah, Identifikasi  Masalah, Pembatasan  Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Kepentingan Penelitian, Metodologi Penelitian, Defenisi Istilah, Sistematika Penulisan.
Bab dua berisi Landasan Teori, Kerangka Berpikir, Dan Rumusan Hipotesis mengenai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq.
Bab tiga berisi uraian Metodologi Penelitian: Tempat dan Waktu Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Dokumentasi, Observasi, dan Wawancara.
Bab empat berisi Deskripsi Hasil Riset, Analisa dan Pembahasan.
Bab lima berisi penutup yang di dalamnya mencangkup: Kesimpulan, Implikasi dan Saran.



[1] Soerjono Soekanto.Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers, 1990). 200-201.
[2]Pengamatan penulis melalui survey di lapangan dengan mengamati setiap kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Dayak pada umumnya.Pengamatan ini dilakukan oleh penulis selama menjadi bagian dari masyarakat Dayak Benuaq selama bertahun-tahun dengan bersosialisasi langsung dengan masyarakat, khususnya di kampung Intu Lingau.
[3]Pengamatan penulis yang berdinamika langsung dengan masyarakat Dayak Benuaq sejak beberapa tahun dalam  memahami cara berpikir masyarakat umum.
[4]Roedy Haryo Widjono Amz. Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok.(Jakarta: Grasindo, 1998).  1
[5]Mikhail Coomans.Manusia Daya (Dahulu, Sekarang, Masa Depan). (Jakarta: Gramedia, 1987). 2-3
[6]Yekti Maunati. Identitas Dayak, Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. ( Yogyakarta: LKIS, 2006). 57
[7]Lorentius Dyson, Asharani M. Tiwah Upacara Kematian Pada Masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. (Jakarta: Departemen Direktorat Jendral Kebudayaan,  1989). 5
[8]Mikhail Coomans.Manusia Daya (Dahulu, Sekarang, Masa Depan). (Jakarta: Gramedia, 1987). 6
[9] Pengamatan penulis yang  sudah beberapa tahun menjadi bagian dari masyarakat Intu Lingau dan melakukan diskusi secara langsung terhadap beberapa tokoh masyarakat.
[10] Pengamatan penulis selama hidup beberapa tahun, juga sebagai bagian dari masyarakat Dayak Benuaq dengan  bersosialisasi dan berinteraksi secara langsung dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.
[11]Wawacara melalui telepon Pdt. Burhan. Gembala Sidang GKKA-I cabang Intu Lingau. Tanggal 11 Oktober 2018. Pukul 19:50 Wib.
[12]Pengamatan penulis melalui wawancara melalui diskusi dengan beberapa masyarakat umum dan beberapa orang Dayak Benuaq yang sudah menjadi Kristen.
[13]Wawancara Hangkon P. Kepada Adat Kampung Intu Lingau sekaligus seorang tokoh Budayawan Dayak Benuaq. Melalui telepon tanggal  15 September 2018. Pukul 12:44 Wib.
[14]Istilah Letaaladiadopsi dari bahasa Arab yakni; Allah -taala sebutan kepada Peretikaq Bantikng Tuhaq.
[15]Emanuel, Laurentius Dyson, Paulus Matius. Sejarah Dan Mitologi Suku Asli Kalimantan Timur.(Surabaya: Citra Wacana, 2013).15
[16]Wawancara Hangkon P. Kepada Adat Kampung Intu Lingau sekaligus seorang tokoh Budayawan Dayak Benuaq. Melalui telepon tanggal  14 Oktober 2018. Pukul 19:22 Wib.
[17]Melalui pengamatan penulis selama menjadi bagian masyarakat di Intu Lingau beberapa tahun dan melalui diskusi penulis dengan beberapa tokoh masyarakat umum.
[18] Menurut pengalaman penulis selama berdinamika secara langsung didalam kehidupan masyarakat Dayak Benuaq umum dan juga berdiskusi dengan beberapa orang Kristen didalam memahami  tentangPeretikaq Bantikng Tuhaq dengan Tuhan dalam iman Kristen.
[19]Basrowidan Sudikin.Metode Penelitian Kualitatif.(Surabaya: Insan Cendekia, 2002 ).1
[20]Muhamad Nazir. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia, 1988). 64
[21]Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983). 32
[22]R. Soedarmo. Kamus Istilah Teologi. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006). 50.
[23]Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983). 32
[24]Emanuel, Lorentius Dyson dan Paulus Matius.Sejarah Dan Mitologi Suku Asli Kalimantan Timur. (Surabaya: Citra Wacana, 2013). 7
[25]Ibid. 8 
[26]Wawancara melalui telepon. Hangkon P.  Kepala Adat Kampung Intu Lingau sekaligus Budayawan Dayak Benuaq.Sidoarjo. Tanggal 22 Oktober  2018. Pukul 14:18 Wib.
[27]Wawancara melalui telepon. Paulus Matius.Budayawan Suku Dayak Benuaq. Sidoarjo. Tanggal 23 Oktober  2018. Pukul 07:52 Wib.

0 komentar: