www.adira.co.id
CONTOH PROPOSAL
Oleh F. Sayom
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
pendahuluan ini akan dituliskan mengenai: Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Kepentingan
Penelitian, Metodologi Penelitian, Defenisi Istilah, Sistematika Penulisan.
Latar
Belakang Masalah
Dalam
kebudayaan manusia, kebudayaan bersifat universal.Akan tetapi perwujudan
kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.Seperti di Indonesia ada berbagai macam suku bangsa, dan setiap suku
bangsa mempunyai ciri-ciri kebudayaan tersendiri sesuai dengan
latar-belakangnya masing-masing.[1]
Suku
Dayak Benuaq di kampung Intu Lingau, Kutai Barat, Kalimantan Timur juga
merupakan salah satu kelompok masyarakat yang hidup dalam berbagai nilai budaya,
sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Kebudayaan masyarakat sifatnya
dinamis, yaitu bersifat terus menerus berkembang dalam kehidupan masyarakat,
sehingga melahirkan berbagai bentuk kepercayaan.[2]Melalui kepercayan itu juga
melahirkan berbagai pemahaman dalam kepercayaan yang bercampur dengan
adat-istiadat dalam kehidupan masyarakat tertentu sebagai manifestasi dari
pengakuan manusia terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Suku
Dayak merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki karakter
kebudayaan dan juga kepercayaan terhadap yang disebut sebagai yang “Yang Maha
Kuasa” ataupenyebab dari segala sesuatu.Suku
Dayak Benauq juga mengakui tentang adanya “Yang Maha Kuasa” atau Tuhan sebagai
Sang Pencipta. Menurut suku Dayak Benuaq, “Yang Maha Kuasa” tersebut pertama
kali disebut dengan istilah Peretikaq Bantikng Tuhaq yang adalah Sang Pencipta alam semesta serta segala
isinya.Meskipun kepercayaan tersebut berbeda dari kepercayaan masyarakat Indonesia
pada umumnya, namun kepercayaan tersebut sulit untuk dihilangkan dari kehidupan
masyarakat Dayak Benuaq, baik sebelum mereka mengenal agama maupun sesudah
mereka mengenal agama.[3]
Suku
Dayak pada umumnya adalah sebutan bagi orang yang mendiami pulau Kalimantan
termasuk Malaysia,
Serawak, dan Brunei
Darusalam.Suku Dayak termasuk pada kelompok-kelompok yang berimigrasi secara
besar-besaran dari daratan Asia.[4]Suku Dayak merupakan
keturunan dariimigran yang berasal dari wilayah propinsi Yunan, Cina Selatan.Mereka
mengembara ke Tumasik dan Semenanjung Melayu, dan akhirnya menjadi batu
loncatan ke pulau-pulau di Indonesia.Selain itu ada beberapa kelompok lain yangmemilih
masuk Kalimantan melewati Hanian, Taiwan, dan Filipina.[5]
Benuaq adalah salah satu anak suku Dayak di Kutai Barat,
Kalimantan Timur.Berdasarkan pendapat beberapa tokoh budayawan Dayak,suku Dayakberasal
dari Dayak
Lawangan sub suku Ot
Danum dari Kalimantan
Tengah. Lawangan juga
merupakan induk dari suku
Tunjung di Kalimantan Timur.[6]Benuaq
sendiri berasal dari kata Benua dalam arti luas berarti suatu
wilayah atau daerah teritori tertentu, seperti sebuah negara atau negeri.Pengertian
secara sempit berarti wilayah atau daerah tempat tinggal sebuah kelompok atau komunitas.Menurut
cerita, asal kata Benuaq merupakan istilah atau penyebutan oleh orang Kutai,
yang membedakan dengan kelompok Dayak lainnya yang masih hidup nomaden
(masyarakat memilih untuk hidup berpindah-pindah ke tempat lain).[7]
Orang Benuaq
telah meninggalkan budaya nomaden.Mereka adalah orang-orang yang tinggal di Benua,
lama-kelamaan mereka disebut dengan Benuaq.Sedangkan kata Dayak menurut aksen bahasa
