April 05, 2020
0
www.idntimes.com

Banyak istilah yang sering dipahami secara berbeda oleh orang yang membacanya.  Sebab satu istilah sering memiliki pengertian yang berbeda di setiap lingkungan masyarakat atau budaya tertentu.
Definisi istilah dalam bagian ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan pengertian tentang sebuah istilah.  Walaupun istilah itu memiliki berbagai pengertian, namun dalam skripsi ini setiap ketemu istilah tersebut maka pengertian yang berlaku adalah pengertian yang dijelaskan dalan definisi istilah di skripsi ini.

Istilah yang perlu didefinisikan yang mana?
Dalam bagian ini istilah yang perlu didefinisikan adalah istilah yang ada pada judul skripsi.

Contoh:
Judul skripsi: “Analisa Kritis Terhadap Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq Dalam Kepercayaan Suku Dayak Benuaq Dan Implikasinya Bagi Jembatan Penginjilan Terhadap Masyarakat Suku Dayak Benuaq Di wilayah Kampung Intu Lingau
Definisi Istilah
Sebelum melihat lebih jauh pembahasan berikutnya, perlu melihat definisi istilah untuk mengarahkan tujuan penjelasan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Analisa, menurut kamus, kata analisa adalah “suatu tindakan untuk menyelidiki suatu peristiwa baik yang berkaitan dengan karangan dan perbuatan”  yang dimana bertujuan untuk  mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut sebab-musabab maupun peristiwa yang terjadi.[1]
2. Konsep Peretikaq Bantikng Tuhaq menurut kepercayaan suku Dayak Benuaq adalah dimana pada awalnya dalam kisah penciptaan, orang Dayak Benuaq mengenal bahwa ada satu Roh Yang Maha Agung yang belum diketahui namanya secara pasti.  Roh tersebut kali pertama diberi gelar Peretikaq Bantikng Tuhaq dalam arti yang awal atau yang paling tua. Peretikaq Bantikng Tuhaq menjadi cikal bakal adanya penciptaan langit dan bumi. Maka dalam konteks penciptaan atau menjadikan adalah Roh Yang Maha Agung diberi gelar lagi dengan sebutan Perejadiq Bantikng Langit yang berarti Yang Menjadikan atau Sang Pencipta dari segala sesuatu yang ada.[2]
3. Suku Dayak Benuaq adalah salah satu anak suku Dayak yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan, dan khususnya di Kutai Barat, Kalimantan Timur.[3]

Contoh lain:
Judul skripsi: “Peran Keteladanan Guru Dalam Proses Pembelajaran Bagi Moral Anak didik (Studi PG-TK kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School Juanda Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016”).

Definisi Istilah
Untuk memberi kesamaan pemahaman dan menghindari adanya perbedaan penafsiran dalam penelitian ini maka disampaikan penjelasan istilah yang diperlukan sebagai berikut:
1.       Keteladanan berasal dari akar kata teladan yang artinya adalah sesuatu (perbuatan, barang dsb) yang patut ditiru; dicontoh[4]. Sedangkan keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh atau hal yang tidak perlu kita ragukan lagi. [5]
2.   Guru. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia guru adalah orang yang kerjanya mengajar.[6] B.S. Sidjabat dalam bukunya Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa guru merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya.[7] Sedangkan nenurut E.D. Homrighausen dan I.H. Enklaar guru adalah gembala bagi murid-muridnya.[8]
3.   Pembelajaran adalah usaha sadar dan terencana untuk meletakkan dasar Yesus Kristus (2 Kor. 3:13) dalam pertumbuhan iman Kristus dengan cara mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan yaitu melandaskan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[9]
4.   Moral berasal dari kata latin Mos (Moris) yang artinya adat istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan.[10] Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai ajaran baik buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dsb).[11]
5.   Anak didik atau peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi moral, intelektual atau mental, bahkan keindahan.[12]  Dalam penelitian ini anak didik kelas TK B adalah anak-anak dengan rentang usia sekitar 5-6 tahun yang memasuki pendidikan formal pertama.





[1]Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983). 32
[2]Emanuel, Lorentius Dyson dan Paulus Matius.Sejarah Dan Mitologi Suku Asli Kalimantan Timur. (Surabaya: Citra Wacana, 2013). 7
[3]Ibid. 8 
[4] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 1036.
[5] Ibid
[6] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 335.
[7] Sidjabat, B.S, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 29.
[8] E.G. Homrighausen, dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011), 164.
[9] Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 52.
[10] Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 61.
[11] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 654.
[12] Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 15.

0 komentar: