Maret 09, 2020
0

www.idntimes.com

Pendahuluan

Kitab 1 dan 2 Petrus merupakan kitab yang ditulis oleh Petrus dan ditujukan kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya.  Walaupun ditujukan kepada jemaat, namun dalam kitab 1 dan 2 Petrus, Petrus juga memberikan nasehat kepada para penatua sebagai gembala jemaat.  Paulus menasehati para penatua, bagaimana cara menggembalakan jemaat dan bagaimana menghadapi ajaran sesat yang mempengaruhi jemaat. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang konsep pelayanan pastoral yang dinasehatkan oleh Petrus kepada para penatua di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia.
            Terkait dengan pelayanan pastoral dalam kitab 1 dan 2 Petrus, ada beberapa hal yang akan dijelaskan oleh penulis yaitu para penatua sebagai pemimpin jemaat, tugas para penatua, bentuk-bentuk pelayanan pastoral dan tantangan pelayanan pastoral.

Para Penatua Sebagai Pemimpin Jemaat
Dalam 1 Petrus 5:1 dijelaskan “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.”  Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Petrus sedang menasehati para penatua.  Dari ayat ini jelas bahwa pada waktu itu yang menjadi pemimpin jemaat adalah para penatua.  Packer dalam bukunya yang berjudul Dunia Perjanjian baru menjelaskan bahwa kepemimpinan gereja mula-mula itu dipimpin oleh para penatua.  Dimana para penatua yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kepada jemaat.  Mereka bertugas sebagai penjaga sebuah jemaat.[1]
            Dalam ayat 1 dijelaskan frase “para penatua” berasal dari bahasa Yunani presbuteros  berbentuk kata sifat artinya tua-tua, tua-tua dari persekutuan Kristen.  Hal ini menjelaskan bahwa pemimpin jemaat saat itu bersifat jamak yaitu “para”  yang menjelaskan bahwa pemimpin jemaat itu terdiri dari beberapa penatua.  Dalam sejarahnya memang, kepemimpinan para tua-tua itu merupakan tradisi yang dimiliki bangsa Israel sejak dalam Kitab Perjanjian Lama.  Misalnya setelah zaman Yosua, Israel dipimpin oleh para tua-tua Israel (Hak. 8:14; 1 Raj. 21:8).  Dan dalam Perjanjian Baru, para penatua disebut sebagai kelompok pemimpin jemaat lokal yang bertanggung jawab atas kehidupan jemaat.[2]
            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa para penatua adalah para pemimpin jemaat lokal pada zaman gereja mula-mula.  Para penatua itu yang bertanggung jawab terhadap kehidupan jemaat lokal.  Para penatua itu yang bertugas menggembalakan jemaat lokal.

Tugas Para Penatua
Dalam 1 Petrus 5:2a dijelaskan bahwa “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu”  Dari ayat itu jelas bahwa tugas para penatua adalah menggembalakan kawanan domba Allah.  Frase “gembalakanlah” ini menarik sebab Petrus mengumpamakan para penatua itu seperti gembala domba.  Dimana para penatua sebagai gembala dan jemaat sebagai domba.
Dalam konteks masyarakat Israel, orang Israel sangat memahami konsep tentang gembala.  Sebab gembala domba merupakan salah satu pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Israel. Dalam Kamus Sabda dijelaskan bahwa gembala domba adalah Suatu pekerjaan yang amat mulia dikalangan kaum Yahudi; pekerjaan penggembalaan dilakukan baik oleh pria maupun wanita, anak-anak laki-laki ataupun perempuan, kaya dan miskin. Kej 30:29Kel 2:19. Pekerjaan gembala adalah pekerjaan yang paling berat dan berbahaya. Kej 31:401Sam 17:34Yes 31:4Luk 15:16. Ia diperlengkapi dengan mantel yang dibuat dari kulit domba, kantong kecil dan kulit atau semacam dompet, ali-ali dan kait. Kawanan domba dibawanya kepadang rumput dipagi hari, dan pada malam harinya dikendalikan ke kandangnya.[3]
Tugas gembala yaitu:
1.    Mengenal domba-dombanya (Yoh 10:14)
2.    Berjalan di depan dan menuntun domba-dombanya (Maz. 77:20; 78:52; 80:2)
3.    Mencari padang rumput yang baik untuk domba-dombanya (1Taw. 4:39-41Maz. 23:2)
4.    Menghitung domba-domba pada waktu pulang dari padang rumput (Yer. 33:13)
5.    Menjaga kawanan ternaknya pada waktu malam (Luk. 2:8)
6.    Bersikap lembut terhadap domba betina yang mengandung dan terhadap anak-anak domba (Kej. 33:13,14Maz. 78:71)
7.    Melindungi domba-domba apabila diserang binatang buas (1Sam. 17:34-36Am. 3:12)
8.    Mencari domba-dombanya yang hilang (Yeh. 34:12Luk. 15:4,5)
9.    Merawat domba-domba yang sakit dan luka-luka (Yeh. 34:16)[4]
Sedangkan dalam Yeh 34:1-6,11,12,16 dijelaskan  “(1) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman. (5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-dombaKu berserak (6) dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya. ... (11) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu dan akan mencarinya. (12) Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-dombaKu dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. ... (16) Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”.
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tugas para gembala Israel sangat berat.  Gembala harus memperhatikan dombanya, memelihara bahkan menjaga dari segala ancaman.  Dan dalam 1 Petrus 5:2a jelas bahwa tugas para penatua yaitu menggembalakan jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan.  Dimana para penatua dituntut untuk menggembalakan jemaat seperti seorang gembala menggembalakan domba-dombanya

Bentuk-Bentuk Pelayanan Pastoral
            Dalam 1 Petrus pasal 5, Petrus sedang membangun sebuah bentuk pelayanan pastoral yang harus dilakukan oleh para penatua yang sedang melayani di jemaat.  Dimana Petrus menasehatkan kepada para penatua sebagai seorang pemimpin jemaat harus melayani dengan pelayanan patoral yang benar. Pelayanan pastoral itu dijelaskan Petrus dalam 1Petrus 5:2-11 yang berbunyi:
2  Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
3  Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
4  Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
5  Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
6  Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
7  Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
8  Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
9  Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
10  Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.
11  Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
            Kalau diperhatikan dengan cermat bentuk kalimat dari ayat-ayat diatas, jelas bahwa ayat 2 merupakan pokok pikiran untuk ayat-ayat selanjutnya.  Dimana kerangka pemikiran Petrus saat menulis ayat-ayat diatas yaitu Dalam ayat 2 Petrus memberikan perintah kepada para penatua untuk menggembalakan jemaat dan ayat 3-11 merupakan cara yang di nasehatkan Petrus kepada para penatua dalam menggembalakan jemaat.  Dan dibawah ini akan dijelaskan cara yang dinasehatkan Petrus kepada para penatua dalam menggembalakan jemaat.

Jangan Dengan Paksa Tetapi Dengan Sukarela (Ayat 2).
            Dalam ayat 2 dijelaskan “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah…”  Ayat  diatas  menjelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat, para penatua tidak melakukannya karena terpaksa, tetapi harus melakukannya dengan sukarela.   Kata “paksa” ini menunjukkan bahwa ada tekanan, paksaan dalam menjalankan tugasnya.  Mungkin ini cocok menunjuk pada gembala upahan, dimana mereka menggembalakan karena terpaksa sebab kalau tidak menggembalakan mereka tidak mendapat upahnya (Bnd. Yoh. 10:12).  Namun Petrus menasehati para penatua supaya dalam menjalankan tugasnya dilakukan dengan sukarela.  Sukarela ini berarti melakukannya dengan tidak terpaksa.  Terkait dengan hal itu Budi Asali mengutip pendapat Calvin mengatakan
Ia lalu mengatakan bahwa pendeta-pendeta / gembala-gembala tidak boleh memperhatikan kawanan domba Tuhan hanya sejauh mereka didesak / dipaksa; karena mereka yang berusaha melakukan tidak lebih dari apa yang dipaksakan kepada mereka, melakukan pekerjaan mereka secara formal dan dengan lalai / sembrono. Karena itu ia ingin mereka melakukan dengan sukarela apa yang mereka lakukan, seperti mereka yang sungguh-sungguh berbakti pada pekerjaan mereka.[5]

Hal itu sesuai dengan ajaran Yesus dalam Yoh. 10:11-13 yang berbunyi “11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 12  sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.13  Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.14  Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.

Jangan Karena Mau Mencari Keuntungan, Tetapi Dengan Pengabdian Diri (Ayat 2)
            Selain menggembalakan dengan jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela, dalam ayat 2 juga dijelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.  Frase” jangan karena mau mencari keuntungan” dalam KJV: ‘not for filthy lucre’  artinya bukan untuk uang yang kotor.  Hal ini mengindikasikan bahwa ada kemungkinan para penatua dalam menjalankan tugasnya sering mendapat keuntungan.  Oleh karena itu dalam beberapa ayat lain ditegaskan supaya para penatua itu tidak serakah (1 Tim. 3:8, Tit. 1:7) dan mencari keuntungan yang memalukan (Tit. 1:11).
            Frase “tetapi dengan pengabdian diri” ini menjelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat harus dilakukan dengan pengabdian diri.  Kata pengabdian  ini dapat diartikan menghambakan diri untuk mengabdi.[6]  Ini menegaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat, para penatua tidak boleh mencari keuntungan sendiri melainkan bersikap sebagai seorang hamba yang berbakti, yang menjalankan tugasnya tanpa pamrih untuk menyenangkan tuannya.
Budi Asali mengutib pendapat Calvin terkait dengan ayat di atas menjelaskan Untuk membetulkan ketamakan, ia meminta mereka untuk melakukan tugas mereka dengan suatu pikiran yang siap; karena siapapun yang tidak mempunyai tujuan ini, untuk menghabiskan dirinya sendiri dan pekerjaan / jerih payahnya tanpa pamrih dan dengan gembira demi kepentingan gereja, bukanlah seorang pelayan Kristus, tetapi seorang budak bagi perut dan dompetnya sendiri.[7] Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang gembala dalam menggembalakan jemaat harus penuh pengabdian dan tidak mencari keuntungan sendiri.

Hendaklah Kamu Menjadi Teladan. (Ayat 3)
            Dalam ayat 3 dijelaskan “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”  Frase “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu” ini menjelaskan bahwa Petrus memberi peringatan kepada para penatua, terkait sikap mereka terhadap jemaat.  Kata “jangan” jelas menegaskan larangan.  Dimana para penatua dilarang menganggap dirinya sebagai penguasa atas jemaat yang di gembalakannya.  Frase “tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” ini harapan Petrus, supaya para penatua menjadi teladan bagai jemaat.  Dalam surat Titus Paulus menjelaskan tentang kriteria seorang penatua.  Dengan memiliki kriteria tersebut diharapakan penatua dapat jadi teladan bagi jemaat. Tit. 1: 5-9 dijelaskan 5 Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, 6   yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. 7  Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, 8  melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri 9  dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.

Melayani Dengan Rendah Hati (Ayat 5-6)
Dalam ayat 5b-6 dijelaskan …sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  6  Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.  Dalam ayat ini Petrus menekankan prinsip kerendahan hati yang harus dimiliki oleh para penatua gembala jemaat.  Dalam ayat 5b jelas bahwa rendah hati itu berlawanan dengan congkak atau sombong.  Allah menentang orang yang congkak atau sombong tetapi mengasihi orang yang rendah hati.  Terkait dengan kerendahan hati, Matthew Henry menjelaskan
1. Kerendahan hati merupakan sarana terbaik untuk mempertahankan damai sejahtera dan ketertiban di dalam seluruh jemaat dan masyarakat Kristen, sedangkan kecongkakan merupakan gangguan terbesar terhadap kedua hal itu, dan menyebabkan sebagian besar perselisihan dan keretakan di dalam jemaat.
2. Ada pertentangan dua arah antara Allah dan orang-orang congkak, begitulah arti kata aslinya. Mereka menentang Dia, dan Dia mencemooh mereka. Dia menentang orang yang congkak, sebab mereka seperti Iblis, musuh bagi-Nya dan bagi kerajaan-Nya di antara manusia (Ams. 3:34).
3. Saat Allah memberi kasih karunia untuk merendahkan hati, Dia juga akan memberikan lebih banyak lagi kasih karunia, hikmat, iman, kekudusan, dan kerendahan hati. Oleh karena itu Rasul Petrus menambahkan: Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya (ay. 6). “Karena Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati, rendahkanlah dirimu, bukan hanya terhadap satu sama lain saja, tetapi juga di hadapan Allah yang Mahabesar, yang penghakiman-Nya akan datang ke atas dunia ini dan harus dimulai di rumah Allah sendiri (4:17). Tangan-Nya dahsyat dan dapat dengan mudahnya merendahkanmu jika engkau congkak, atau meninggikanmu jika engkau rendah hati. Dan hal itu pasti akan terjadi, jika tidak di kehidupan sekarang ini, bila dianggap-Nya terbaik bagimu, atau pada hari penghakiman nanti.” Ketahuilah,
(1) Pertimbangan mengenai tangan mahakuasa Allah harus membuat kita rendah hati dan tunduk pada-Nya dalam segala hal yang diizinkan-Nya menimpa kita.
(2) Merendahkan diri kita terhadap Allah di bawah tangan-Nya merupakan jalan selanjutnya supaya dibebaskan dan ditinggikan. Kesabaran di bawah teguran-Nya, dan penyerahan diri dalam kehendak-Nya, pertobatan, doa, dan pengharapan dalam belas kasihan-Nya, akan mendatangkan pertolongan dan pelepasan dari-Nya pada waktunya (Yak. 4:7, 10).[8]

Dari penjelasan diatas jelas bahwa para penatua harus memiliki kerendahan hati dalam menggembalakan jemaat.

Percaya Akan Pemeliharaan Tuhan (Ayat 7)
Dalam ayat 7 dijelaskan “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”  Dari ayat ini Petrus menasehakan bahwa dalam melayani Tuhan sebagai gembala jemaat, para penatua tidak boleh kuatir akan masalah-masalah kehidupannya.  Petrus menekankan akan pemeliharaan Tuhan atas hamba-hambaNya.  Terkait dengan kekuatiran dalam ayat diatas, Matthew Henry menjelaskan:
Nasihatnya ialah supaya menyerahkan segala kekhawatiran mereka, atau seluruh kekhawatiran mengenai diri mereka, kepada Allah. “Serahkanlah kekhawatiranmu yang sangat menyakitkan dan meresahkan itu, yang melukai jiwamu dan menyayat hatimu, ke dalam pemeliharaan Allah yang berhikmat dan penuh kasih karunia. Percayalah kepada-Nya dengan pikiran tenang yang teguh, sebab Ia yang memelihara kamu. Dia bersedia melepaskan kekhawatiranmu dan menanggungnya sendiri. Dia akan meluputkanmu dari apa yang engkau takutkan, atau mendukungmu melaluinya. Dia akan mengatur seluruh peristiwa bagimu sehingga engkau diyakinkan mengenai kasih dan kelembutan-Nya sebagai Bapa. Dan semuanya akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan mencelakai, melainkan mendatangkan kebaikan untukmu” (Mat. 6:25Mzm. 84:12Rm. 8:28). Ketahuilah,
1. Orang-orang Kristen yang terbaik justru cenderung bersusah payah di bawah kekhawatiran dan keresahan yang berlebihan. Rasul Petrus menyebutnya, segala kekhawatiranmu, menegaskan bahwa kekhawatiran orang-orang Kristen itu beragam dan tidak hanya satu saja: kekhawatiran pribadi, kekhawatiran keluarga, kekhawatiran mengenai masa kini, kekhawatiran mengenai masa depan, kekhawatiran diri sendiri, kekhawatiran mengenai orang lain, dan juga mengenai jemaat.
2. Bahkan kekhawatiran orang baik pun amat memberatkan, dan sering kali sangat berdosa. Saat kekhawatiran itu muncul dari ketidakpercayaan dan keraguan, saat kekhawatiran itu menyiksa dan meresahkan pikiran, membuat kita tidak layak bagi tugas-tugas kita dan menghalangi pelayanan penuh sukacita kita bagi Allah, maka kekhawatiran itu amatlah jahat.
3. Penawar terbaik untuk menghadapi kekhawatiran yang berlebihan ialah dengan menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Allah, dan menyerahkan segala peristiwa kepada pengaturan yang penuh hikmat dan penuh kasih karunia. Kepercayaan teguh terhadap ketulusan kehendak dan hikmat ilahi menenangkan roh manusia. Kami menyerah dan berkata: “Jadilah kehendak Tuhan!” (Kis. 21:14).[9]

Dalam Mat. 6:25-34, Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal kekuatiran.  Kalau Tuhan memelihara burung-burung di udara, pastilah Tuhan akan memelihara anak-anakNya yang setia melayaniNya.  Oleh karena itu jangan kuatir.