Benuaq berasal dari kata Dayaq atau Dayeuq yang berarti orang pedalaman yang
tinggal di hulu sungai.[8]
Intu Lingau merupakan sebuah nama kampung yang dihuni oleh masyarakat suku
Dayak Benuaq. Mayoritas masyarakat Intu Lingau pada umumnya adalah penganut
kepercayaan suku.Namun dengan adanya peraturan dari pemerintah yang
mengharuskan setiap warga negara untuk memilih salah satu agama yang diakui di
Indonesia. Tentu hal ini sebenarnya adalah sebuah legalitasbagi Orang Dayak
Benuaq untuk memperoleh data kependudukkan dan akta nikah dari gereja setempat
serta akta lahir sebagai persyaratan anakmasuk sekolah.[9]Dengan
adanya peraturan tersebut,tentu seakan-akan memaksa mereka harus memilih salah
satu agama untuk dicantumkan dikolom data kependudukansebagai identitas keagamaan yang mereka anut.Kebanyakan
dari masyarakat Intu Lingau memilih untuk menjadi penganut agama Kristen, meskipun
mereka masih percaya pada kepercayaan suku.Kepercayaan asli mereka adalah
kepercayaan suku itu sendiri, kepercayaan ini sulit untuk ditingalkan
masyarakat suku Dayak Benuaq, sebab kepercayaan tersebut diturunkan dari
leluhur yang mengajarkan mereka mengenai adanya “Yang Maha Kuasa” atau Sang
Pencipta.[10]Kampung
Intu Lingau juga menjadi perbatasan antara propinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah.
Menurut cerita lisan dari para pendahulu orang Dayak Benuaq, dimana
dikatakan bahwa orang Dayak Benuaq mengenal “Yang Maha Kuasa” dengan sebuah gelar yaitu, Peretikaq Bantikng Tuhaq (Dia yang Awal)
dan Perejadiq Bantikng
Langit (Dia yang mencipta segala sesuatu). Walaupun demikian,
pribadi Peretikaq Bantikng Tuhaq yang mereka
beri gelar di atas tidak mereka kenal.Yang mereka ketahui hanyalah, bahwa “Yang Maha Kuasa” tersebut
tinggal di Langit Usukwari (tempat yang paling sempurna, langit yang
paling puncak).[11]
Berawal dari
adanya pemahamantentang Peretikaq Bantikng Tuhaq tersebut dalam
kepercayaan suku Dayak Benuaq, menjadikan mereka sangat kritis dalam menjalankan kehidupannya maupun dalam
kepercayaan yang dianutnya. Mereka masih
sulit untuk membedakan kepercayaan suku dengan iman Kristen mengenai Tuhan
dalam memaknai kehidupan religiusnya.[12]
Menurut kepercayaan suku Dayak Benuaq mengenai kepercayaan
dari leluhur mereka tentang “YangMaha Kuasa”, Yang Maha Kuasa tersebut adalah
pribadi yang melampaui pemikiran manusia. Mereka memahami sosok“YangMaha Kuasa”tersebut
pertama kali dengan istilah Peretikaq Bantikng
Tuhaq. Meskipun pribadi dari Peretikaq Bantikng Tuhaq itu jauh dantidak mereka kenal secara
langsung, namun mereka percaya bahwa Peretikaq
Bantikng Tuhaq adalah “Yang Maha Kuasa” atau bisa dikatakan bahwa Peretikaq
Bantikng Tuhaq tersebut sama dengan Tuhan dalam iman Kristen.Adapun
pemahaman manusia mengenai Peretikaq Bantikng Tuhaq itu sebenarnya timbul dari penalaran suku Dayak
Benuaq terhadap wahyu umum didalam
memahami tentang adanya Tuhan sebagai Sang Pencipta langit dan bumi. Hal
ini nampak seperti dalam cerita atau mitologi mengenai asal-usul bumi, manusia,
hewan, air, dimana segala sesuatu ada karena ada yang menciptakannya.[13]
Secara
umum masyarakat di kampung Intu Lingau adalah orang-orang yang sangat kuat
dalam memegang teguh tradisi adat istiadat dan kepercayaan dari nenek moyang
yang telah dijalankan secara terus menerus dari zaman ke zaman.Mereka percaya bahwa Peretikaq Bantikng Tuhaq adalah Tuhan Yang Maha Tinggi. Sebutan lain bagi Peretikaq Bantikng
Tuhaq dalam versi orang Dayak Benuaq yang sudah dipengaruhi Islam, disebut
dengan istilah Letaala[14]yang juga artinya sama dengan TuhanYang Maha Kuasa. Setelah
menciptakan langit dan bumi, Peretikaq Banitkng Tuhaq ingin ada manusia
untuk tinggal di bumi tersebut. Lalu Peretikaq Bantikng Tuhaq menciptakanTemerikungsebagai
manusia pertama yang bertugas mengontrol langit dan bumi. Temerikung adalah utusan dari Peretikaq
Bantikng Tuhaq, yang diperintahkan untuk mengawasiseluruh mahluk yang ada
di bumi.[15]
Pada umumnya orang Dayak Benuaq memahamiPeretikaq Bantikng Tuhaq yang mereka mengerti hanya
melalu cerita leluhur saja yang dijalani secara terus menerus dari generasi ke
generasi, sehingga sudah mendarah daging
dan sulit untuk diubah.Adapun dari cerita-cerita lain yang
berkembang dalam tradisi lisan suku Dayak Benuaq, seperti dalam mitologi
penciptaan, dimana Peretikaq Bantikng Tuhaq
dikenal sebagai sosok yang sangat berkuasa dengan menciptakan langit, bumi, tumbuhan,
hewan dan manusia. Artinya bahwaPeretikaq Bantikng Tuhaqinilah
yang menjadi penyebab dari segala sesuatu yang ada.Menurut suku Dayak Benuaq, Peretikaq
Bantikng Tuhaq itu dirinya transendent, yang tidak
terlihat, yang pribadi dirinya tidak dikenal dekat oleh suku Dayak Benuaq
karena bersifat supranatural. Namun mereka tetap percaya bahwa hanya ada satu
“Yang Maha Kuasa”, yaitu Peretikaq Bantikng Tuhaq.[16]
Menurut pandangan orang Dayak Benuaq mengatakan bahwa Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku sama saja dengan Tuhan yang ada
dalam iman Kristen. Oleh sebab itu, dengan adanya pandangan kepercayaan suku tersendiri
seperti ini, membuat orang Dayak Benuaq sulit untuk membedakan Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Tuhan yang ada dalam iman
Kristen. Sehingga, bagaimana Gereja dapat memberikan pembedaan antara
kepercayaan suku dengan iman Kristen.[17]
Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq yang sangat melekat dalam
kepercayaan lama orang Dayak Benuaq tentunya masih sangat mempengaruhi
kehidupan mereka sehari-hari didalam mereka memahami Tuhan menurut iman Kristen.[18]Dari
indikasi-indikasi yang terjadi didalam kehidupan orang Dayak Benuaq seperti
yang telah dipaparkan diatas, maka perlu adanyapembedaan antara kepercayaan
suku dengan iman Kristen.Maka penulis hendak mengadakan suatu penelitian terhadap
konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq
dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq.Untuk memperoleh data yang sesungguhnya
mengenai Peretikaq Bantikng Tuhaqguna memberi pemahaman yang lebih mendalam bagi penulis
dan pembaca dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaqdengan benar melalui data-data yang valid.Data yang valid
yang didapatkan melalui penelitian lapangan, wawancaradan menggunakan buku-buku
literatur untuk memperoleh data-data yang objektif dalam memahami Peretikaq
Bantikng Tuhaqmenurut kepercayaansuku Dayak Benuaq.
Narasumber yang akan diwawancarai
adalah beberapa anggota jemaat di Gereja Kristen yang sudah lama ada yakni,
Gereja Kebangunan Kalam Allah Indonesia cabang Intu Lingau yang berada di
wilayah kampung Intu Lingau dan tokoh adat serta beberapa tokoh masyarakat yang
bisa memberikan informasi yang valid bagi penulis dalam menjelaskan kepercayaan
suku Dayak Benuaq mengenai Peretikaq
Bantikng Tuhaq.
Berkenaandengan adanya beberapa masalah yang telah
dikemukakan di atas maka penulis hendak meneliti secara lebih jauh lagi
mengenai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq.Berkenaan dengan penelitian tersebut di atas maka penulis
mengangkat judul skripsi sebagai berikut: Analisa Kritis Terhadap Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq Dalam Kepercayaan Suku Dayak Benuaq Dan Implikasinya Bagi Jembatan
Penginjilan Terhadap Masyarakat
Suku Dayak
Benuaq Di wilayah Kampung Intu Lingau.
Identifikasi Masalah
Mengacu
pada topik penelitian ini, serta merujuk kepada latar belakang masalah
sebagaimana dipaparkan diatas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq tentunya mereka
memiliki pemahaman tentang Yang Maha Kuasa atau Tuhan sebagai pencipta seperti
dalam iman Kristen. Apakah Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan
suku mengacu pada Tuhan yang sama dalam iman Kristen?
2. Masyarakat
suku Dayak Benuaq pertama kali menyebut Yang Maha Kuasa atau Tuhan dengan
istilah Peretikaq Bantikng Tuhaq. Apakah memungkinkan menyebut Allah
dalam iman Kristen sama dengan Peretika Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan
suku Dayak Benuaq?
3. Konsep
mengenai Peretikaq Batikng Tuhaq secara
umum sudah diketahui orang Dayak Benuaq sebagai “Yang Awal”, namun belum tentu
semua orang Dayak Benuaq memahami Peretikaq
Bantikmg Tuhaq secara mendalam baik secara definisi maupun secara teoritis
sehingga, apakah yang dimaksud tentang Peretikaq
Bantikng Tuhaq?
4. Kekristenan
di suku Dayak Benuaq sudah berkembang
sejak lama, dengan demikian pula tentunya pengajaran iman Kristen sudah mereka ketahui. Namun, apakah yang
melatar belakangi orang Dayak
Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristensampai
saat ini?
5. Kepercayaan
terhadap adanyaPeretikaq Bantikng Tuhaq
yang dipercaya sebagai pencipta segala sesuatu, sehingga pemahaman mereka
terhadap Peretikaq Bantikng Tuhaq itu
sendiri sangat sulit untuk dipisahkan dari kehidupan orang Dayak Benuaq. Bagaimanakah
cara Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual
tentang pribadi Allah Pencipta dalam Alkitab?
6. Masyarakat Dayak Benuaq mempercayai Peretika Bantikng Tuhaq sebagai “Yang Awal”
dari segala sesuatu di dalam Dunia ini.
Bagaimanakah relasi antara konsep Peretikaq
Bantikng Tuhaq dengan Allah dalam Alkitab dalam konteks kepercayaan suku
Dayak Benuaq?
7.
Peretikaq
Bantikng Tuhaq merupakan kepercayaan suku Dayak Benuaq
sejak dari nenek moyang suku Dayak Benuaq. Dimanakah
sisi negatif dan positif bagi orang Kristen dalam memahami Peretika Bantikng Tuhaq?
Pembatasan Masalah
Merujuk
pada penyataan judul karya tulis ini yakni “Analisa Kritis Terhadap Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq Dalam
Kepercayaan Suku Dayak Benuaq Dan Implikasinya Bagi Jembatan Penginjilan
Terhadap Masyarakat Suku Dayak Benuaq Di Wilayah Kampung Intu Lingau”, berkaitan dengan sejumlah masalah
yang telah diidentifikasi di atas, maka penulis akan membatasi dalam tujuh
masalah yakni nomor satu, dua, tiga, empat,lima, enam, dan tujuhsebagai
berikut:
1. Dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq tentunya mereka
memiliki pemahaman tentang Yang Maha Kuasa atau Tuhan sebagai pencipta seperti
dalam iman Kristen. Apakah Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan
suku mengacu pada Tuhan yang sama dalam iman Kristen?
2. Suku
Dayak Benuaq pertama kali menyebut Yang Maha Kuasa atau Tuhan dengan istilah Peretika
Bantikng Tuhaq. Apakah memungkinkan menyebut Allah dalam iman Kristen sama
dengan Peretika Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq?
