www.idntimes.com
Pendahuluan
Kitab 1 dan 2 Petrus merupakan kitab yang
ditulis oleh Petrus dan ditujukan kepada orang-orang pendatang, yang tersebar
di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang
dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh,
supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Walaupun ditujukan kepada jemaat, namun dalam
kitab 1 dan 2 Petrus, Petrus juga memberikan nasehat kepada para penatua sebagai
gembala jemaat. Paulus menasehati para
penatua, bagaimana cara menggembalakan jemaat dan bagaimana menghadapi ajaran
sesat yang mempengaruhi jemaat. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
konsep pelayanan pastoral yang dinasehatkan oleh Petrus kepada para penatua di
Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia.
Terkait dengan pelayanan pastoral
dalam kitab 1 dan 2 Petrus, ada beberapa hal yang akan dijelaskan oleh penulis
yaitu para penatua sebagai pemimpin jemaat, tugas para penatua, bentuk-bentuk
pelayanan pastoral dan tantangan pelayanan pastoral.
Para
Penatua Sebagai Pemimpin Jemaat
Dalam 1 Petrus 5:1 dijelaskan “Aku
menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi
penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan
dinyatakan kelak.” Dalam ayat ini
dijelaskan bahwa Petrus sedang menasehati para penatua. Dari ayat ini jelas bahwa pada waktu itu yang
menjadi pemimpin jemaat adalah para penatua.
Packer dalam bukunya yang berjudul Dunia Perjanjian baru menjelaskan
bahwa kepemimpinan gereja mula-mula itu dipimpin oleh para penatua. Dimana para penatua yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan kepada jemaat. Mereka
bertugas sebagai penjaga sebuah jemaat.[1]
Dalam ayat 1 dijelaskan frase “para
penatua” berasal dari bahasa Yunani presbuteros berbentuk kata sifat artinya tua-tua, tua-tua
dari persekutuan Kristen. Hal ini
menjelaskan bahwa pemimpin jemaat saat itu bersifat jamak yaitu “para” yang menjelaskan bahwa pemimpin jemaat itu
terdiri dari beberapa penatua. Dalam
sejarahnya memang, kepemimpinan para tua-tua itu merupakan tradisi yang
dimiliki bangsa Israel sejak dalam Kitab Perjanjian Lama. Misalnya setelah zaman Yosua, Israel dipimpin
oleh para tua-tua Israel (Hak. 8:14; 1 Raj. 21:8). Dan dalam Perjanjian Baru, para penatua
disebut sebagai kelompok pemimpin jemaat lokal yang bertanggung jawab atas
kehidupan jemaat.[2]
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa para penatua adalah para pemimpin jemaat lokal pada zaman
gereja mula-mula. Para penatua itu yang
bertanggung jawab terhadap kehidupan jemaat lokal. Para penatua itu yang bertugas menggembalakan
jemaat lokal.
Tugas
Para Penatua
Dalam 1 Petrus 5:2a dijelaskan bahwa “Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu” Dari
ayat itu jelas bahwa tugas para penatua adalah menggembalakan kawanan domba
Allah. Frase “gembalakanlah” ini menarik
sebab Petrus mengumpamakan para penatua itu seperti gembala domba. Dimana para penatua sebagai gembala dan
jemaat sebagai domba.
Dalam konteks masyarakat Israel, orang Israel
sangat memahami konsep tentang gembala.
Sebab gembala domba merupakan salah satu pekerjaan yang ditekuni oleh
masyarakat Israel. Dalam Kamus Sabda dijelaskan bahwa gembala domba adalah Suatu pekerjaan yang amat mulia dikalangan kaum Yahudi;
pekerjaan penggembalaan dilakukan baik oleh pria maupun wanita, anak-anak laki-laki
ataupun perempuan, kaya dan miskin. Kej 30:29; Kel 2:19.
Pekerjaan gembala adalah pekerjaan yang paling berat dan berbahaya. Kej 31:40; 1Sam 17:34; Yes 31:4; Luk 15:16.
Ia diperlengkapi dengan mantel yang dibuat dari kulit
domba, kantong kecil dan kulit atau semacam dompet, ali-ali dan kait. Kawanan
domba dibawanya kepadang rumput dipagi hari, dan pada malam harinya
dikendalikan ke kandangnya.[3]
Tugas gembala yaitu:
1. Mengenal
domba-dombanya (Yoh 10:14)
2. Berjalan
di depan dan menuntun domba-dombanya (Maz. 77:20;
78:52; 80:2)
3. Mencari
padang rumput yang baik untuk domba-dombanya (1Taw. 4:39-41; Maz. 23:2)
4. Menghitung
domba-domba pada waktu pulang dari padang rumput (Yer. 33:13)
5. Menjaga
kawanan ternaknya pada waktu malam (Luk. 2:8)
6. Bersikap
lembut terhadap domba betina yang mengandung dan terhadap anak-anak domba (Kej. 33:13,14; Maz. 78:71)
7. Melindungi
domba-domba apabila diserang binatang buas (1Sam.
17:34-36; Am. 3:12)
8. Mencari
domba-dombanya yang hilang (Yeh. 34:12; Luk. 15:4,5)
9. Merawat
domba-domba yang sakit dan luka-luka (Yeh. 34:16)[4]
Sedangkan dalam Yeh 34:1-6,11,12,16
dijelaskan “(1) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak
manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan
katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan
ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri!
Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3)
Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu
sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang
lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu
balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari,
melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman. (5) Dengan
demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi
makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-dombaKu berserak (6) dan tersesat di
semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu
domba-dombaKu berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang
mencarinya. ... (11) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan
sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu dan akan
mencarinya. (12) Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu
tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-dombaKu
dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan
pada hari berkabut dan hari kegelapan. ... (16) Yang hilang akan Kucari,
yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan
Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan
menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”.
Dari
penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tugas para gembala Israel
sangat berat. Gembala harus
memperhatikan dombanya, memelihara bahkan menjaga dari segala ancaman. Dan dalam 1 Petrus 5:2a jelas bahwa tugas
para penatua yaitu menggembalakan jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan. Dimana para penatua dituntut untuk
menggembalakan jemaat seperti seorang gembala menggembalakan domba-dombanya
Bentuk-Bentuk
Pelayanan Pastoral
Dalam 1 Petrus pasal 5, Petrus
sedang membangun sebuah bentuk pelayanan pastoral yang harus dilakukan oleh
para penatua yang sedang melayani di jemaat.
Dimana Petrus menasehatkan kepada para penatua sebagai seorang pemimpin
jemaat harus melayani dengan pelayanan patoral yang benar. Pelayanan pastoral
itu dijelaskan Petrus dalam 1Petrus 5:2-11 yang berbunyi:
2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada
padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak
Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau
memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu
menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu
akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
5
Demikian jugalah kamu, hai orang-orang
muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah
dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang
congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah
tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,
sebab Ia yang memelihara kamu.
8
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu,
si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari
orang yang dapat ditelannya.
9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab
kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang
sama.
10
Dan Allah, sumber segala kasih karunia,
yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan
melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita
seketika lamanya.
11 Ialah yang empunya kuasa sampai
selama-lamanya! Amin.
Kalau diperhatikan dengan cermat
bentuk kalimat dari ayat-ayat diatas, jelas bahwa ayat 2 merupakan pokok
pikiran untuk ayat-ayat selanjutnya.
Dimana kerangka pemikiran Petrus saat menulis ayat-ayat diatas yaitu Dalam
ayat 2 Petrus memberikan perintah kepada para penatua untuk menggembalakan
jemaat dan ayat 3-11 merupakan cara yang di nasehatkan Petrus kepada para
penatua dalam menggembalakan jemaat. Dan
dibawah ini akan dijelaskan cara yang dinasehatkan Petrus kepada para penatua
dalam menggembalakan jemaat.
Jangan
Dengan Paksa Tetapi Dengan Sukarela (Ayat 2).
Dalam ayat 2 dijelaskan “Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah…” Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat,
para penatua tidak melakukannya karena terpaksa, tetapi harus melakukannya
dengan sukarela. Kata “paksa” ini menunjukkan bahwa ada
tekanan, paksaan dalam menjalankan tugasnya.
Mungkin ini cocok menunjuk pada gembala upahan, dimana mereka
menggembalakan karena terpaksa sebab kalau tidak menggembalakan mereka tidak
mendapat upahnya (Bnd. Yoh. 10:12). Namun
Petrus menasehati para penatua supaya dalam menjalankan tugasnya dilakukan
dengan sukarela. Sukarela ini berarti
melakukannya dengan tidak terpaksa. Terkait dengan hal itu Budi Asali mengutip
pendapat Calvin mengatakan
Ia lalu
mengatakan bahwa pendeta-pendeta / gembala-gembala tidak boleh memperhatikan
kawanan domba Tuhan hanya sejauh mereka didesak / dipaksa; karena mereka yang
berusaha melakukan tidak lebih dari apa yang dipaksakan kepada mereka,
melakukan pekerjaan mereka secara formal dan dengan lalai / sembrono. Karena
itu ia ingin mereka melakukan dengan sukarela apa yang mereka lakukan, seperti
mereka yang sungguh-sungguh berbakti pada pekerjaan mereka.[5]
Hal itu sesuai dengan ajaran Yesus dalam Yoh. 10:11-13 yang
berbunyi “11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya; 12 sedangkan
seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu
sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu
lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba
itu.13 Ia lari karena ia seorang upahan
dan tidak memperhatikan domba-domba itu.14
Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan
domba-domba-Ku mengenal Aku.
Jangan
Karena Mau Mencari Keuntungan, Tetapi Dengan Pengabdian Diri (Ayat 2)
Selain
menggembalakan dengan jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela, dalam ayat 2
juga dijelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat jangan karena mau mencari
keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
Frase” jangan karena mau mencari keuntungan” dalam KJV: ‘not for filthy lucre’ artinya bukan
untuk uang yang kotor. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada kemungkinan para penatua dalam menjalankan tugasnya
sering mendapat keuntungan. Oleh karena
itu dalam beberapa ayat lain ditegaskan supaya para penatua itu tidak serakah
(1 Tim. 3:8, Tit. 1:7) dan mencari keuntungan yang memalukan (Tit. 1:11).
Frase
“tetapi dengan pengabdian
diri” ini menjelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat harus dilakukan dengan
pengabdian diri. Kata pengabdian ini dapat diartikan menghambakan diri untuk
mengabdi.[6] Ini menegaskan bahwa dalam menggembalakan
jemaat, para penatua tidak boleh mencari keuntungan sendiri melainkan bersikap
sebagai seorang hamba yang berbakti, yang menjalankan tugasnya tanpa pamrih
untuk menyenangkan tuannya.
Budi Asali mengutib pendapat Calvin terkait dengan ayat
di atas menjelaskan Untuk membetulkan ketamakan, ia
meminta mereka untuk melakukan tugas mereka dengan suatu pikiran yang siap;
karena siapapun yang tidak mempunyai tujuan ini, untuk menghabiskan dirinya
sendiri dan pekerjaan / jerih payahnya tanpa pamrih dan dengan gembira demi
kepentingan gereja, bukanlah seorang pelayan Kristus, tetapi seorang budak bagi
perut dan dompetnya sendiri.[7] Dari penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa seorang gembala dalam menggembalakan jemaat harus
penuh pengabdian dan tidak mencari keuntungan sendiri.
Hendaklah
Kamu Menjadi Teladan. (Ayat 3)
Dalam ayat 3 dijelaskan “Janganlah
kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan
kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Frase “Janganlah kamu berbuat seolah-olah
kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu” ini menjelaskan
bahwa Petrus memberi peringatan kepada para penatua, terkait sikap mereka terhadap
jemaat. Kata “jangan” jelas menegaskan
larangan. Dimana para penatua dilarang
menganggap dirinya sebagai penguasa atas jemaat yang di gembalakannya. Frase “tetapi hendaklah kamu menjadi teladan
bagi kawanan domba itu” ini harapan Petrus, supaya para penatua menjadi teladan
bagai jemaat. Dalam surat Titus Paulus
menjelaskan tentang kriteria seorang penatua.
Dengan memiliki kriteria tersebut diharapakan penatua dapat jadi teladan
bagi jemaat. Tit. 1: 5-9 dijelaskan 5 Aku telah meninggalkan engkau di Kreta
dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan
supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah
kupesankan kepadamu, 6 yakni
orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang
anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh
atau hidup tidak tertib. 7 Sebab sebagai
pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh,
bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, 8 melainkan suka memberi tumpangan, suka akan
yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri 9 dan berpegang kepada perkataan yang benar,
yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang
berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.
Melayani
Dengan Rendah Hati (Ayat 5-6)
Dalam
ayat 5b-6 dijelaskan …sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi
mengasihani orang yang rendah hati."
6 Karena itu rendahkanlah dirimu
di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Dalam ayat ini Petrus menekankan prinsip
kerendahan hati yang harus dimiliki oleh para penatua gembala jemaat. Dalam ayat 5b jelas bahwa rendah hati itu
berlawanan dengan congkak atau sombong.
Allah menentang orang yang congkak atau sombong tetapi mengasihi orang
yang rendah hati. Terkait dengan
kerendahan hati, Matthew Henry menjelaskan
1. Kerendahan hati merupakan sarana terbaik untuk
mempertahankan damai sejahtera dan ketertiban di dalam seluruh jemaat dan
masyarakat Kristen, sedangkan kecongkakan merupakan gangguan terbesar terhadap
kedua hal itu, dan menyebabkan sebagian besar perselisihan dan keretakan di
dalam jemaat.
2. Ada pertentangan dua arah antara Allah dan orang-orang
congkak, begitulah arti kata aslinya. Mereka menentang Dia, dan Dia mencemooh
mereka. Dia menentang orang yang
congkak, sebab mereka seperti Iblis, musuh bagi-Nya dan bagi
kerajaan-Nya di antara manusia (Ams. 3:34).
3. Saat Allah memberi kasih karunia untuk merendahkan
hati, Dia juga akan memberikan lebih banyak lagi kasih karunia, hikmat, iman,
kekudusan, dan kerendahan hati. Oleh karena itu Rasul Petrus menambahkan: Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah
tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya (ay. 6). “Karena Allah menentang orang yang
congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati, rendahkanlah dirimu, bukan
hanya terhadap satu sama lain saja, tetapi juga di hadapan Allah yang
Mahabesar, yang penghakiman-Nya akan datang ke atas dunia ini dan harus dimulai
di rumah Allah sendiri (4:17). Tangan-Nya dahsyat dan dapat dengan
mudahnya merendahkanmu jika engkau congkak, atau meninggikanmu jika engkau
rendah hati. Dan hal itu pasti akan terjadi, jika tidak di kehidupan sekarang
ini, bila dianggap-Nya terbaik bagimu, atau pada hari penghakiman nanti.”
Ketahuilah,
(1) Pertimbangan mengenai tangan mahakuasa Allah harus
membuat kita rendah hati dan tunduk pada-Nya dalam segala hal yang
diizinkan-Nya menimpa kita.
(2) Merendahkan diri kita terhadap Allah di bawah
tangan-Nya merupakan jalan selanjutnya supaya dibebaskan dan ditinggikan.
Kesabaran di bawah teguran-Nya, dan penyerahan diri dalam kehendak-Nya,
pertobatan, doa, dan pengharapan dalam belas kasihan-Nya, akan mendatangkan
pertolongan dan pelepasan dari-Nya pada waktunya (Yak. 4:7, 10).[8]
Dari penjelasan diatas jelas bahwa para
penatua harus memiliki kerendahan hati dalam menggembalakan jemaat.
Percaya
Akan Pemeliharaan Tuhan (Ayat 7)
Dalam
ayat 7 dijelaskan “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu.” Dari ayat ini Petrus
menasehakan bahwa dalam melayani Tuhan sebagai gembala jemaat, para penatua
tidak boleh kuatir akan masalah-masalah kehidupannya. Petrus menekankan akan pemeliharaan Tuhan
atas hamba-hambaNya. Terkait dengan
kekuatiran dalam ayat diatas, Matthew Henry menjelaskan:
Nasihatnya ialah supaya menyerahkan segala kekhawatiran mereka, atau seluruh kekhawatiran mengenai diri mereka,
kepada Allah. “Serahkanlah kekhawatiranmu yang sangat menyakitkan
dan meresahkan itu, yang melukai jiwamu dan menyayat hatimu, ke dalam
pemeliharaan Allah yang berhikmat dan penuh kasih karunia. Percayalah
kepada-Nya dengan pikiran tenang yang teguh, sebab Ia yang memelihara kamu. Dia bersedia melepaskan
kekhawatiranmu dan menanggungnya sendiri. Dia akan meluputkanmu dari apa yang
engkau takutkan, atau mendukungmu melaluinya. Dia akan mengatur seluruh peristiwa
bagimu sehingga engkau diyakinkan mengenai kasih dan kelembutan-Nya sebagai
Bapa. Dan semuanya akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan mencelakai,
melainkan mendatangkan kebaikan untukmu” (Mat. 6:25; Mzm. 84:12; Rm. 8:28). Ketahuilah,
1. Orang-orang Kristen yang terbaik justru cenderung
bersusah payah di bawah kekhawatiran dan keresahan yang berlebihan. Rasul
Petrus menyebutnya, segala
kekhawatiranmu, menegaskan bahwa kekhawatiran orang-orang Kristen
itu beragam dan tidak hanya satu saja: kekhawatiran pribadi, kekhawatiran
keluarga, kekhawatiran mengenai masa kini, kekhawatiran mengenai masa depan,
kekhawatiran diri sendiri, kekhawatiran mengenai orang lain, dan juga mengenai
jemaat.
2. Bahkan kekhawatiran orang baik pun amat memberatkan,
dan sering kali sangat berdosa. Saat kekhawatiran itu muncul dari
ketidakpercayaan dan keraguan, saat kekhawatiran itu menyiksa dan meresahkan
pikiran, membuat kita tidak layak bagi tugas-tugas kita dan menghalangi
pelayanan penuh sukacita kita bagi Allah, maka kekhawatiran itu amatlah jahat.
3. Penawar terbaik untuk menghadapi kekhawatiran yang
berlebihan ialah dengan menyerahkan
segala kekhawatiran kita kepada Allah, dan menyerahkan segala
peristiwa kepada pengaturan yang penuh hikmat dan penuh kasih karunia.
Kepercayaan teguh terhadap ketulusan kehendak dan hikmat ilahi menenangkan roh
manusia. Kami menyerah dan
berkata: “Jadilah kehendak Tuhan!” (Kis. 21:14).[9]
Dalam
Mat. 6:25-34, Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal kekuatiran. Kalau Tuhan memelihara burung-burung di
udara, pastilah Tuhan akan memelihara anak-anakNya yang setia melayaniNya. Oleh karena itu jangan kuatir.
Selalu
Waspada Terhadap Musuh (Ayat 8)
Dalam ayat 8-9
dijelaskan “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat
ditelannya. Lawanlah dia dengan iman
yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung
penderitaan yang sama.” Dari ayat ini
jelas bahwa Petrus mengingatkan para penatua untuk berjaga-jaga dalam
menghadapi lawan yaitu si iblis. Dalam
ayat 8 digambarkan iblis seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat ditelannya. Hal ini menunjukkan
bahwa iblis tidak akan pernah berhenti untuk menyerang anak-anak Tuhan. Oleh karena itu perlu kewaspadaan supaya
anak-anak Tuhan tidak ditelannya. Dan
dalam ayat 9 Petrus menasehati supaya Anak-anak Tuhan melawan si iblis dengan
iman yang teguh. Memang sebenarnya
anak-anak Tuhan itu adalah pasukan Kristus.
Dalam Ef. 6:10-18, orang percaya diumpamakan sebagai pasukan Kristus
yang siap berperang. Sebagai pasukan
Kristus, anak-anak Tuhan diperlengkapi dengan pedang untuk mengalahkan si
iblis.
Terkait dengan ayat 8 diatas Matthew
Henry menjelaskan:
Dia menunjukkan
kepada mereka mara bahaya dari seorang musuh yang lebih kejam dan giat daripada
orang-orang yang paling jahat sekalipun, yang digambarkannya,
1. Melalui
sifat dan sebutannya.
(1) Dia adalah
seorang musuh: “Lawanmu. Bukan
semata lawan biasa, melainkan seorang musuh yang menuntut dan melawanmu dalam
perkara besarmu yang akan datang, dan membidik jiwamu.”
(2) Si Iblis, pendakwa ulung seluruh
saudara-saudara kita. Sebutan ini berasal dari sebuah kata yang berarti
menghantam atau menusuk. Dia akan menyerang dengan jahatnya ke dalam
sifat-sifat kita dan meracuni jiwa kita. Jika saja dia bisa menyerang
orang-orang ini dengan kemarahan dan gerutuan dalam penderitaan mereka, pasti
dia sudah bisa membuat mereka serong dalam kemurtadan dan kebinasaan.
(3) Dia
adalah singa yang
mengaum-aum, lapar, ganas, kuat, dan kejam, pemburu jiwa-jiwa yang
ganas dan tamak.
2. Melalui
kegiatannya: berjalan keliling,
mencari orang yang dapat ditelannya. Keseluruhan rancangannya adalah
untuk menelan dan membinasakan jiwa-jiwa. Demi tujuan inilah dia tidak kenal
lelah dan giat melakukan upayanya, sebab dia selalu saja, siang dan malam,
berkeliling mengintai dan merencanakan para korban yang hendak dijeratnya ke
dalam kebinasaan kekal.[10]
Sedangkan terkait dengan ayat 9 Matthew Henry
menjelaskan:
Dengan demikian
Rasul Petrus menarik kesimpulan bahwa sudah menjadi tugas merekalah,
1. Untuk sadar, dan untuk mengendalikan
diri manusia lahiriah dan batiniah mereka dengan aturan-aturan untuk berlaku
sabar, sederhana, dan mematikan keinginan dosa.
2. Untuk berjaga-jaga, tidak terlena
ataupun ceroboh, melainkan selalu waspada terhadap bahaya yang terus-menerus
dilancarkan oleh si musuh rohani, dan dengan sadar akan hal itu, bersikap siaga
dan giat menangkis rancangan-rancangannya dan menyelamatkan jiwa kita.
3. Untuk
melawannya dengan iman yang
teguh. Iman dari orang-orang itulah yang diincar si Iblis. Jika dia
dapat merobohkan iman mereka dan membuat mereka murtad, maka dia pun tahu dia
sudah berhasil dan dapat membinasakan jiwa mereka. Karena itu, untuk
menghancurkan iman mereka, dia pun gencar melakukan berbagai penganiayaan
kejam, dan menempatkan para penguasa besar dunia untuk menentang mereka.
Pencobaan dan godaan yang kuat inilah yang harus mereka lawan, dengan cara
berdiri teguh, bulat hati, dan kukuh di dalam iman.[11]
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa para penatua bahkan para jemaat sebagai anak-anak Tuhan harus
waspada dan berjaga-jaga terhadap si iblis yang digambarkan seperti singan yang
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Selain waspada dan berjaga-jaga, para penatua
dan jemaat juga bisa melawan si iblis sebab para penatua dan jemaat adalah
pasukan Kristus, yang diperlengkapi oleh Tuhan dengan perlengkapan senjata
Allah untuk mengalahkan si iblis.
Tantangan
Dalam Pelayanan Pastoral
Dalam surat 2 Petrus, Petrus
menjelaskan bahwa dalam menggembalakan jemaat para penatua akan menghadapi
tantangan. Tantangan itu berasal dari
pengajar-pengajar sesat yang sering mempengaruhi kehidupan iman dan kepercayaan
jemaat. Pengajar-pengajar sesat itu
yaitu 2 Pet.2:1-3 dijelaskan Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di
tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru
palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan
jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. 2 Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka
yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. 3 Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu
akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol
mereka.
Selain nabi-nabi dan guru-gur palsu
juga ada pengejek-pengejek. Dalam 2 Pet.
3:3 dijelaskan yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari
zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu
orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa tantangan berat yang dihadapi para penatua yaitu pengaruh
dari nabi-nabi palsu, guru-guru palsu dan para pengejek yang selalu mengajarkan
ajaran yang sesat.
Nasehat Petrus untuk para penatua
dalam menghadapi para pengajar sesat itu yaitu:
1.
Para penatua harus semakin sungguh-sungguh
dalam Tuhan.
Dalam
2 Pet. 1:4-8 dijelaskan 4 Dengan jalan
itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang
sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi,
dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. 5 Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan, 6 dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada
ketekunan kesalehan, 7 dan kepada
kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara
kasih akan semua orang. 8 Sebab apabila
semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi
giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
2.
Para penatua harus ungguh-sungguh dalam
panggilan Tuhan
Dalam
2 Pet. 1:10 dijelaskan Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
3.
Para penatua harus waspada supaya jangan
terseret oleh ajaran sesat.
Dalam
2 Pet. 3:17 dijelaskan Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke
dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan
peganganmu yang teguh.
4.
Para penatua harus bertumbuh dalam kasih
karunia dalam pengenalan akan Tuhan.
Dalam
2 Pet. 3:18 dijelaskan Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam
pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan,
sekarang dan sampai selama-lamanya.
Implikasi
bagi Pelayanan Pastoral Zaman Sekarang
Dalam konteks pelayanan zaman
sekarang ini, nasehat Petrus kepada para penatua dalam kitab 1 dan 2 Petrus
masih relevan. Walaupun berbeda zaman,
namun tugas dan tanggung jawab serta tantangan pelayanan masih sama.
1.
Para penatua sebagai pemimpin jemaat.
Memang
zaman sekarang ini setiap gereja memiliki sistem kepemimpinan masing-masing
sesuai dengan aturan gerejanya. Ada yang
dipimpin oleh pendeta tapi ada yang dipimpin oleh para penatua. Semua tergantung oleh sistem kepemimpinan di gereja tersebut.
2.
Tugas Para Penatua
Secara
umum pada zaman sekarang ini, tugas para penatua dalam menggembalakan jemaat mulai
bergeser. Yaitu dari penatua ke
pendeta. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahwa yang lebih cocok untuk menggembalakan jemaat adalah pendeta. Oleh karena itu pendeta sering disebut
gembala sidang. Alasan lain yaitu karena
adanya anggapan bahwa pendeta yang sudah sekolah teologi, sehingga secara
keilmuan memiliki kemampuan. Sedangkan
para penatua biasanya orang awam yang tidak sekolah teologi atau belum
diperlengkapi.
3.
Bentuk-Bentuk Pelayanan Pastoral
a. Jangan
Dengan Paksa Tetapi Dengan Sukarela (Ayat 2).
Dalam konteks sekarang ini memang, ada hamba-hamba Tuhan
yang terpanggil khusus untuk menjadi seorang pendeta. Biasanya mereka memperlengkapi diri dengan
belajar teologi. Orang-orang yang
seperti inilah biasanya yang akan melayani dengan tanpa paksaan dan
menjalankannya dengan sukarela. Namun
juga ada para pemimpin jemaat yang terpaksa menjadi pemimpin jemaat. Misalnya gereja keluarga. Karena pendetanya meninggal maka anaknya
harus menggantikan ayahnya yang pendeta sedangkan anaknya tidak ada beban
melayani.
b. Jangan
Karena Mau Mencari Keuntungan, Tetapi Dengan Pengabdian Diri (Ayat 2).
Sekarang ini banyak pemimpin jemaat yang suka mencari
keuntungan sendiri. Mereka menganggap
gereja sebagai mesin pencetak uang. Oleh
karena itu bukannya melayani jemaat tetapi jemaat yang harus melayani pemimpin
jemaatnya.
c. Menjadi
Teladan Bagi Jemaat (Ayat 3).
Inilah yang sering menjadi tantangan bagi para pemimpin jemaat
zaman sekarang ini yaitu menjadi teladan bagi jemaat. Memang ada banyak pemimpin jemaat yang baik
dan bisa menjadi teladan, namun tidak sedikit yang memiliki kehidupan yang
kurang menjadi teladan.
4.
Tantangan Dalam Pelayanan Pastoral
Tantangan
pelayanan dari zaman dulu sampai sekarang sepertinya tetap sama yaitu tantangan
dalam menghadapi ajaran-ajaran sesat.
Memang secara bentuk tidak sama namun secara isi ajarannya tetap sama
yaitu menyesatkan jemaat. Oleh karena
itu pemimpin jemaat harus waspada, selain semakin teguh dalam Tuhan.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Packer JI, Tenney Merrill C. dan White
William. Dunia Perjanjian Baru,
Malang: Gandum Mas, 2000.
[1] Packer, Merrill C. Tenney dan
William White. Dunia Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2000), hlm.
175.
[4] Ibid
0 komentar:
Posting Komentar