Maret 03, 2020
0
kompasiana.com


CONTOH PROPOSAL SKRIPSI
Oleh: Eka Wahyuni


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini peneliti akan membahas secara sistematis tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penelitian meliputi kepentingan teoritis dan kepentingan praktis, metodologi penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah
            Kecerdasan anak seringkali masih diartikan secara sempit oleh banyak orang. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis saja dengan bidang-bidang tertentu yang dianggap lebih penting, seperti Matematika, Sains, dan Bahasa, sehingga bidang-bidang tersebut lebih diutamakan.[1]
            Pandangan tersebut ditolak oleh Dr. Howard Gardner, Profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat, yang mengemukakan definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur potensi manusia secara lebih luas, baik pada anak maupun orang dewasa.[2] Tidak ada manusia yang bodoh karena setiap manusia memiliki kecerdasan masing-masing sesuai rencana Tuhan.[3] Setiap anak pandai di bidangnya masing-masing, setiap anak bisa hebat sesuai dengan keunikannya.[4]
            Menurut Gardner kecerdasan dalam kecerdasan majemuk meliputi kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat).[5] Penulis memilih menggunakan teori dari Horward Gardner karena Horward Gardner melihat kecerdasan sebagai kapasitas seseorang untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan sesuatu yang berharga untuk sebuah atau beberapa latar budaya. Gardner menyusun kriteria-kriteria yang disebut sebagai tanda kecerdasan, yaitu: isolasi kerusakan akibat kerusakan otak; keberadaan idiot savant (orang yang sangat cerdas dalam hal tertentu tetapi tidak memahami hal yang lain, anak-anak autis dan orang-orang yang memiliki kelebihan; seperangkat kinerja atau kinerja inti (core operation) yang dapat dikenali; sejarah perkembangan yang jelas, diikuti dengan seperangkat unjuk kerja yang dapat dijelaskan; adanya dukungan dari uji eksperimen psikologis; adanya dukungan dari penemuan psikometri; keterjemahan sebuah sistem simbol.[6]
            Teori kecerdasan majemuk membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan mencapai tugas perkembangan. Kecerdasan majemuk menghindarkan anak dari kegagalan tugas perkembangan, seperti rasa rendah diri, dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru.[7]
Teori kecerdasan majemuk melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, dimana setiap variasi menimbulkan konsekuen dalam cara pandang dan evaluasinya.[8] Pendidik yang  berbasis kecerdasan majemuk, berpeluang memberikan pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan mengasah kecerdasan anak.[9] Kecerdasan majemuk membantu untuk mengenal diri anak-anak, menemukan bidang kecerdasan dalam diri anak, menemukan keunikan dalam setiap pribadi dan mengembangkannya menuju keberhasilan.[10]
Pendidikan anak usia dini di Indonesia mengalami masa-masa penuh dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik penuh hafalan. Praktik yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak Developmentally Appropriate Practice (DAP) belum seluruhnya diterapkan. Keberhasilan belajar anak diukur dari kepatuhan, kemampuan kognitif dan sosial anak. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, intrapersonal, dan naturalis dianggap sebagai anak-anak yang bermasalah. Beberapa pendidik bahkan mengecap mereka sebagai anak yang hiperaktif, kuper, dan jorok. Pandangan ini telah membawa efek yang merugikan bagi anak-anak, terutama bagi perkembangan anak.[11]
Pendidik yang memahami kemampuan anak, melihat setiap keunikan anak dan menolong anak untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki, seperti Surat Kepala Sekolah di Bantul yang diberikan kepada orang tua siswa, yang berbunyi:
Bersama Surat ini kami sampaikan bahwa, Ujian anak Anda telah selesai. Saya tahu anda cemas dan berharap anak Anda berhasil dalam tujuannya. Tapi, mohon diingat, di tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman, yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi, yang nilai Kimia-nya tidak akan berarti. Ada calon olahragawan, yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika di sekolah. Ada calon photografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini. Sekiranya anak Anda lulus menjadi yang teratas, hebat! Tapi bila tidak, mohon jangan rampas rasa percaya diri dan harga diri mereka. Katakan saja: “tidak apa-apa, itu hanya sekedar ujian.” Anak-anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup ini. Katakan pada mereka, tidak penting berapapun nilai ujian mereka, Anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka. Lalukanlah ini, dan di saat itu, lihatlah anak anda menaklukan dunia. Sebuah ujian atau nilai rendah takkan mencabut impian dan bakat mereka. Dan mohon, berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.[12]

Pendidik turut bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Sebagai wujud tanggung jawab, pendidik hendaknya menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pengembangan potensi anak. Dalam menyusun rencana kegiatan tersebut, pendidik hendaknya mengimplementasikan konsep-konsep kecerdasan majemuk.[13]
Di PG/TK Kristen Cita Buah Hati, sebuah sekolah Kristen yang berada di Jalan Jeruk No. 67, Wage, Taman, Sidoarjo, berfokus pada kecerdasan spiritual. Bertujuan untuk membawa anak kepada Kristus dan menanamkan iman yang benar kepada Kristus. Sebagai lembaga pendidikan sekolah tersebut juga memperhatikan intelektualitas peserta didik dengan mengadakan pelajaran tambahan (les) pelajaran Berhitung dan Berbahasa, hanya sebagai ekstra kurikuler. Kecerdasan berbahasa yang dikembangkan hanya sebagai intelektualitas supaya anak dapat membaca, tidak termasuk dalam kecerdasan interpersonal agar anak dapat bersosialisasi dengan baik.[14]
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik, yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.[15] Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan buku pelajaran yang di dalamnya terdapat tema-tema khusus untuk mengenal diri dan lingkungan anak, dan disertai dengan kegiatan kreativitas yang dapat dilakukan oleh anak. Tema-tema saling berkaitan antara pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.[16]
Berikut ini kurikulum 2013 yang dipakai di PG/TK Kristen Cita Buah Hati: Materi yang digunakan sebagai bahan ajar di kelas TK A adalah materi dari buku yang diterbitkan “Erlangga for Kids” untuk anak usia 4-5 tahun dan untuk kelas TK B menggunakan buku dari “Erlangga for Kids” untuk anak usia 5-6 tahun yang mengacu pada KI-KD Kurikulum 2013 PAUD. Disajikan secara tematik dengan pendekatan saintifik, menanamkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.[17] Jadi, melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik itu mengasah anak untuk lebih kritis dalam mengamati dan mengkomunikasikan. Anak dilatih berpikir dari mengamati gambar-gambar yang disediakan dalam buku belajar.
Kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik yang dilaksanakan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati, dapat menolong anak untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki dari setiap tema-tema yang diberikan, namun dalam pelaksanaannya kiat-kiat yang dilakukan  belum maksimal untuk mengembangkan kecerdasan majemuk pada diri anak karena belum menjajaki kelebihan setiap anak dan masih menyamaratakan.[18] Pembelajaran dengan pendekatan saintifik belum secara maksimal dapat mengembangkan kecerdasan majemuk pada anak. Kurikulum yang diterapkan belum memenuhi 5 komponen dalam kurikulum, yaitu tujuan, materi, strategi, organisasi, evaluasi. Strategi dan evaluasi belum diterapkan. Strategi hanya dilakukan secara individual oleh masing-masing guru. Evaluasi bersama setiap semester belum diterapkan untuk melihat hasil dan kekurangan pembelajaran dalam setiap semester.[19] Materi pelajaran yang ditempuh untuk PG/TK Kristen Cita Buah Hati sebagai berikut: Berbahasa, Berhitung, Kreativitas, Budi Pekerti, Pendidikan Agama, Olahraga, Bahasa Inggris, Sains.
Sesuai dengan kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati yang diberlakukan dalam pembelajaran sebelum memulai belajar diawali dengan berdoa dan bernyanyi memuji Tuhan. Satu kali dalam satu bulan diadakan ibadah bersama untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Mulai awal bulan September tahun ajaran 2017/2018, sebelum kegiatan olah raga diadakan senam bersama untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Untuk pengembangan pada kecerdasan-kecerdasan majemuk yang lain seperti ekstrakurikuler menari, melukis, musik, dan sebagainya, belum ada. Pengembangan yang dilakukan dari segi pendidik adalah dengan sekolah mengikutsertakan para guru untuk mengikuti seminar-seminar pendidikan anak usia dini.
Dari pengamatan penulis selama mengajar di PG/TK Kristen Cita Buah Hati, dari sikap dan respon anak terhadap suatu kegiatan menunjukkan kecerdasan yang dimiliki. Misalnya saat kegiatan ibadah anak melihat alat musik, anak sangat berantusias melihat alat musik tersebut saat dimainkan. Moren, Tores, Keyla ketika mendengar sebuah lagu dengan lincah menari mengikuti musik tersebut. Timothy terlihat tidak berantusias saat belajar mewarnai, namun akan sangat berantusias saat belajar matematika, berbahasa dan bahasa Inggris. Klara anak yang pendiam, namun sangat teliti dalam menyusun puzzle. Deeme dan Teo sangat rapi dalam mewarnai gambar. Karin anak yang ceria dan mudah berteman. Ivi sangat cepat dalam mengahafal kata. Jonathan sangat suka menggambar dan memiliki imajinasi yang tinggi.[20] Kecerdasan yang dimiliki setiap anak berbeda-beda. Guru dan orang tua bertanggung jawab untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki anak. Dengan melatih dan membiasakan anak pada bidang yang diminati akan menolong anak dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki.
Pendidik yang kreatif tidak hanya terpaut pada buku pelajaran siswa. Dari materi yang ada dalam buku siswa, seharusnya dapat dikembangkan untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilik siswa. Guru harus memiliki kesadaran dan kerelaan untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik. Kesadaran itu tampaknya belum dimiliki oleh semua guru. Dalam buku belajar siswa terdapat tema-tema, seperti diri sendiri, lingkungan, kebutuhanku, binatang, tanaman, dan lain-lain. Guru mengembangkan sendiri pembelajaran dan kreativitas untuk peserta didik. Namun, ada juga guru yang mengajar hanya mengikuti buku pelajaran tanpa mengembangkannya, hanya memberi tugas untuk menulis. Pembelajaran yang seharusnya dapat dilakukan dengan menarik dengan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kecerdasan anak menjadi kegiatan yang biasa, anak hanya mendengar dan mengerjakan tugas dalam buku.
Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana teori kecerdasan majemuk dapat diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati, sehingga guru memiliki kesadaran untuk lebih memaksimalkan proses pembelajaran dengan persiapan-persiapan kegiatan dan kreativitas untuk mengembangkan kecerdasan anak. Melalui setiap pembelajaran yang dilakukan diharapkan dapat mengembangkan setiap kecerdasan yang dimiliki anak. Dengan begitu, penulis akan meneliti “Implementasi Teori Kecerdasan Majemuk Ke Dalam Kurikulum PG/TK Kristen Cita Buah Hati Sidoarjo Tahun Ajaran 2017/2018”.

Identifikasi Masalah
            Berdasarkan kepada latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Menurut Howard Gardner tidak ada manusia yang tidak cerdas. Setiap anak mempunyai kecerdasan masing-masing. Gardner menolak pendapat kecerdasan yang hanya berdasarkan intelektualitas dan menemukan teori kecerdasan majemuk.  Apa sebenarnya kecerdasan majemuk itu?
2.      Dalam kecerdasan majemuk, menurut Gardner ada sembilan kecerdasan. Setiap anak memiliki kapasitas untuk memiliki kesembilan kecerdasan tersebut. Bagaimana karakteristik kecerdasan-kecerdasan dalam kecerdasan majemuk?
3.      Pendidik yang  berbasis kecerdasan majemuk, berpeluang memberikan pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan mengasah kecerdasan anak. Bagaimana peran pendidik dalam mengimplementasikan kecerdasan majemuk dalam diri anak?
4.      Masyarakat menganggap kecerdasan intelektual yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya seseorang dan menganggap bidang intelektual yang lebih penting. Mengapa teori kecerdasan majemuk perlu diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati?
5.      Kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga meliputi semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Bagaimana cara mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum dapat dilakukan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati tahun ajaran 2017/2018?

Pembatasan Masalah
            Dari lima identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada tiga identifikasi masalah yang peneliti anggap penting untuk penelitian saat ini yaitu nomor satu, empat dan lima, sebagai berikut:
1.      Menurut Howard Gardner tidak ada manusia yang tidak cerdas. Setiap anak mempunyai kecerdasan masing-masing. Gardner menolak pendapat kecerdasan yang hanya berdasarkan intelektualitas dan menemukan teori kecerdasan majemuk.  Apa sebenarnya kecerdasan majemuk itu?
2.      Masyarakat menganggap kecerdasan intelektual yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya seseorang dan menganggap bidang intelektual yang lebih penting. Mengapa kecerdasan majemuk perlu diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati?
3.      Kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga meliputi semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Bagaimana cara mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum dapat dilakukan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati tahun ajaran 2017/2018?

Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam kalimat tanya sebagai berikut:
1.      Apakah kecerdasan majemuk itu?
2.      Mengapa kecerdasan majemuk perlu diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati?
3.      Bagaimana cara mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum dapat dilakukan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati tahun ajaran 2017/2018?     


Tujuan Penelitian
            Sesuai dengan judul penelitian dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk meneliti dan menemukan apa kecerdasan majemuk itu.
2.      Untuk menjelaskan perlunya teori kecerdasan majemuk diimplementasikan ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati.
3.      Untuk menjelaskan cara mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum di PG/TK Kristen Cita Buah Hati tahun ajaran 2017/2018.

Kepentingan Penelitian
            Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pendidikan antara lain:

Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi pengembangan pendidikan mengenai pengimplementasian teori kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi, bahan perbandingan serta tambahan pengetahuan bagi yang memerlukan riset selanjutnya di bidang yang sama atau sejenis.



Manfaat Praktis
1.      Bagi Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai tambahan informasi dan referensi dalam penelitian pendidikan yang berkaitan dengan teori kecerdasan majemuk dan pengimplementasian kecerdasan majemuk ke dalam kurikulum pendidikan.
2.      Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan serta dapat memperluas wawasan mengenai kecerdasan majemuk dan pengimplementasiannya di dalam kurikulum pendidikan.
3.      Bagi Lembaga Pendidikan PG/TK Kristen Cita Buah Hati
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi dan evaluasi bagi pembelajaran yang ada dan pengembangan pendidikan di PG/TK Kristen Cita Buah Hati.
4.      Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik di PG/TK Kristen Cita Buah Hati, hasil penelitian ini diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki melalui pembelajaran yang dilakukan.

Metode Penelitian
            Dalam metode penelitian akan membahas mengenai metode penulisan dan metode pengumpulan data sebagai berikut:

Metode Penulisan
            Metode penilitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci, bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.[21]

Metode Pengumpulan Data
            Dalam skripsi ini pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Menurut Moleong wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[22] Menurut Sanapiah Faisal, wawancara merupakan angket lisan, maksudnya responden atau interviewee mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya secara tertulis.[23] Jadi, wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan untuk memperoleh informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh pendidik di PG/TK Kristen Cita Buah Hati sebanyak 5 orang.
Definisi Istilah
            Kecerdasan majemuk, yaitu teori kecerdasan yang dikemukakan oleh seorang ahli pendidikan dari Harvard University bernama Howard Gardner. Kecerdasan menurut paradigma kecerdasan majemuk didefinisikan sebagai kemampuan yang mempunyai tiga komponen utama, yaitu: kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menghasilkan persoalan baru, dan menciptakan sesuatu.[24] Kecerdasan majemuk menururut Gardner ada 9 kecerdasan, yaitu: kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat).[25]
            Kurikulum, secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum  berasal dari kata courier yang berari berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya.[26] Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.[27]

Sistematika Penulisan
            Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pokok-pokok pembahasan ke dalam lima bab. Adapun pembagian dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:
            Bab pertama, menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kepentingan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah, sistematika penulisan.
            Bab kedua, menguraikan kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesa.
            Bab ketiga, menguraikan tentang metode penelitian, yang terdiri dari tujuan dilaksanakannya penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
            Bab keempat, menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan.
            Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan, implikasi dan saran yang dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun bagi penulis pada khususnya.
           





[1] http://repository.upi.edu/182/4/S_KOM_0804252_CHAPTER1.pdf (diunduh pada hari Rabu, 20 September 2017).
[2] Jarot Wijanarko dan Ester Setiawati, Maksimalkan Otak Anak Anda (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, 1998), hlm. 49.
[3] Kurnia Retnaningsih, dkk, Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti “Tuhan Penjagaku” Kelas 5 (Yogyakarta: Andi, 2014), hlm. 81.
[4] Jarot Wijanarko dan Ester Setiawati, Maksimalkan Otak Anak Anda (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, 1998), hlm. 11.
[5] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.12.
[6] Ibid, hlm. 1.9.
[7] Ibid, hlm. 1.41.
[8] Ibid, hlm 1.5.
[9] Ibid, hlm. 1.30.
[10] Jarot Wijanarko dan Ester Setiawati, Maksimalkan Otak Anak Anda (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, 1998), hlm. 55.
[11] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.29.
[12] Suwarsana, Surat Kepala Sekolah Sekolah Dasar Bantul, Yogyakarta.
[13] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.31.
[14] Wawancara: Ratna Juwita Harefa, 22 September 2017.
[15] digilib.unila.ac.id
[16] Wawancara: Dewi Wahyuningsih, Kepala Sekolah PG/TK Kristen Cita Buah Hati,  27 September 2017.
[17] Kemendikbud, Pendekatan dan Strategi Pembelajaran (Jakarta: t.p., 2013), hlm. 1.
[18] Wawancara: Dewi Wahyuningsih, Kepala Sekolah PG/TK Kristen Cita Buah Hati, tanggal 20 Oktober 2017.
[19] Wawancara: Ratna Juwita Harefa, 22 September 2017.
[20] Observasi penulis pada bulan Agustus 2017 sampai bulan Oktober 2017 di PG/TK Kristen Cita Buah Hati.
[21] Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis, 2015, Yogyakarta: Suaka Media, hlm. 8.
[22] L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-26, hlm. 186.
[23] Sapaniah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: PT Usaha Nasional, 1982), hlm. 213.
[24] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Tangerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 1.5.
[25] Ibid, hlm. 1.12.
[26] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. Ke-2, hlm. 2-3.
[27] Ibid, hlm. 1.

0 komentar: