kompasiana.com
CONTOH PROPOSAL SKRIPSI
Oleh: Eka Wahyuni
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini peneliti akan membahas secara sistematis
tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penelitian meliputi kepentingan
teoritis dan kepentingan praktis, metodologi penelitian, definisi istilah, dan
sistematika penulisan.
Latar Belakang Masalah
Kecerdasan anak seringkali masih diartikan secara sempit oleh banyak orang. Kecerdasan masih
dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis saja
dengan bidang-bidang tertentu yang dianggap lebih penting, seperti Matematika,
Sains, dan Bahasa, sehingga bidang-bidang tersebut lebih diutamakan.[1]
Pandangan
tersebut ditolak oleh
Dr. Howard Gardner, Profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika
Serikat, yang mengemukakan definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur
potensi manusia secara lebih luas, baik pada anak maupun orang dewasa.[2] Tidak ada manusia yang
bodoh karena setiap manusia memiliki kecerdasan masing-masing sesuai rencana
Tuhan.[3] Setiap anak pandai di bidangnya
masing-masing, setiap anak bisa hebat sesuai dengan keunikannya.[4]
Menurut Gardner
kecerdasan dalam kecerdasan majemuk meliputi kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas
musik-lagu), kecerdasan kinestetik
(cerdas gerak), kecerdasan interpersonal
(cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal
(cerdas diri), kecerdasan naturalis
(cerdas alam), kecerdasan eksistensial
(cerdas hakikat).[5]
Penulis memilih menggunakan teori dari Horward Gardner karena Horward Gardner
melihat kecerdasan sebagai kapasitas seseorang untuk memecahkan masalah atau
untuk menciptakan sesuatu yang berharga untuk sebuah atau beberapa latar
budaya. Gardner menyusun kriteria-kriteria yang disebut sebagai tanda
kecerdasan, yaitu: isolasi kerusakan akibat kerusakan otak; keberadaan idiot
savant (orang yang sangat cerdas dalam hal tertentu tetapi tidak memahami hal
yang lain, anak-anak autis dan orang-orang yang memiliki kelebihan; seperangkat
kinerja atau kinerja inti (core
operation) yang dapat dikenali; sejarah perkembangan yang jelas, diikuti
dengan seperangkat unjuk kerja yang dapat dijelaskan; adanya dukungan dari uji
eksperimen psikologis; adanya dukungan dari penemuan psikometri; keterjemahan
sebuah sistem simbol.[6]
Teori kecerdasan
majemuk membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan mencapai tugas
perkembangan. Kecerdasan majemuk menghindarkan anak dari kegagalan tugas
perkembangan, seperti rasa rendah diri, dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan
dan penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru.[7]
Teori kecerdasan majemuk melihat anak sebagai individu yang unik.
Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, dimana setiap
variasi menimbulkan konsekuen dalam cara pandang dan evaluasinya.[8] Pendidik yang berbasis kecerdasan majemuk, berpeluang
memberikan pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan mengasah kecerdasan
anak.[9] Kecerdasan majemuk membantu
untuk mengenal diri
anak-anak, menemukan bidang kecerdasan dalam diri anak, menemukan
keunikan dalam setiap pribadi dan mengembangkannya menuju keberhasilan.[10]
Pendidikan anak usia dini di Indonesia mengalami masa-masa penuh
dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik penuh
hafalan. Praktik yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak Developmentally Appropriate Practice (DAP)
belum seluruhnya diterapkan. Keberhasilan belajar anak diukur dari kepatuhan,
kemampuan kognitif dan sosial anak. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik,
intrapersonal, dan naturalis dianggap sebagai anak-anak yang bermasalah.
Beberapa pendidik bahkan mengecap mereka sebagai anak yang hiperaktif, kuper,
dan jorok. Pandangan ini telah membawa efek yang merugikan bagi anak-anak,
terutama bagi perkembangan anak.[11]
Pendidik yang memahami kemampuan anak, melihat setiap keunikan
anak dan menolong anak untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki,
seperti Surat Kepala Sekolah di Bantul yang diberikan kepada orang tua siswa,
yang berbunyi:
Bersama Surat ini
kami sampaikan bahwa, Ujian anak Anda telah selesai. Saya tahu anda cemas dan
berharap anak Anda berhasil dalam tujuannya. Tapi, mohon diingat, di
tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman, yang
tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran
Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi, yang nilai Kimia-nya tidak akan berarti.