Selalu Waspada Terhadap Musuh (Ayat 8)
Dalam ayat 8-9 dijelaskan “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.  Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.”  Dari ayat ini jelas bahwa Petrus mengingatkan para penatua untuk berjaga-jaga dalam menghadapi lawan yaitu si iblis.  Dalam ayat 8 digambarkan iblis seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.  Hal ini menunjukkan bahwa iblis tidak akan pernah berhenti untuk menyerang anak-anak Tuhan.  Oleh karena itu perlu kewaspadaan supaya anak-anak Tuhan tidak ditelannya.  Dan dalam ayat 9 Petrus menasehati supaya Anak-anak Tuhan melawan si iblis dengan iman yang teguh.  Memang sebenarnya anak-anak Tuhan itu adalah pasukan Kristus.  Dalam Ef. 6:10-18, orang percaya diumpamakan sebagai pasukan Kristus yang siap berperang.  Sebagai pasukan Kristus, anak-anak Tuhan diperlengkapi dengan pedang untuk mengalahkan si iblis.
            Terkait dengan ayat 8 diatas Matthew Henry menjelaskan:
Dia menunjukkan kepada mereka mara bahaya dari seorang musuh yang lebih kejam dan giat daripada orang-orang yang paling jahat sekalipun, yang digambarkannya,
1. Melalui sifat dan sebutannya.
(1) Dia adalah seorang musuh: “Lawanmu. Bukan semata lawan biasa, melainkan seorang musuh yang menuntut dan melawanmu dalam perkara besarmu yang akan datang, dan membidik jiwamu.”
(2) Si Iblis, pendakwa ulung seluruh saudara-saudara kita. Sebutan ini berasal dari sebuah kata yang berarti menghantam atau menusuk. Dia akan menyerang dengan jahatnya ke dalam sifat-sifat kita dan meracuni jiwa kita. Jika saja dia bisa menyerang orang-orang ini dengan kemarahan dan gerutuan dalam penderitaan mereka, pasti dia sudah bisa membuat mereka serong dalam kemurtadan dan kebinasaan.
(3) Dia adalah singa yang mengaum-aum, lapar, ganas, kuat, dan kejam, pemburu jiwa-jiwa yang ganas dan tamak.
2. Melalui kegiatannya: berjalan keliling, mencari orang yang dapat ditelannya. Keseluruhan rancangannya adalah untuk menelan dan membinasakan jiwa-jiwa. Demi tujuan inilah dia tidak kenal lelah dan giat melakukan upayanya, sebab dia selalu saja, siang dan malam, berkeliling mengintai dan merencanakan para korban yang hendak dijeratnya ke dalam kebinasaan kekal.[10]

Sedangkan terkait dengan ayat 9 Matthew Henry menjelaskan:

Dengan demikian Rasul Petrus menarik kesimpulan bahwa sudah menjadi tugas merekalah,
1. Untuk sadar, dan untuk mengendalikan diri manusia lahiriah dan batiniah mereka dengan aturan-aturan untuk berlaku sabar, sederhana, dan mematikan keinginan dosa.
2. Untuk berjaga-jaga, tidak terlena ataupun ceroboh, melainkan selalu waspada terhadap bahaya yang terus-menerus dilancarkan oleh si musuh rohani, dan dengan sadar akan hal itu, bersikap siaga dan giat menangkis rancangan-rancangannya dan menyelamatkan jiwa kita.
3. Untuk melawannya dengan iman yang teguh. Iman dari orang-orang itulah yang diincar si Iblis. Jika dia dapat merobohkan iman mereka dan membuat mereka murtad, maka dia pun tahu dia sudah berhasil dan dapat membinasakan jiwa mereka. Karena itu, untuk menghancurkan iman mereka, dia pun gencar melakukan berbagai penganiayaan kejam, dan menempatkan para penguasa besar dunia untuk menentang mereka. Pencobaan dan godaan yang kuat inilah yang harus mereka lawan, dengan cara berdiri teguh, bulat hati, dan kukuh di dalam iman.[11]

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa para penatua bahkan para jemaat sebagai anak-anak Tuhan harus waspada dan berjaga-jaga terhadap si iblis yang digambarkan seperti singan yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.  Selain waspada dan berjaga-jaga, para penatua dan jemaat juga bisa melawan si iblis sebab para penatua dan jemaat adalah pasukan Kristus, yang diperlengkapi oleh Tuhan dengan perlengkapan senjata Allah untuk mengalahkan si iblis.

Tantangan Dalam Pelayanan Pastoral
            Dalam surat 2 Petrus, Petrus menjelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat para penatua akan menghadapi tantangan.  Tantangan itu berasal dari pengajar-pengajar sesat yang sering mempengaruhi kehidupan iman dan kepercayaan jemaat.  Pengajar-pengajar sesat itu yaitu 2 Pet.2:1-3 dijelaskan Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. 2  Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. 3   Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka.
            Selain nabi-nabi dan guru-gur palsu juga ada pengejek-pengejek.  Dalam 2 Pet. 3:3 dijelaskan yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tantangan berat yang dihadapi para penatua yaitu pengaruh dari nabi-nabi palsu, guru-guru palsu dan para pengejek yang selalu mengajarkan ajaran yang sesat.
            Nasehat Petrus untuk para penatua dalam menghadapi para pengajar sesat itu yaitu:
1.    Para penatua harus semakin sungguh-sungguh dalam Tuhan.
Dalam 2 Pet. 1:4-8  dijelaskan 4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. 5  Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, 6  dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 7  dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. 8  Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
2.    Para penatua harus ungguh-sungguh dalam panggilan Tuhan
Dalam 2 Pet. 1:10 dijelaskan Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
3.    Para penatua harus waspada supaya jangan terseret oleh ajaran sesat.
Dalam 2 Pet. 3:17 dijelaskan Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh.
4.    Para penatua harus bertumbuh dalam kasih karunia dalam pengenalan akan Tuhan.
Dalam 2 Pet. 3:18 dijelaskan Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.

Implikasi bagi Pelayanan Pastoral Zaman Sekarang
            Dalam konteks pelayanan zaman sekarang ini, nasehat Petrus kepada para penatua dalam kitab 1 dan 2 Petrus masih relevan.  Walaupun berbeda zaman, namun tugas dan tanggung jawab serta tantangan pelayanan masih sama.
1.    Para penatua sebagai pemimpin jemaat.
Memang zaman sekarang ini setiap gereja memiliki sistem kepemimpinan masing-masing sesuai dengan aturan gerejanya.  Ada yang dipimpin oleh pendeta tapi ada yang dipimpin oleh para penatua.  Semua tergantung oleh sistem  kepemimpinan di gereja tersebut.
2.    Tugas Para Penatua
Secara umum pada zaman sekarang ini, tugas para penatua dalam menggembalakan jemaat mulai bergeser.  Yaitu dari penatua ke pendeta.  Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa yang lebih cocok untuk menggembalakan jemaat adalah pendeta.  Oleh karena itu pendeta sering disebut gembala sidang.  Alasan lain yaitu karena adanya anggapan bahwa pendeta yang sudah sekolah teologi, sehingga secara keilmuan memiliki kemampuan.  Sedangkan para penatua biasanya orang awam yang tidak sekolah teologi atau belum diperlengkapi.
3.    Bentuk-Bentuk Pelayanan Pastoral
a.    Jangan Dengan Paksa Tetapi Dengan Sukarela (Ayat 2).
Dalam konteks sekarang ini memang, ada hamba-hamba Tuhan yang terpanggil khusus untuk menjadi seorang pendeta.  Biasanya mereka memperlengkapi diri dengan belajar teologi.  Orang-orang yang seperti inilah biasanya yang akan melayani dengan tanpa paksaan dan menjalankannya dengan sukarela.  Namun juga ada para pemimpin jemaat yang terpaksa menjadi pemimpin jemaat.  Misalnya gereja keluarga.  Karena pendetanya meninggal maka anaknya harus menggantikan ayahnya yang pendeta sedangkan anaknya tidak ada beban melayani.
b.    Jangan Karena Mau Mencari Keuntungan, Tetapi Dengan Pengabdian Diri (Ayat 2).
Sekarang ini banyak pemimpin jemaat yang suka mencari keuntungan sendiri.  Mereka menganggap gereja sebagai mesin pencetak uang.  Oleh karena itu bukannya melayani jemaat tetapi jemaat yang harus melayani pemimpin jemaatnya.
c.    Menjadi Teladan Bagi Jemaat (Ayat 3).
Inilah yang sering menjadi tantangan bagi para pemimpin jemaat zaman sekarang ini yaitu menjadi teladan bagi jemaat.  Memang ada banyak pemimpin jemaat yang baik dan bisa menjadi teladan, namun tidak sedikit yang memiliki kehidupan yang kurang menjadi teladan.
4.    Tantangan Dalam Pelayanan Pastoral
Tantangan pelayanan dari zaman dulu sampai sekarang sepertinya tetap sama yaitu tantangan dalam menghadapi ajaran-ajaran sesat.  Memang secara bentuk tidak sama namun secara isi ajarannya tetap sama yaitu menyesatkan jemaat.  Oleh karena itu pemimpin jemaat harus waspada, selain semakin teguh dalam Tuhan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Packer JI, Tenney Merrill C. dan White William.  Dunia Perjanjian Baru,  Malang: Gandum Mas, 2000.




http://www.tafsiranalkitabmatthewhenry.org/tafsiran-alkitab-online/

0 komentar: