www.idntimes.com
Banyak
istilah yang sering dipahami secara berbeda oleh orang yang membacanya. Sebab satu istilah sering memiliki pengertian
yang berbeda di setiap lingkungan masyarakat atau budaya tertentu.
Definisi
istilah dalam bagian ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan pengertian
tentang sebuah istilah. Walaupun istilah
itu memiliki berbagai pengertian, namun dalam skripsi ini setiap ketemu istilah
tersebut maka pengertian yang berlaku adalah pengertian yang dijelaskan dalan
definisi istilah di skripsi ini.
Istilah
yang perlu didefinisikan yang mana?
Dalam
bagian ini istilah yang perlu didefinisikan adalah istilah yang ada pada judul
skripsi.
Contoh:
Judul
skripsi: “Analisa Kritis Terhadap Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq Dalam Kepercayaan Suku Dayak Benuaq Dan Implikasinya Bagi Jembatan
Penginjilan Terhadap Masyarakat Suku Dayak
Benuaq Di wilayah Kampung Intu Lingau”
Definisi Istilah
Sebelum melihat lebih jauh pembahasan berikutnya, perlu melihat
definisi istilah untuk mengarahkan tujuan penjelasan dalam penulisan skripsi
ini sebagai berikut:
1. Analisa,
menurut kamus, kata analisa adalah “suatu tindakan untuk menyelidiki suatu
peristiwa baik yang berkaitan dengan karangan dan perbuatan” yang dimana bertujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu
peristiwa, baik yang menyangkut sebab-musabab maupun peristiwa yang terjadi.[1]
2. Konsep
Peretikaq Bantikng Tuhaq menurut kepercayaan suku
Dayak Benuaq adalah dimana pada awalnya dalam kisah penciptaan, orang Dayak
Benuaq mengenal bahwa ada satu Roh Yang Maha Agung yang belum diketahui namanya
secara pasti. Roh tersebut kali pertama diberi gelar Peretikaq
Bantikng Tuhaq dalam arti yang awal atau yang paling tua. Peretikaq
Bantikng Tuhaq menjadi cikal bakal adanya penciptaan langit dan bumi. Maka
dalam konteks penciptaan atau menjadikan adalah Roh Yang Maha Agung diberi gelar
lagi dengan sebutan Perejadiq Bantikng Langit yang berarti Yang
Menjadikan atau Sang Pencipta dari segala sesuatu yang ada.[2]
3. Suku
Dayak Benuaq adalah salah satu anak suku Dayak yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan, dan khususnya di Kutai Barat, Kalimantan
Timur.[3]
Contoh
lain:
Judul skripsi: “Peran
Keteladanan Guru Dalam Proses Pembelajaran Bagi Moral Anak didik (Studi PG-TK
kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School Juanda Sidoarjo Tahun Ajaran
2015/2016”).
Definisi Istilah
Untuk memberi kesamaan pemahaman dan menghindari
adanya perbedaan penafsiran dalam penelitian ini maka disampaikan penjelasan
istilah yang diperlukan sebagai berikut:
1.
Keteladanan berasal dari akar kata teladan yang
artinya adalah sesuatu (perbuatan, barang dsb) yang patut
ditiru; dicontoh[4]. Sedangkan keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh atau
hal yang tidak perlu kita ragukan lagi.
[5]
2. Guru. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia guru adalah orang yang kerjanya
mengajar.[6] B.S.
Sidjabat dalam bukunya Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa guru
merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog
dengan dunianya.[7]
Sedangkan nenurut E.D. Homrighausen dan I.H. Enklaar guru adalah gembala bagi
murid-muridnya.[8]
3. Pembelajaran
adalah usaha sadar dan terencana untuk meletakkan dasar Yesus Kristus (2 Kor.
3:13) dalam pertumbuhan iman Kristus dengan cara mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan yaitu melandaskan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.[9]
4. Moral berasal
dari kata latin Mos (Moris) yang
artinya adat istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan.[10]
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai ajaran
baik buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dsb).[11]
5. Anak didik atau
peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi moral, intelektual atau
mental, bahkan keindahan.[12]
Dalam penelitian ini anak didik kelas TK
B adalah anak-anak dengan rentang usia sekitar 5-6 tahun yang memasuki
pendidikan formal pertama.
[2]Emanuel, Lorentius Dyson dan
Paulus Matius.Sejarah Dan Mitologi Suku Asli Kalimantan Timur.
(Surabaya: Citra Wacana, 2013). 7
[3]Ibid. 8
[6] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 335.
[7] Sidjabat, B.S, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 2000), 29.
[8] E.G. Homrighausen, dan I.H.
Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia, 2011), 164.
[9] Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini
(Yogyakarta: ANDI, 2012), 52.
[10] Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), 61.
[11] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 654.
[12] Harianto
GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab
& Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 15.
0 komentar:
Posting Komentar