Ada calon olahragawan, yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika di
sekolah. Ada calon photografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art
berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini. Sekiranya anak Anda lulus
menjadi yang teratas, hebat! Tapi bila tidak, mohon jangan rampas rasa percaya
diri dan harga diri mereka. Katakan saja: “tidak apa-apa, itu hanya sekedar
ujian.” Anak-anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam
hidup ini. Katakan pada mereka, tidak penting berapapun nilai ujian mereka,
Anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka. Lalukanlah ini, dan di
saat itu, lihatlah anak anda menaklukan dunia. Sebuah ujian atau nilai rendah
takkan mencabut impian dan bakat mereka. Dan mohon, berhentilah berpikir bahwa
hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.[12]
Pendidik turut bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Sebagai wujud tanggung jawab, pendidik hendaknya menyusun rencana dan
melaksanakan kegiatan pengembangan potensi anak. Dalam menyusun
rencana kegiatan tersebut, pendidik hendaknya mengimplementasikan konsep-konsep
kecerdasan majemuk.[13]
Di PG/TK Kristen Cita Buah Hati, sebuah sekolah Kristen yang
berada di Jalan Jeruk No. 67, Wage, Taman, Sidoarjo, berfokus pada kecerdasan
spiritual. Bertujuan untuk membawa anak kepada Kristus dan menanamkan iman yang
benar kepada Kristus. Sebagai lembaga pendidikan sekolah tersebut juga
memperhatikan intelektualitas peserta didik dengan mengadakan pelajaran
tambahan (les) pelajaran Berhitung dan Berbahasa, hanya sebagai ekstra
kurikuler. Kecerdasan berbahasa yang dikembangkan hanya sebagai intelektualitas
supaya anak dapat membaca, tidak termasuk dalam kecerdasan interpersonal agar
anak dapat bersosialisasi dengan baik.[14]
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 dengan pembelajaran
tematik, yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa.[15] Pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan buku pelajaran yang di dalamnya terdapat tema-tema khusus
untuk mengenal diri dan lingkungan anak, dan disertai dengan kegiatan
kreativitas yang dapat dilakukan oleh anak. Tema-tema saling berkaitan antara
pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.[16]
Berikut ini kurikulum 2013 yang dipakai di PG/TK Kristen Cita Buah
Hati: Materi yang digunakan sebagai bahan ajar di kelas TK A adalah materi dari
buku yang diterbitkan “Erlangga for Kids” untuk anak usia 4-5 tahun dan untuk
kelas TK B menggunakan buku dari “Erlangga for Kids” untuk anak usia 5-6 tahun yang
mengacu pada KI-KD Kurikulum 2013 PAUD. Disajikan secara tematik dengan
pendekatan saintifik, menanamkan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.[17] Jadi, melalui
pembelajaran dengan pendekatan saintifik itu mengasah anak untuk lebih kritis
dalam mengamati dan mengkomunikasikan. Anak dilatih berpikir dari mengamati
gambar-gambar yang disediakan dalam buku belajar.
Kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik yang dilaksanakan di
PG/TK Kristen Cita Buah Hati, dapat menolong anak
untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki dari setiap tema-tema yang
diberikan, namun dalam pelaksanaannya kiat-kiat yang dilakukan belum maksimal untuk mengembangkan kecerdasan
majemuk pada diri anak karena belum menjajaki kelebihan
setiap anak dan masih menyamaratakan.[18] Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik belum secara maksimal dapat mengembangkan kecerdasan
majemuk pada anak. Kurikulum yang diterapkan belum memenuhi 5 komponen dalam
kurikulum, yaitu tujuan, materi, strategi, organisasi, evaluasi. Strategi dan
evaluasi belum diterapkan. Strategi hanya dilakukan secara individual oleh
masing-masing guru. Evaluasi bersama setiap semester belum diterapkan untuk
melihat hasil dan kekurangan pembelajaran dalam setiap semester.[19] Materi pelajaran yang
ditempuh untuk PG/TK Kristen Cita Buah Hati sebagai berikut: Berbahasa,
Berhitung, Kreativitas, Budi Pekerti, Pendidikan Agama, Olahraga, Bahasa
Inggris, Sains.
Sesuai dengan kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati yang diberlakukan dalam pembelajaran sebelum memulai belajar diawali dengan berdoa dan bernyanyi memuji
Tuhan. Satu kali dalam satu bulan diadakan ibadah bersama untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual anak. Mulai awal bulan September tahun ajaran 2017/2018,
sebelum kegiatan olah raga diadakan senam bersama untuk mengembangkan
kecerdasan kinestetik anak. Untuk pengembangan pada kecerdasan-kecerdasan
majemuk yang lain seperti ekstrakurikuler menari, melukis, musik, dan
sebagainya, belum ada. Pengembangan yang dilakukan dari segi pendidik adalah
dengan sekolah mengikutsertakan para guru untuk mengikuti seminar-seminar
pendidikan anak usia dini.
Dari pengamatan penulis selama mengajar di
PG/TK Kristen Cita Buah Hati, dari sikap dan respon anak terhadap suatu
kegiatan menunjukkan kecerdasan yang dimiliki. Misalnya saat kegiatan ibadah
anak melihat alat musik, anak sangat berantusias melihat alat musik tersebut
saat dimainkan. Moren, Tores, Keyla ketika mendengar sebuah lagu dengan lincah
menari mengikuti musik tersebut. Timothy terlihat tidak berantusias saat
belajar mewarnai, namun akan sangat berantusias saat belajar matematika, berbahasa
dan bahasa Inggris. Klara anak yang pendiam, namun sangat teliti dalam menyusun
puzzle. Deeme dan Teo sangat rapi
dalam mewarnai gambar. Karin anak yang ceria dan mudah berteman. Ivi sangat
cepat dalam mengahafal kata. Jonathan sangat suka menggambar dan memiliki
imajinasi yang tinggi.[20] Kecerdasan yang dimiliki
setiap anak berbeda-beda. Guru dan orang tua bertanggung jawab untuk
mengembangkan kecerdasan yang dimiliki anak. Dengan melatih dan membiasakan
anak pada bidang yang diminati akan menolong anak dalam mengembangkan
kecerdasan yang dimiliki.
Pendidik yang kreatif tidak hanya terpaut pada buku pelajaran
siswa. Dari materi yang ada dalam buku siswa, seharusnya dapat dikembangkan
untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilik siswa. Guru harus memiliki
kesadaran dan kerelaan untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik. Kesadaran
itu tampaknya belum dimiliki oleh semua guru. Dalam buku belajar siswa terdapat
tema-tema, seperti diri sendiri, lingkungan, kebutuhanku, binatang, tanaman,
dan lain-lain. Guru mengembangkan sendiri pembelajaran dan kreativitas untuk
peserta didik. Namun, ada juga guru yang mengajar hanya mengikuti buku
pelajaran tanpa mengembangkannya, hanya memberi tugas untuk menulis.
Pembelajaran yang seharusnya dapat dilakukan dengan menarik dengan berbagai
kegiatan yang dapat mengembangkan kecerdasan anak menjadi kegiatan yang biasa,
anak hanya mendengar dan mengerjakan tugas dalam buku.
Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana teori kecerdasan
majemuk dapat diimplementasikan
ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen
Cita Buah Hati, sehingga guru memiliki kesadaran untuk lebih memaksimalkan
proses pembelajaran dengan persiapan-persiapan kegiatan dan kreativitas untuk
mengembangkan kecerdasan anak. Melalui setiap pembelajaran yang dilakukan
diharapkan dapat mengembangkan setiap kecerdasan yang dimiliki anak. Dengan
begitu, penulis akan meneliti “Implementasi
Teori Kecerdasan Majemuk Ke Dalam Kurikulum PG/TK
Kristen Cita Buah Hati
Sidoarjo Tahun Ajaran
2017/2018”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan kepada
latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan di atas maka penulis
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Menurut
Howard Gardner tidak ada manusia yang tidak cerdas. Setiap anak mempunyai
kecerdasan masing-masing. Gardner menolak pendapat kecerdasan yang hanya
berdasarkan intelektualitas dan menemukan teori kecerdasan majemuk. Apa sebenarnya kecerdasan majemuk itu?
2.
Dalam
kecerdasan majemuk, menurut Gardner ada sembilan kecerdasan. Setiap anak
memiliki kapasitas untuk memiliki kesembilan kecerdasan tersebut. Bagaimana
karakteristik kecerdasan-kecerdasan dalam kecerdasan majemuk?
3.
Pendidik
yang berbasis kecerdasan majemuk,
berpeluang memberikan pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan mengasah
kecerdasan anak. Bagaimana peran pendidik dalam mengimplementasikan kecerdasan majemuk dalam diri anak?
4.
Masyarakat menganggap
kecerdasan intelektual yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya seseorang
dan menganggap bidang intelektual yang lebih penting. Mengapa teori kecerdasan majemuk perlu diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati?
5.
Kurikulum
tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga meliputi semua
kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Bagaimana cara mengimplementasikan
teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum dapat dilakukan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati tahun
ajaran 2017/2018?
Pembatasan Masalah
Dari lima
identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada tiga identifikasi
masalah yang peneliti anggap penting untuk penelitian saat ini yaitu nomor
satu, empat dan lima, sebagai berikut:
1.
Menurut
Howard Gardner tidak ada manusia yang tidak cerdas. Setiap anak mempunyai
kecerdasan masing-masing. Gardner menolak pendapat kecerdasan yang hanya berdasarkan
intelektualitas dan menemukan teori kecerdasan majemuk. Apa sebenarnya kecerdasan majemuk itu?
2.
Masyarakat
menganggap kecerdasan intelektual yang menjadi tolak ukur berhasil atau
tidaknya seseorang dan menganggap bidang intelektual yang lebih penting.
Mengapa kecerdasan majemuk perlu
diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati?
3.
Kurikulum
tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga meliputi semua
kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Bagaimana cara mengimplementasikan
teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum dapat dilakukan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati tahun
ajaran 2017/2018?
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam kalimat tanya
sebagai berikut:
1.
Apakah
kecerdasan majemuk itu?
2.
Mengapa kecerdasan
majemuk perlu diimplementasikan ke dalam kurikulum di
PG/TK Kristen Cita Buah Hati?
3.
Bagaimana cara mengimplementasikan
teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum dapat dilakukan di
PG/TK Kristen Cita Buah Hati tahun ajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan
judul penelitian dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk
meneliti dan menemukan apa kecerdasan majemuk itu.
2.
Untuk menjelaskan perlunya teori kecerdasan
majemuk diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati.
3.
Untuk menjelaskan cara mengimplementasikan teori
kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum di
PG/TK Kristen Cita Buah Hati
tahun ajaran 2017/2018.
Kepentingan
Penelitian
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam pendidikan antara lain:
Manfaat
Teoritis
Secara
teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi
pengembangan pendidikan mengenai pengimplementasian teori kecerdasan
majemuk ke dalam kurikulum. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan
referensi, bahan perbandingan serta tambahan pengetahuan bagi yang memerlukan
riset selanjutnya di bidang yang sama atau sejenis.
Manfaat Praktis
1.
Bagi
Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
tambahan informasi dan referensi dalam penelitian pendidikan yang berkaitan
dengan teori kecerdasan majemuk dan pengimplementasian kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum
pendidikan.
2.
Bagi
Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan serta
dapat memperluas wawasan mengenai kecerdasan majemuk dan pengimplementasiannya di dalam kurikulum pendidikan.
3.
Bagi
Lembaga Pendidikan PG/TK Kristen Cita Buah Hati
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
bahan referensi dan evaluasi bagi pembelajaran yang ada dan pengembangan
pendidikan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati.
4.
Bagi
Peserta Didik
Bagi peserta didik di PG/TK Kristen Cita Buah Hati, hasil
penelitian ini diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kecerdasan majemuk
yang dimiliki melalui pembelajaran yang dilakukan.
Metode
Penelitian
Dalam metode penelitian akan
membahas mengenai metode penulisan dan metode pengumpulan data sebagai berikut:
Metode
Penulisan
Metode penilitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual
melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti
sebagai instrumen kunci, bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
dengan pendekatan induktif.[21]
Metode
Pengumpulan Data
Dalam skripsi ini pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara. Menurut Moleong wawancara adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[22] Menurut Sanapiah Faisal,
wawancara merupakan angket lisan, maksudnya responden atau interviewee mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan
tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya secara tertulis.[23] Jadi, wawancara adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan untuk memperoleh informasi
baik secara langsung maupun tidak langsung. Subyek penelitian dalam penelitian
ini adalah seluruh pendidik di PG/TK Kristen Cita Buah Hati sebanyak 5 orang.
Definisi
Istilah
Kecerdasan majemuk, yaitu teori kecerdasan yang
dikemukakan oleh seorang ahli pendidikan dari Harvard University bernama Howard
Gardner. Kecerdasan menurut paradigma kecerdasan majemuk didefinisikan sebagai
kemampuan yang mempunyai tiga komponen utama, yaitu: kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, menghasilkan persoalan baru, dan menciptakan sesuatu.[24] Kecerdasan majemuk
menururut Gardner ada 9 kecerdasan, yaitu: kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial),
kecerdasan intrapersonal (cerdas
diri), kecerdasan naturalis (cerdas
alam), kecerdasan eksistensial
(cerdas hakikat).[25]
Kurikulum, secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani,
yaitu curir yang artinya “pelari” dan
curere yang berarti “tempat berpacu”.
Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik
pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berari berlari (to
run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program
sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya.[26] Kurikulum merupakan salah
satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.[27]
Sistematika
Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pokok-pokok
pembahasan ke dalam lima bab. Adapun pembagian dari masing-masing bab adalah
sebagai berikut:
Bab pertama, menguraikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kepentingan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah, sistematika penulisan.
Bab kedua, menguraikan kajian teori, kerangka
berpikir, dan hipotesa.
Bab ketiga, menguraikan tentang metode penelitian, yang
terdiri dari tujuan dilaksanakannya penelitian, tempat dan waktu penelitian,
metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab keempat, menguraikan tentang hasil penelitian dan
pembahasan.
Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan, implikasi dan
saran yang dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun bagi penulis pada
khususnya.
[1] http://repository.upi.edu/182/4/S_KOM_0804252_CHAPTER1.pdf (diunduh
pada hari Rabu, 20 September 2017).
[2] Jarot Wijanarko dan
Ester Setiawati, Maksimalkan Otak Anak
Anda
(Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, 1998), hlm. 49.
[3] Kurnia Retnaningsih,
dkk, Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti “Tuhan Penjagaku” Kelas 5 (Yogyakarta: Andi, 2014), hlm. 81.
[4] Jarot Wijanarko dan
Ester Setiawati, Maksimalkan Otak Anak
Anda (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, 1998), hlm. 11.
[5] Tadkiroatun Musfiroh,
Pengembangan Kecerdasan Majemuk
(Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.12.
[6] Ibid, hlm. 1.9.
[7] Ibid, hlm. 1.41.
[8] Ibid, hlm 1.5.
[9] Ibid, hlm. 1.30.
[10] Jarot Wijanarko dan
Ester Setiawati, Maksimalkan Otak Anak
Anda (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, 1998), hlm. 55.
[11] Tadkiroatun Musfiroh,
Pengembangan Kecerdasan Majemuk
(Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.29.
[12] Suwarsana, Surat
Kepala Sekolah Sekolah Dasar Bantul, Yogyakarta.
[13] Tadkiroatun Musfiroh,
Pengembangan Kecerdasan Majemuk
(Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.31.
[15] digilib.unila.ac.id
[16] Wawancara: Dewi
Wahyuningsih, Kepala Sekolah PG/TK Kristen Cita Buah Hati, 27 September 2017.
[17] Kemendikbud, Pendekatan dan Strategi Pembelajaran (Jakarta:
t.p., 2013), hlm. 1.
[18] Wawancara: Dewi Wahyuningsih,
Kepala Sekolah PG/TK Kristen Cita Buah Hati, tanggal 20 Oktober 2017.
[20] Observasi
penulis pada bulan Agustus 2017 sampai bulan Oktober 2017 di PG/TK Kristen Cita
Buah Hati.
[21] Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif
Skripsi Dan Tesis, 2015, Yogyakarta: Suaka Media, hlm. 8.
[22] L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-26, hlm. 186.
[23] Sapaniah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan
(Surabaya: PT Usaha Nasional, 1982), hlm. 213.
[24] Tadkiroatun Musfiroh,
Pengembangan Kecerdasan Majemuk
(Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.5.
[25] Ibid, hlm. 1.12.
[26] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. Ke-2, hlm. 2-3.
[27] Ibid, hlm. 1.
0 komentar:
Posting Komentar