3. Konsep
mengenai Peretikaq Batikng Tuhaq secara
umum sudah diketahui orang Dayak Benuaq sebagai “Yang Awal”, namun belum tentu
semua orang Dayak Benuaq memahami Peretikaq
Bantikmg Tuhaq secara mendalam baik secara definisi maupun secara teoritis
sehingga, apakah yang dimaksud tentang Peretikaq
Bantikng Tuhaq?
4. Kekristenan
di suku Dayak Benuaq sudah berkembang
sejak lama, dengan demikian pula tentunya pengajaran iman Kristen sudah mereka ketahui. Namun, apakah yang
melatar belakangi orang Dayak
Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristensampai
saat ini?
5. Kepercayaan
terhadap adanyaPeretikaq Bantikng Tuhaq
yang dipercaya sebagai pencipta segala sesuatu, sehingga pemahaman mereka
terhadap Peretikaq Bantikng Tuhaq itu
sendiri sangat sulit untuk dipisahkan dari kehidupan orang Dayak Benuaq. Bagaimanakah
cara Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual
tentang pribadi Allah Pencipta dalam Alkitab dalam konteks kepercayaan suku
Dayak Benuaq?
6. Masyarakat
Dayak Benuaq mempercayai Peretikaq
Bantikng Tuhaq sebagai “Yang Awal” dari segala sesuatu di dalam Dunia ini. Bagaimanakah
relasi antara konsep Peretikaq Bantikng
Tuhaq dengan Allah dalam Alkitab?
7. Peretikaq Bantikng Tuhaq merupakan
kepercayaan suku Dayak Benuaq sejak dari nenek moyang suku Dayak Benuaq. Dimanakah sisi negatif dan positif bagi orang Kristen
dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaq?
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam
kepercayaan suku mengacu pada Tuhan yang sama dalam iman Kristen?
2. Apakah
memungkinkan menyebut Allah dalam iman Kristen sama dengan Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam
kepercayaan suku Dayak Benuaq?
3. Apakah yang dimaksud tentang Peretikaq
Bantikng Tuhaq?
4. Apakah yang melatar belakangi
orang Dayak Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristensampai
saat ini?
5. Bagaimanakah
cara Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual
tentang pribadi Allah Pencipta dalam Alkitab dalam konteks kepercayaan suku
Dayak Benuaq?
6. Bagaimanakah relasi antara konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Allah dalam Alkitab?
7. Dimanakah sisi negatif dan positif bagi orang Kristen
dalam memahami Peretikaq Bantikng Tuhaq?
Tujuan Penelitian
1.
Menjelaskan kepada
pembaca tentang kepercayaan suku Dayak Benuaq, apakah yang dimaksud dengan Peretikaq
Bantikng Tuhaq mengarah pada Tuhan yang sama seperti dalam iman Kristen.
2.
Supaya para pembaca
dapat mengetahui apakah ada indikasi-indikasi yang dapat menyebabkan
sinkretisme dalam penyebutan terhadap Allah dalam iman Kristen dengan
kepercayaan suku.
3.
Untuk menjelaskan kepada
pembaca apa yang dimaksud dengan Peretikaq Bantikng Tuhaqdalam pemahaman suku Dayak Benauq
secara lebih mendalam.
4.
Memberikan pemahaman kepada
pembaca dalam memahami cara berpikir apakah yang melatar belakangi orang Dayak
Benuaq Kristen masih memegang kepercayaan tentang konsep Peretikaq
Bantikng Tuhaq secara berbeda dengan iman Kristen
sampai saat ini.
5.
Supaya orang Dayak Benuaq
yang sudah Kristen dapat menyikapi konsep mengenaiPeretikaq
Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan sukudan bagaimanacara
Gereja merumuskan pengajaran yang kontekstual tentang pribadi Allah Pencipta
dalam Alkitab.
6.
Penulisan skripsi ini akan
memberikan pemahaman kepada pembaca dalam memahami relasi antara konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dengan Allah
dalam Alkitab.
7.
Memberikan penjelasan
mengenai konsepPeretikaq Bantikng Tuhaq dalam
kepercayaan suku Dayak Benuaq serta memahami sisi negatif dan positif bagi
orang Kristen dalam memahami Peretikaq
Bantikng Tuhaq menurut Dayak Benuaq.
Kepentingan Penelitian
Dalam
kepentingan penelitian ini penulis akan dibahas dua hal yaitu kepentingan
teoritis dan kepentingan praktis.
Kepentingan Teoritis
Kepentingan secara
teoritis,
penulisan skripsi ini akan membawa kepentingan yang signifikan, diantaranya:
1. Penulisan
skripsi ini secara teoritis berguna juga untuk mempertajam, serta memperluas
pengetahuan jemaat
Kristen mengenai adanya pengaruh kepercayaan suku bagi beberapa orang percaya yang masih belum dewasa secara iman.
2. Melalui karya tulis ini, penulis ingin berbagi pada
semua orang, khususnya bagi para hamba Tuhan yang pelayanan di daerah
pedalaman. Tulisan ini dapat menjadi pedoman dan bekal dalam pelayanan. Khususnya pada saat ketika pelayanan di
daerah suku Dayak Benuaq yang masih terpengaruh kepercayaan suku.
Kepentingan Praktis
Kepentingan praktis sebagai berikut:
1. Bagi
penulis, melalui penulisan skripsi ini penulis dapat menambah wawasan,
pengetahuan yang baru terkait dengan judul skripsi ini.
2. Bagi
para hamba Tuhan, khususnya mereka yang di luar suku Dayak Benuaq, melalui
penulisan skripsi ini dapat membekali pelayanan dan memberikan gambaran
mengenai kepercayaan suku Dayak Benuaq. Dengan harapan para hamba Tuhan dapat menggunakan kepercayaan suku tersebut
untuk membedakan kepercayaan suku dengan iman Kristen..
3. Bagi
kepustakaan hasil penelitian ini akan memperkaya orang Dayak Benuaqitu sendiriyang
sudah menjadi Kristen, di mana mereka masih terlibat dalam kepercayaan suku.Pemikiran
mereka akan terbuka pada iman Kristen yang benar.
Metodologi Penelitian
Metodologi
penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan penelitian lapangan.Dalam
penelitian lapangan metode kualitatif cenderung terarah pada gejala-gejala atau
fenomena-fenomena yang faktual, yang benar-benar nyata terjadi ditengah-tengah
kelompok masyarakat tertentu.
Dengan
metode kualitatif penulis berusaha memahami dan menjelaskan sejelas-jelasnya
mengenai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq yang ada di dalam budaya kepercayaan masyarakat suku
Dayak Benuaq yang berada di wilayah kampung Intu Lingau dan implikasinya bagi
jembatan penginjilan terhadap masyarakat
Dayak Benuaq.
Metode
kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara
kuantitatif lainnya.[19]
Dilakukan
penelitian kualitatif karena kurangnya teori-teori yang berhubungan dengan
judul diatas, sehingga dapat menghasilkan suatu obyek penelitian (khusus) yang
diharapkan dapat menghasilkan suatu teori (umum).[20]
Metode Penulisan
Di dalam pencapaian penulisan skripsi
ini, maka penulis menggunakan metode analisa kritis sebagai berikut: Yang pertama
adalah analisa. Menurut kamus, kata analisa adalah “suatu tindakan untuk menyelidiki suatu
peristiwa baik yang berkaitan dengan karangan dan perbuatan” yang dimana bertujuan untuk mengetahui
keadaan sebenarnya dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut sebab-musabab
maupun peristiwa yang terjadi.[21]Yang kedua adalah kritis.
Kata kritis artinya “memberi penilaian terhadap sesuatu” baik itu konsep maupun naskah.[22]
Jadi dapat dikatakan analisa kritis
yakni suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap sebuah
konsep (khususnya dalam bagian-bagian ini tentang konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq
menurut kepercayaan suku Dayak Benuaq).
Metode Pengumpulan Data
Untuk
memperlengkapi data dalam mengungkapkan dan menjelaskan pemahaman mengenai
konsep tuhan dalam pandangan kepercayaan suku Dayak Benuaq, serta alasan-alasan
yang muncul sebagai latar belakang pemahaman mengenai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam
kepercayaan suku Dayak Benuaq. Hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh makna baru yang terkandung dalam setiap
kalimat yang akan dianalisa. Maka penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara
penelitian lapangan.
Dalam rangka penelitian tersebut,
penulis menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan pokok bahasan. Pengumpulan
data dilakukan melalui dua sumber utama, yakni:Pertama, penelitian perpustakaan
yang berupa buku-buku, literatur-literatur yang kemudian diseleksi agar menemukan pemahaman serta
pandangan yang sesuai dengan topik pembahasan.
Kedua, melalui wawancara kepada
pribadi-pribadi sertabeberapa tokoh-tokoh yang bisa memberikan informasi yang
valid menganai konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam
kepercayaan suku. Seperti kepala
adat, budayawan, praktisi budaya,pendeta dan beberapa
jemaat Kristen.
Definisi Istilah
Sebelum melihat
lebih jauh pembahasan berikutnya, perlu melihat definisi istilah untuk
mengarahkan tujuan penjelasan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Analisa,
menurut kamus, kata analisa adalah “suatu tindakan untuk menyelidiki suatu
peristiwa baik yang berkaitan dengan karangan dan perbuatan” yang dimana bertujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu
peristiwa, baik yang menyangkut sebab-musabab maupun peristiwa yang terjadi.[23]
2. Konsep
Peretikaq Bantikng Tuhaq menurut kepercayaan suku
Dayak Benuaq adalah dimana pada awalnya dalam kisah penciptaan, orang Dayak
Benuaq mengenal bahwa ada satu Roh Yang Maha Agung yang belum diketahui namanya
secara pasti. Roh tersebut kali pertama diberi gelar Peretikaq
Bantikng Tuhaq dalam arti yang awal atau yang paling tua. Peretikaq
Bantikng Tuhaq menjadi cikal bakal adanya penciptaan langit dan bumi. Maka
dalam konteks penciptaan atau menjadikan adalah Roh Yang Maha Agung diberi gelar
lagi dengan sebutan Perejadiq Bantikng Langit yang berarti Yang
Menjadikan atau Sang Pencipta dari segala sesuatu yang ada.[24]
3. Suku
Dayak Benuaq adalah salah satu anak suku Dayak yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan, dan khususnya di Kutai Barat, Kalimantan
Timur.[25]
4. Letaala diadopsi dari bahasa Arab, yakni
dari kata Allah-taala yang merujuk kepada penyebutan untuk Peretikaq Bantikng Tuhaqbagi beberapa orang Dayak Benuaq.[26]
5. Langit Usukwari merupakan tempat yang paling
sempurna, langit yang paling tinggi tempat berdiamnya Peretikaq Bantikng Tuhaq.[27]
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini
di susun sebagai berikut:
Bab
pertama berisi pembahasan tentang
“Pendahuluan” yang berisi tentang: Latar
Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Kepentingan Penelitian, Metodologi Penelitian,
Defenisi Istilah, Sistematika Penulisan.
Bab
dua berisi Landasan Teori, Kerangka Berpikir, Dan Rumusan Hipotesis mengenai
konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam kepercayaan suku Dayak Benuaq.
Bab
tiga berisi uraian Metodologi
Penelitian: Tempat dan
Waktu Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Dokumentasi, Observasi, dan
Wawancara.
Bab
empat berisi Deskripsi Hasil Riset, Analisa dan Pembahasan.
Bab
lima berisi penutup yang di dalamnya mencangkup: Kesimpulan, Implikasi dan
Saran.
[1] Soerjono Soekanto.Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers, 1990). 200-201.
[2]Pengamatan
penulis melalui survey di lapangan dengan mengamati setiap kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat Dayak pada umumnya.Pengamatan ini dilakukan oleh
penulis selama menjadi bagian dari masyarakat Dayak Benuaq selama
bertahun-tahun dengan bersosialisasi langsung dengan masyarakat, khususnya di
kampung Intu Lingau.
[3]Pengamatan
penulis yang berdinamika langsung dengan masyarakat Dayak Benuaq sejak beberapa
tahun dalam memahami cara berpikir
masyarakat umum.
[4]Roedy
Haryo Widjono Amz. Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok.(Jakarta:
Grasindo, 1998). 1
[5]Mikhail
Coomans.Manusia Daya (Dahulu, Sekarang, Masa Depan). (Jakarta: Gramedia,
1987). 2-3
[6]Yekti
Maunati. Identitas Dayak, Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. (
Yogyakarta: LKIS, 2006). 57
[7]Lorentius
Dyson, Asharani M. Tiwah Upacara Kematian Pada Masyarakat Dayak Ngaju
Kalimantan Tengah. (Jakarta: Departemen Direktorat Jendral Kebudayaan, 1989). 5
[8]Mikhail
Coomans.Manusia Daya (Dahulu, Sekarang, Masa Depan). (Jakarta: Gramedia,
1987). 6
[9]
Pengamatan penulis yang sudah beberapa
tahun menjadi bagian dari masyarakat Intu Lingau dan melakukan diskusi secara
langsung terhadap beberapa tokoh masyarakat.
[10]
Pengamatan penulis selama hidup beberapa tahun, juga sebagai bagian dari
masyarakat Dayak Benuaq dengan
bersosialisasi dan berinteraksi secara langsung dengan kehidupan
masyarakat pada umumnya.
[11]Wawacara melalui telepon Pdt. Burhan. Gembala
Sidang GKKA-I cabang Intu Lingau. Tanggal 11 Oktober 2018. Pukul 19:50 Wib.
[12]Pengamatan penulis melalui wawancara
melalui diskusi dengan beberapa masyarakat umum dan beberapa orang Dayak Benuaq
yang sudah menjadi Kristen.
[13]Wawancara Hangkon P. Kepada Adat
Kampung Intu Lingau sekaligus seorang tokoh Budayawan Dayak Benuaq. Melalui
telepon tanggal 15 September 2018. Pukul 12:44 Wib.
[14]Istilah
Letaaladiadopsi dari bahasa Arab yakni; Allah -taala
sebutan kepada Peretikaq Bantikng Tuhaq.
[15]Emanuel,
Laurentius Dyson, Paulus Matius. Sejarah Dan Mitologi Suku Asli Kalimantan
Timur.(Surabaya: Citra Wacana, 2013).15
[16]Wawancara Hangkon P. Kepada Adat
Kampung Intu Lingau sekaligus seorang tokoh Budayawan Dayak Benuaq. Melalui
telepon tanggal 14 Oktober 2018. Pukul 19:22 Wib.
[17]Melalui
pengamatan penulis selama menjadi bagian masyarakat di Intu Lingau beberapa
tahun dan melalui diskusi penulis dengan beberapa tokoh masyarakat umum.
[18]
Menurut pengalaman penulis selama berdinamika secara langsung didalam kehidupan
masyarakat Dayak Benuaq umum dan juga berdiskusi dengan beberapa orang Kristen
didalam memahami tentangPeretikaq
Bantikng Tuhaq dengan Tuhan dalam iman Kristen.
[19]Basrowidan Sudikin.Metode Penelitian Kualitatif.(Surabaya: Insan Cendekia, 2002 ).1
[20]Muhamad
Nazir. Metode Penelitian. (Jakarta:
Ghalia, 1988). 64
[22]R. Soedarmo. Kamus Istilah Teologi.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006). 50.
[24]Emanuel,
Lorentius Dyson dan Paulus Matius.Sejarah Dan Mitologi Suku Asli Kalimantan
Timur. (Surabaya: Citra Wacana, 2013). 7
[25]Ibid.
8
[26]Wawancara
melalui telepon. Hangkon P. Kepala
Adat Kampung Intu Lingau sekaligus Budayawan Dayak Benuaq.Sidoarjo. Tanggal
22 Oktober 2018. Pukul 14:18 Wib.
[27]Wawancara
melalui telepon. Paulus Matius.Budayawan Suku Dayak
Benuaq. Sidoarjo. Tanggal 23 Oktober
2018. Pukul 07:52 Wib.
0 komentar:
Posting Komentar