Maret 07, 2020
0
efriritonga.wordpress.com


CONTOH PROPOSAL
Oleh Narniat G.


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dipaparkan secara sistematis yaitu: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penulisan, defenisi istilah, metodologi dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah
Dalam sepanjang sejarah gereja, gereja selalu diperhadapkan kepada berbagai tantangan dan halangan untuk membina jemaatnya menjadi jemaat yang benar-benar menjadi orang Kristen yang sejati.  Orang Kristen yang hanya percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat serta sumber pertolongan bagi mereka.  Khususnya di Indonesia, budaya masing-masing suku di tiap-tiap daerah, tidak jarang bertentangan dengan Firman Tuhan.[1]  Hal ini tentunya merupakan tantangan yang tidak dapat disangkali dan merupakan tantangan yang berat dan perlu disikapi dengan serius oleh gereja Tuhan.  Apalagi jika budaya itu adalah budaya yang telah berlangsung turun temurun dari sejak zaman nenek moyang mereka dan dijalankan oleh generasi ke generasi, maka tentunya budaya itu memiliki ikatan yang sangat kuat dengan suku yang melakukan budaya itu.  Hal yang sama juga dikatakan oleh Muhaimin bahwa  tradisi dimaknai sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan, praktek dan lain-lain yang dipahami sebagai pengetahuan yang telah diwariskan secara turun temurun termasuk cara penyampaian ajaran dan praktek tersebut.[2]  Hal ini merupakan hal yang tidak mudah bagi gereja Tuhan untuk menyelesaikannya.
Dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia salah satunya adalah suku Nias yang mayoritasnya beragama Kristen tapi masih percaya kepada roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua).  Hal ini terjadi pada salah satu gereja di Nias yaitu jemaat BNKP Lawelu.  Jemaat BNKP Lawelu merupakan jemaat yang memeluk agama Kristen sudah cukup lama.  Mereka sangat rajin ke gereja dan mengikut kegiatan-kegiatan kerohanian dalam gereja.  Namun demikian, sebagian dari  jemaat BNKP Lawelu masih melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan.
Jemaat tersebut masih percaya kepada dukun, kepada arwah-arwah orang tua atau roh-roh nenek moyang dan masih menggunakan ilmu gaib dan ilmu hitam.  Mereka percaya bahwa roh-roh leluhur itu dapat menyembuhkan sakit-penyakit yang sedang dialami serta memberikan kebahagian dalam hidup keluarga tersebut.  Jemaat tersebut percaya bahwa arwah-arwah para leluhur memiliki kekuatan yang dapat melindungi serta menolong mereka, sehingga mereka menyediakan tempat atau medium untuk para leluhurnya dengan membuat patung-patung dari batu.
Sebagian jemaat BNKP Lawelu  juga percaya akan tempat-tempat tertentu  adalah  tempat yang keramat, dimana terdapat roh-roh yang bisa berbuat sesuatu terhadap kehidupan mereka.  Sebagai ungkapan  rasa hormat mereka terhadap hal tersebut, mereka melakukan sembahyang pada waktu-waktu tertentu dengan memberikan persembahan-persembahan atau sesajian dan melakukan ritual dengan cara mengelilingi pohon-pohon besar atau batu besar.  Dalam acara pemujaan roh-roh kepada nenek moyang, mereka menggunakan berbagai sarana.  Misalnya dukun atau pemimpin imam (ere) sebagai perantara dalam menyampaikan permohonan selalu memukul fondrahi (tambur) pada saat menyampaikan permohonan dalam bentuk syair-syair kuno (hoho) atau mantera-mantera.
Selain itu, para pemimpin imam (ere) juga mempersiapkan sesajen, misalnya: sirih dan makanan lainnya untuk dipersembahkan kepada para roh nenek moyang agar apa yang dimohon dapat dikabulkan.  Sesajen dalam bentuk makanan (babi, ayam, telur) disertai kepingan emas juga diberikan supaya upacara pemberhalaan itu sempurna dan permohonan dikabulkan. Persembahaan dalam bentuk korban makanan dapat dibagi-bagi kepada orang yang hadir, akan tetapi setelah upacara penyembahan selesai, emas sering kali menjadi bagian para pemimpin imam (ere) pada akhirnya.  Banyak benda-benda mati yang dipercayai seolah-olah hidup dan memiliki kekuatan supranatural sehingga dijadikan jimat sebagai sumber dan penambah kekuatan atau kekebalan.[3]
Masalah yang terjadi adalah jemaat masih mempercayai kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua) ini sebagai kebenaran yang mutlak, sehingga jemaat di dalam Gereja BNKP Lawelu ini masih banyak yang percaya dengan kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua) sebagai dasar kebenaran.    Sedangkan di dalam Alkitab kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua) sangat dilarang karena manusia tidak boleh mempercayai roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua) hal ini tertulis dalam  Alkitab. Firman Tuhan berkata: “Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.  Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah bumi.  Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku”. (Keluaran 20:3-5).  Dan juga di dalam 1 Timotius 4:7 berbunyi demikian: “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua.  Latilah dirimu beribadah.
Akibatnya pertumbuhan iman jemaat di BNKP Lawelu menjadi terhambat karena sebagian jemaat yang masih mempercayai dan menerapkan kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua).  Salah satu contoh kasusnya adalah banyak diantara jemaat yang tidak percaya sepenuh kepada Tuhan.  Artinya jemaat lebih mempercayai roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua) daripada kepada Tuhan.
Keyakinan jemaat BNKP Lawelu terhadap kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang (faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua) berpandangan bahwa faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua  itu sudah menjadi kebiasaan.  Apabila keluarga tidak melakukan hal tersebut maka yang menjadi keyakinan adalah “keluarga yang ditinggalkan dan orang tua akan mengalami penderitaan seperti: kemiskinan, sakit penyakit, dan menurunnya ekonomi, tidak merasakan kedamaian dalam hidupnya.”[4]
Dengan adanya konsep atau pandangan Jemaat BNKP Lawelu tentang kepercayaan yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti mengangkat judul skripsi ini “Analisa Teologis Terhadap Konsep Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua Di Kalangan Jemaat BNKP Lawelu Dan Implikasinya Bagi Pembinaan Iman Jemaat.

Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas penulis mengidentifikasi beberapa masalah  sebagai berikut:
1.      Jemaat BNKP Lawelu tentu memiliki pengertian tersendiri mengenai konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua.  Apa yang dimaksud dengan konsep “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
2.      Sebuah keyakinan dapat bertahan melalui perjalanan waktu karena masyarakatnya terus berusaha untuk melestarikan keyakinan tersebut.  Hal ini disebabkan karena keyakinan tersebut memiliki arti penting bagi masyarakat yang melakukannya.  Demikian juga dengan Jemaat BNKP Lawelu.  Menurut Jemaat BNKP Lawelu seberapa penting konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua itu berlaku?
3.      Setiap keyakinan tentu memiliki dampak terhadap masyarakat yang menjalankannya.  Termasuk juga dengan konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua.   Apa dampak positif dan negatif dari penerapan keyakinan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua” terhadap jemaat BNKP Lawelu?
4.      Setiap orang yang menjalankan suatu keyakinan tertentu tentunya harus memahami makna dari keyakinan yang dapat dijalankan.  Sejauhmana pemahaman jemaat BNKP Lawelu terhadap makna dari konsep “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
5.      Orang yang sudah memengang teguh ajaran Kekristenan tentunya harus melihat segala hal dari sudut pandang iman Kristen.  Bagaimanakah seharusnya Kekristenan menanggapi keyakinan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
6.      Faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua yang telah diterapkan secara turun temurun ini tentulah memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan jemaat BNKP Lawelu.  Hal ini dapat dibuktikan dengan terus berjalannya ritual keyakinan jemaat BNKP Lawelu hingga sampai saat ini.  Perkembangan jaman tentunya menimbulkan banyak perubahan dalam jemaat BNKP Lawelu.  Apa implikasi faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua bagi pembinaan iman jemaat Kristen masa kini.

Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah yang sudah dipaparkan diatas penulis hendak membatasi masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini  1, 3, 4, 5 dan 6 sebagai berikut:
1.      Jemaat BNKP Lawelu tentu memiliki pengertian tersendiri mengenai konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua.  Apa yang dimaksud dengan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
2.      Setiap orang yang menjalankan suatu keyakinan tertentu tentunya harus memahami makna dari keyakinan yang dapat dijalankan.  Sejauhmana pemahaman jemaat BNKP Lawelu terhadap makna dari konsep “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
3.      Orang yang sudah memengang teguh ajaran Kekristenan tentunya harus melihat segala hal dari sudut pandang iman Kristen.  Bagaimanakah seharusnya Kekristenan menanggapi keyakinan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
4.      Setiap keyakinan tentu memiliki dampak terhadap masyarakat yang menjalankannya.  Termasuk juga dengan konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua.   Apa dampak positif dan negatif dari penerapan keyakinan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua” terhadap jemaat BNKP Lawelu?
5.      Faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua yang telah diterapkan secara turun temurun ini tentulah memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan jemaat BNKP Lawelu.  Hal ini dapat dibuktikan dengan terus berjalannya ritual keyakinan jemaat BNKP Lawelu hingga sampai saat ini.  Perkembangan jaman tentunya menimbulkan banyak perubahan dalam jemaat BNKP Lawelu.  Apa implikasi faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua bagi kehidupan Kristen masa kini?

Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas penulis merumuskan masalah dalam skripsi ini sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan konsep “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
2.      Sejauhmana pemahaman jemaat BNKP Lawelu terhadap makna dari konsep “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
3.      Bagaimanakah seharusnya Kekristenan menanggapi keyakinan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua”?
4.      Apa dampak positif dan negatif dari penerapan keyakinan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua” terhadap jemaat BNKP Lawelu?
5.      Apa implikasi faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua bagi kehidupan Kristen masa kini?
Tujuan Penelitian
1.      Menjelaskan arti Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua menurut konsep jemaat BNKP Lawelu?
2.      Untuk menjelaskan mengenai sejauhmana pemahaman jemaat BNKP Lawelu  terhadap makna dari keyakinan “Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua”?
3.      Untuk mengetahui bagaimana seharusnya Kekristenan menanggapi konsep “Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua”?
4.      Untuk mengetahui apa dampak positif dan negatif dari penerapan keyakinan “faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika Zatua” terhadap jemaat BNKP Lawelu?
5.      Untuk mengetahui implikasi Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua bagi kehidupan iman Kristen masa kini?

Kepentingan Penulisan
Dalam bagian ini akan dijelaskan dua hal yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan praktis yaitu:

Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penulis mengenai pokok ini akan membawa kepentingan yang singnifikan, diantaranya:
1.    Penulis ini secara teoritis akan memberikan sumbangsih yang penting bagi jemaat BNKP Lawelu terutama dalam pemahaman teologis terhadap Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua. 
2.    Untuk menambah wawasan bagi para pembaca tentang “Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua” yang terjadi dalam masa kini khususnya jemaat BNKP Lawelu.
3.    Penelitian ini memberikan kontribusi pengajaran Alkitab yang benar tentang konsepFaduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua serta berguna untuk kepentingan implementasi dalam konteks pengembangan pengetahuan jemaat BNKP Lawelu.

Kepentingan Praktis
Sedangkan secara praktis, hasil penulis skripsi ini akan membawa kepentingan-kepentingan yang signifikan sebagai berikut:
1.      Bagi penulis, melalui penulisan skripsi ini penulis dapat menambah wawasan, pengetahuan terkait dengan judul skripsi ini.
2.      Bagi pembaca skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait dengan konsep “Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua”.
3.      Bagi hamba-hamba Tuhan supaya dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana konsep “Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua”.
4.      Hasil penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai kajian studi dalam pembinaan iman jemaat.

Metodologi
Metodologi merupakan segala keterangan yang dipakai dalam melakukan penelitian untuk mengumpulkan data-data serta informasi yang berkaitan dengan konsep Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua.  Adapun bagian-bagian dari metodologi ini adalah metode penulisan data dan metode penulisan.

Metode Penelitian
Dalam peneitian skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, berupa penelitian yang menggunakan wawancara untuk mendapatkan data-data melalui riset lapangan.  Usman mengatakan bahwa metode kualitatif yaitu berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu.[5]

Metode Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif (Descriptive Research).  Untuk memberikan gambaran mengenai suatu objek atau kasus, fakta-fakta, keadaan, peristiwa dan sebagainya secara sistematis, detail dan objektif.  Muhammad Nazir memberikan pengertian tentang metode deskriptif yaitu sebagai suatu metode dalam status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu peristiwa pada masa sekarang.[6]

Metode Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data dalam menganalisa konsep Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua khususnya di BNKP Lawelu, maka penulis menggunakan pendekatan riset lapangan, berupa wawancara kepada gembala sidang, tokoh adat, serta jemaat BNKP Lawelu.  Adapun tujuan wawancara adalah untuk meminta penjelasan mengenai konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua yang ada di BNKP Lawelu.
Metode penggalian data skripsi ini, juga dilengkapi dengan riset kepustakaan dengan tujuan untuk mendukung dan melengkapi beberapa data penulisan skripsi.  Riset kepustakaan juga bertujuan untuk mereferensi beberapa pandangan yang berkaitan dengan konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua.

Definisi Istilah
Pada bagian ini penulis akan mendefinisikan istilah penting yang ada pada judul skripsi ini.  Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami arti istilah kata itu dalam skripsi ini.
Faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua pemujaan para leluhur adalah merupakan suatu kumpulan sikap, kepercayaan dan praktik, manusia yang masih hidup memposisikan orang yang sudah meninggal sebagai roh leluhur sebagai roh-roh nenek moyang dalam suatu komunitas khususnya dalam hubungan dalam kekeluargaan dan kebutuhan mereka harus dipenuhi.[7]

Sistematika Penulisan
Penulis skripsi iniakan disusun secara sistematis sebagai berikut:
Bab satu yaitu pendahulan yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metodologi penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
Bab dua yaitu membahas landasan teori: penjelasan tentang konsep faduhu dödö ba zatua meföna ma ba mala’ika zatua yang ada di jemaat BNKP Lawelu.
Bab tiga berisi metodologi penelitian: tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan data.
Bab empat berisi deskripsi hasil riset: Analisa Teologis Terhadap Konsep Faduhu Dödö Ba Zatua Meföna Ma Ba Mala’ika Zatua di kalangan Jemaat BNKP Lawelu.
Bab lima merupakan bagian penutup yang menguraikan kesimpulan, saran dan aplikasi.



[1] http://www.sttjaffray.ac.id/mobile/images/stories/Jusman_Tagoa.pdf, diakses tgl 07 Juli 2017.
[2] Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya, (Ciputat:Logos Wacana Ilmu, 2001), 11.
[3] Wawancara, Amafama Gulo Sebagai Keluarga Tokoh Masyarakat. Minggu 06 Juni 2017, Jam 19.30 Wib.
[4] Wawancara Amagusu Gulo Sebagai Keluarga Tokoh Masyarakat, Jumaat 11 Juni 2017, Jam 22. 00 Wib.
[5] Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1996), 81.
[6] Muhammad Nazir. Metode Penelitian,(Jakarta: Ghalia, 1988), 63.
[7] Wawancara, Amafama Gulo Sebagai Keluarga Tokoh Masyarakat. Rabu 05 Juli 2017, Jam 20.00 Wib.


0 komentar: