Maret 07, 2020
0
www.idntimes.com


CONTOH PROPOSAL
Oleh Reny M.W


BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik secara umum untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan bimbingan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didiknya[1].
Proses belajar mengajar adalah suatu kegiataan yang didalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa.  Setelah siswa belajar diharapkan akan terjadi perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap.  Sadirman A.M mengatakan bahwa dari proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar[2].
Pendidikan dalam arti luas merupakan kebutuhan dan hak tiap anak tanpa terkecuali.  Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat kemanusiaan yaitu upaya menggali, merangsang, mengarahkan serta membimbing potensi dasar manusia untuk meningkatkan taraf hidup manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial dan religius[3].  Demikian juga setiap anak dari keluarga Kristen membutuhkan Pendidikan Agama Kristen (PAK).PAK sebagai usaha pendidikan yang kurang lebih ingin menumbuhkembangkan kepribadian Kristen dalam diri peserta didiknya[4]. 
PAK dalam pribadi seseorang harus membawa perubahan spiritual kearah yang lebih baik yang mendidik, mengajar, dan untuk mencapai suatu usaha dengan tujuan masa depan yang berakhlak mulia serta takut akan Tuhan[5].  Anak-anak didik membutuhkan cara berpikir, cara berprilaku, pengetahuan, emosi dan mental yang sehat karena hal itu dikehendaki Allah. 
Disamping pendidikan formal disekolah, Sekolah Minggu (SM) adalah wadah pendidikan yang harus dapat diikuti terus oleh anak-anak agar perkembangan spiritual anak semakin bertumbuh di dalam Tuhan.  SM bukanlah sekedar aktifitas untuk anak-anak pada hari minggu, tetapi SM merupakan satu wujud pelayanan khusus diantara anak-anak dengan tujuan membawa mereka untuk mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka secara pribadi.  Dimana, anak-anak dikumpulkan dan diajar berdoa, memuji Tuhan dan belajar kebenaran Firman Tuhan. 
Pendidikan dan pelayanan anak melalui Sekolah Minggu di jemaat lokal merupakan pekerjaan mulia yang Tuhan anugerahkan kepada guru Sekolah Minggu[6].  Di dalam SM terjadi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan muridnya.  Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan iman anak-anak karena guru yang memimpin para siswa dan mengelola kelas.  Oleh sebab itu setiap guru SM harus mampu mengenalkan Yesus Kristus kepada anak-anak menceritakan cinta kasih Tuhan dalam hidup anak-anak dan membawa anak-anak untuk hidup berkenan bagi Tuhan sehingga mereka bertumbuh dewasa dengan dasar iman yang kuat di dalam Yesus Kristus karena anak-anak adalah masa depan gereja dan juga penerus warga kerajaan Allah.  Guru SM harus bisa  membuat suasana menjadi lebih hidup dan menarik, bersemangat dan penuh keakraban.  Karenanya, SM juga harus berkualitas baik agar dapat menjadi suatu lingkungan belajar yang kondusif bagi perkembangan anak. 
Menghadapi dunia yang semakin kompetitif, maka guru SM harus kreatif dalam mengajar anak-anak SM sehingga tidak membosankan anak tetapi menarik perhatian dan minat belajar anak dalam pembelajaran di Sekolah Minggu.  Guru SM harus mampu membuat setiap pertemuan sekolah minggu menjadi acara yang menarik dan menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak.  Mengapa setiap pertemuan SM harus menarik?  Sebab acara untuk anak-anak di televisi atau film, diberbagai tempat hiburan dan berbagai acara lainnya sedemikian menariknya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat persaingan yang hebat khususnya di bidang media elektronika, anak-anak akan lebih tertarik untuk bermain play station (PS), internetan dan berbagai macam permainan yang telah tersedia di komputer.  Sedangkan acara di sekolah minggu dirasakan “kuno”.  Akibatnya, SM terasa menjadi tidak menarik dan membosankan.  Apalagi, anak-anak sekarang semakin sibuk dengan kegiatan sekolah, kursus-kursus, dan berbagai kesibukan lainnya, sehingga kegiatan mereka padat sekali.  Jika acara SM tidak cukup menarik, mereka mungkin merasa “rugi” bila harus hadir di SM.  Karena itu, guru SM harus menggunakan pendekatan yang kreatif dan menarik serta terus berusaha memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin. 
Melalui Skripsi ini, penulis ingin menguraikan bahwa pentingnya pendekatan pembelajaran  aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan  dalam  meningkatkan minat dan antusias anak dalam pembelajaran di Sekolah Minggu. 
Namun berdasarkan pengamatan penulis, pada tanggal 25 Oktober 2015, ditemukan dalam pembelajaran SM Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI) Gedangan, bahwa diantara anak-anak SM kurang memiliki minat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.  Hal tersebut diindikasikan  oleh beberapa faktor:[7]
1.    Diantara anak-anak Sekolah Minggu  kelas madya usia 09-11 tahun di gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan kurang memiliki minat dan semangat  dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini diindikasikan karena guru SM kurang melibatkan anak-anak dalam pembelajaran.  Guru terlihat aktif sedangkan anak pasif.   Dimana anak-anak duduk diam sebagai pendengar yang pasif dan jarang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran seperti kegiatan kelompok, kegiatan bermain, seni peran dalam cerita, diskusi dan kegiatan aktif lainnya.
2.    Anak-anak menjadi bosan dan kurang tertarik dengan pembelajaran di kelas.  Hal tersebut diindikasikan karena guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode mengajar.Selama ini metode yang sering digunakan oleh guru Sekolah Minggu adalah mengajar dengan metode bercerita. untuk itu diperlukan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan  untuk meningkatkan minat belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja pantekosta di Indonesia Gedangan.
3.    Guru Sekolah Minggu jarang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.  Hal ini mengakibatkan beberapa anak yang kurang fokus pada pembelajaran  dan kurang memperhatikan gurunya saat  mengajar didepan kelas.  Ada beberapa anak yang suka ngobrol dengan teman sebelah bangkunya, ada juga yang menggambar juga menulis dikertas. Bahkan bila ditanya pelajaran cerita pada minggu sebelumnya ada beberapa anak yang tidak bisa menjawab karena mereka lupa.
4.    Anak-anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas, hal ini diindikasikan karena anak-anak Sekolah Minggu sangat jarang melakukan aktifitas di kelas untuk mengekspresikan pemikiran, ide dan kemampuannya.  
Keadaan inilah yang melatar belakangi penulis mengambil judul skripsi: “Pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)   terhadap peningkatan minat belajar  Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan. Penulis ingin meneliti apakah dengan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan  dapat meningkatkan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan. 

Identifikasi Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Anak-anak menjadi bosan dan kurang tertarik dengan pembelajaran.  Hal ini diindikasikan karena guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode.  untuk itu diperlukan pendekatan pembelajaran aktif,inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk menarik minat belajar.  Bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) terhadap  minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
2.    Anak-anak kurang memiliki minat dan kurang antusias dalam pembelajaran di SM, hal ini diindikasikan karena guru kurang melibatkan anak-anak dalam pembelajaran.  Apakah yang menyebabkan kurangnya minat belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
3.    Anak-anak kurang fokus pada pembelajaran dan kurang memperhatikan guru Sekolah Minggu yang mengajar di depan kelas.  Hal ini diindikasikan karena  guru jarang menggunakan alat peraga sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian anak-anak.   Bagaimana pengaruhnya jika guru jarang menggunakan alat peraga dalam mengajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
4.    Anak-anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas, hal ini diindikasikan karna anak-anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun Gereja Pantekosta di Indonesia gedangan  sangat jarang melakukan aktifitas di kelas untuk mengekspresikan pemikiran, ide dan kemampuannya.  Apa yang menyebabkan kurangnya antusias anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta Di Indonesia Gedangan dalam pembelajaran?

Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah pada skripsi yang berjudul “Pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)  terhadap peningkatan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan.  Untuk menghindari pembahasan melebar, maka berikut ini ditetapkan batasan masalah pada no (1), (2) yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.    Anak-anak kurang memiliki minat dan kurang antusias dalam pembelajaran di SM, hal ini diindikasikan karna guru kurang melibatkan anak-anak dalam pembelajaran.  Apakah yang menyebabkan kurangnya minat belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
2.    Anak-anak menjadi bosan, kurang tertarik dengan pembelajaran.  Hal ini diindikasikan karna guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode.  untuk itu diperlukan pendekatanpembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk menarik minat belajar.  Bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, inovatif,  kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)  terhadap peningkatan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah yang menyebabkan kurangnya minat belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
2.    Bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)  terhadap peningkatan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?

Tujuan Penelitian
Dengan mendasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.    Untuk mengetahui menyebabkan kurangnya minat belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan.
2.    Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)  terhadap peningkatan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?


Kepentingan Penelitian
Dari hasil penulisan penelitian ini diharapkan membawa manfaat  antara lain:

Manfaat Teoritis
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini, antara lain:
1.    Meningkatkan  profesionalisme peneliti sebagai calon guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas Sekolah Minggu.
2.    Untuk menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas khususnya yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 
3.    Skripsi ini dapat memberikan referensi tambahan mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan  sebagai kontribusi keilmuan  dalam memperluas wacana serta dapat dijadikan bahan informasi bagi para guru Sekolah Minggu.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Peneliti sendiri sebagai guru Sekolah Minggu dalam memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian. 
2.    Bagi pihak gereja sebagai bahan masukan supaya terus berupaya untuk men-traning atau melatih guru-guru Sekolah Minggu agar dapat mengajar dengan lebih kreatif. 
3.    Guru-guru Sekolah Minggu agar menyadari pentingnya pendekatan pembelajaran  aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan  bagi seorang pengajar agar lebih efesien dalam mengajar.  Yang diteliti hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berharga dalam rangka meningkatkan minat anak Sekolah Minggu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 
4.    Bagi anak Sekolah Minggu sebagai sarana dalam meningkatkan minat dan motivasi terhadap pembelajaran  di sekolah minggu Gereja Pantekosta di Indonesia.

Metodologi
Metode Penulisan
Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode.  Jadi, metodologi penelitian adalah suatu  pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam penelitian.[8]   Dalam penulisan skripsi ini penulis akan memakai metode penelitian kuantitatif.  Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.[9]

Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penggumpulan data dengan kuesioner (angket).  Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya[10].  Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.  Kuesioner disusun dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami oleh responden. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan angket skala Lickert dengan empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Data didapat dengan cara responden mengisi angket.  Skala Lickert adalah untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap sesuatu objek.[11]

Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalah-pahaman dalam mengartikan istilah kata-kata yang dipergunakan, berikut uraian batasan-batasan penyusunan dan lingkup-lingkup pembahasannya adalah:
1.    Pendekatan adalah mencapai atau mendapatkan (attaining)sasaran atau tujuan.[12] Pendekatan adalah proses, pembuatan, cara mendekati, atau usaha dalam rangkaian aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti dengan berbagai metode untuk mencapai pengertian.[13]
2.    Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[14]  Pembelajaran merupakan pusat kegiatan belajar mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral.[15]
3.    Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja.[16]
4.    Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.[17]Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.[18]
5.    Pembelajaran inovatif dimaksudkan adalah dalam proses pembelajaran  diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang lebih baik.  Pembelajaran pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari.[19]
6.    Kreatif  dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.[20]
7.    Pembelajaran efektif artinya  berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.  Dengan kata lain dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai.[21]Efektifberarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.[22]
8.    Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang menyenangkan, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar dan waktu curah anak  pada pelajaran menjadi tinggi.[23]
9.    Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.[24]Minat adalah tenaga penggerak yang terpercaya bagi proses belajar.[25]minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.[26]
10. Sekolah Minggu adalah merupakan salah satu divisi pelayanan Pendidikan Agama Kristen (PAK) kepada jemaat muda (anak-anak).[27]  Fungsinya adalah meneruskan pemberitaan dan pengajaran Kabar Baik (Injil) tentang Kerajaan Allah yang sudah, sedang dan akan digenapi.[28]

Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan disusun dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
              Bab satu menguraikan tentang pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kepentingan penelitian, metodologi, definisi istilah, sistematika penulisan.
              Bab dua berisikan kajian teori tentang pengaruh  pendekatan pembelajaran aktif, inovatif,  kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)  terhadap peningkatan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pentakosta di Indonesia Gedangan, kerangka berpikir dan hipotesa.
              Bab tiga berisi metodologi penelitian yang meliputi tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian.
              Bab empat berisi tentang deskripsi data, analisa data dan uji hipotesa.
              Bab lima berisi kesimpulan, saran, dan implikasi.




[1] Sadirman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012) 141.
[2]Sadirman A.M, Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2012) 19.
[3]H. Sugiono, Pedagogik Terapan (Surabaya: University Press Adi Buana, 2011) 11.
[4]Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab dan Dunia Pendidikan Masa ini (Yogyakarta: Andi, 2012) 61
[5]Ibid,61.
[6] BS. Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2008) 15.
[7]Hari Minggu, tanggal 25 Oktober 2015 jam 08.00 di Gereja Pantekosta Di Indonesia Gedangan.
[8]Husaini Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta:Bumi Aksara, 1996), 42.  
[9]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2016) 13.
[10]Ibid, 19.
[11]Husaini Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta:Bumi Aksara, 1996), 69.
[12]Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini, (Yogyakarta: Andi, 2012) 142.
[13] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986)  237.
[14] Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) 3.
[15] Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Jogjakarta: Diva Press, 2014) 5.
[16]Ibid 59.
[17]Ibid 60.
[18]Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) 324.
[19]Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), 46-47.
[20]Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Jogjakarta: DIVA Press, 2014), 60.
[21]Lif Khoiru Ahmadi, PAIKEM GEMBROT, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011) 30.
[22]Ibid,30.
[23]Ibid 61.
[24]Slameto, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010) 180.
[25]Sitorus, Bergman, membina Hasrat Belajar di Sekolah. (Bandung:Remadja Karya,1987)25.
[26] Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2013) 57.          
[27] Novelina Laheba, Guruku Sahabatku, (Yogyakarta: Andi, 2007) 5.
[28]Ibid, 5.

0 komentar: