www.idntimes.com
CONTOH PROPOSAL
Oleh Reny M.W
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik
secara umum untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun
rohani, dan bimbingan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti
khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didiknya[1].
Proses belajar mengajar adalah suatu kegiataan yang
didalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks
interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa. Setelah siswa belajar diharapkan akan terjadi
perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sadirman A.M mengatakan bahwa dari proses
belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut
hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar[2].
Pendidikan dalam arti luas merupakan kebutuhan dan hak
tiap anak tanpa terkecuali. Pendidikan
merupakan kegiatan yang bersifat kemanusiaan yaitu upaya menggali, merangsang,
mengarahkan serta membimbing potensi dasar manusia untuk meningkatkan taraf
hidup manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial dan religius[3]. Demikian juga setiap anak dari keluarga
Kristen membutuhkan Pendidikan Agama Kristen (PAK).PAK sebagai usaha pendidikan
yang kurang lebih ingin menumbuhkembangkan kepribadian Kristen dalam diri
peserta didiknya[4].
PAK dalam pribadi seseorang harus membawa perubahan
spiritual kearah yang lebih baik yang mendidik, mengajar, dan untuk mencapai
suatu usaha dengan tujuan masa depan yang berakhlak mulia serta takut akan
Tuhan[5]. Anak-anak didik membutuhkan cara berpikir,
cara berprilaku, pengetahuan, emosi dan mental yang sehat karena hal itu
dikehendaki Allah.
Disamping pendidikan formal disekolah, Sekolah Minggu
(SM) adalah wadah pendidikan yang harus dapat diikuti terus oleh anak-anak agar
perkembangan spiritual anak semakin bertumbuh di dalam Tuhan. SM bukanlah sekedar aktifitas untuk anak-anak
pada hari minggu, tetapi SM merupakan satu wujud pelayanan khusus diantara
anak-anak dengan tujuan membawa mereka untuk mengenal dan menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka secara pribadi. Dimana, anak-anak dikumpulkan dan diajar
berdoa, memuji Tuhan dan belajar kebenaran Firman Tuhan.
Pendidikan dan pelayanan anak melalui Sekolah Minggu
di jemaat lokal merupakan pekerjaan mulia yang Tuhan anugerahkan kepada guru
Sekolah Minggu[6]. Di dalam SM terjadi proses belajar mengajar
yang melibatkan guru dan muridnya. Guru
sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan iman
anak-anak karena guru yang memimpin para siswa dan mengelola kelas. Oleh sebab itu setiap guru SM harus mampu
mengenalkan Yesus Kristus kepada anak-anak menceritakan cinta kasih Tuhan dalam
hidup anak-anak dan membawa anak-anak untuk hidup berkenan bagi Tuhan sehingga
mereka bertumbuh dewasa dengan dasar iman yang kuat di dalam Yesus Kristus
karena anak-anak adalah masa depan gereja dan juga penerus warga kerajaan
Allah. Guru SM harus bisa membuat suasana menjadi lebih hidup dan
menarik, bersemangat dan penuh keakraban.
Karenanya, SM juga harus berkualitas baik agar dapat menjadi suatu
lingkungan belajar yang kondusif bagi perkembangan anak.
Menghadapi dunia yang semakin kompetitif, maka guru SM
harus kreatif dalam mengajar anak-anak SM sehingga tidak membosankan anak
tetapi menarik perhatian dan minat belajar anak dalam pembelajaran di Sekolah
Minggu. Guru SM harus mampu membuat
setiap pertemuan sekolah minggu menjadi acara yang menarik dan menjadi acara
yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak.
Mengapa setiap pertemuan SM harus menarik? Sebab acara untuk anak-anak di televisi atau
film, diberbagai tempat hiburan dan berbagai acara lainnya sedemikian
menariknya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat
persaingan yang hebat khususnya di bidang media elektronika, anak-anak akan
lebih tertarik untuk bermain play station (PS), internetan dan berbagai macam
permainan yang telah tersedia di komputer.
Sedangkan acara di sekolah minggu dirasakan “kuno”. Akibatnya, SM terasa menjadi tidak menarik
dan membosankan. Apalagi, anak-anak
sekarang semakin sibuk dengan kegiatan sekolah, kursus-kursus, dan berbagai
kesibukan lainnya, sehingga kegiatan mereka padat sekali. Jika acara SM tidak cukup menarik, mereka
mungkin merasa “rugi” bila harus hadir di SM.
Karena itu, guru SM harus menggunakan pendekatan yang kreatif dan
menarik serta terus berusaha memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin.
Melalui Skripsi ini, penulis ingin menguraikan bahwa
pentingnya pendekatan pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam
meningkatkan minat dan antusias anak dalam pembelajaran di Sekolah
Minggu.
Namun berdasarkan pengamatan penulis, pada tanggal 25
Oktober 2015, ditemukan dalam pembelajaran SM Gereja Pentakosta di Indonesia
(GPdI) Gedangan, bahwa diantara anak-anak SM kurang memiliki minat dan antusias
dalam mengikuti pembelajaran. Hal
tersebut diindikasikan oleh beberapa
faktor:[7]
1. Diantara
anak-anak Sekolah Minggu kelas madya
usia 09-11 tahun di gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan kurang memiliki
minat dan semangat dalam mengikuti
pembelajaran di kelas. Hal ini diindikasikan karena guru SM kurang melibatkan
anak-anak dalam pembelajaran. Guru terlihat
aktif sedangkan anak pasif. Dimana
anak-anak duduk diam sebagai pendengar yang pasif dan jarang dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran seperti kegiatan kelompok, kegiatan bermain,
seni peran dalam cerita, diskusi dan kegiatan aktif lainnya.
2. Anak-anak
menjadi bosan dan kurang tertarik dengan pembelajaran di kelas. Hal tersebut diindikasikan karena guru kurang
bervariasi dalam menggunakan metode mengajar.Selama ini metode yang sering
digunakan oleh guru Sekolah Minggu adalah mengajar dengan metode bercerita. untuk
itu diperlukan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan untuk meningkatkan minat
belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja pantekosta
di Indonesia Gedangan.
3. Guru Sekolah
Minggu jarang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan beberapa anak yang
kurang fokus pada pembelajaran dan
kurang memperhatikan gurunya saat
mengajar didepan kelas. Ada
beberapa anak yang suka ngobrol
dengan teman sebelah bangkunya, ada juga yang menggambar juga menulis dikertas.
Bahkan bila ditanya pelajaran cerita pada minggu sebelumnya ada beberapa anak
yang tidak bisa menjawab karena mereka lupa.
4. Anak-anak
kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas, hal ini diindikasikan
karena anak-anak Sekolah Minggu sangat jarang melakukan aktifitas di kelas
untuk mengekspresikan pemikiran, ide dan kemampuannya.
Keadaan
inilah yang melatar belakangi penulis mengambil judul skripsi: “Pengaruh pendekatan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) terhadap peningkatan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun
di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan. Penulis ingin meneliti apakah
dengan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dapat meningkatkan minat belajar Sekolah
Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia
Gedangan.
Identifikasi
Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka
penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Anak-anak
menjadi bosan dan kurang tertarik dengan pembelajaran. Hal ini diindikasikan karena guru kurang
bervariasi dalam menggunakan metode.
untuk itu diperlukan pendekatan pembelajaran aktif,inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan untuk menarik minat belajar. Bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) terhadap minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia
09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
2. Anak-anak
kurang memiliki minat dan kurang antusias dalam pembelajaran di SM, hal ini
diindikasikan karena guru kurang melibatkan anak-anak dalam pembelajaran. Apakah yang menyebabkan kurangnya minat
belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta
di Indonesia Gedangan?
3. Anak-anak
kurang fokus pada pembelajaran dan kurang memperhatikan guru Sekolah Minggu
yang mengajar di depan kelas. Hal ini
diindikasikan karena guru jarang
menggunakan alat peraga sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian
anak-anak. Bagaimana pengaruhnya jika
guru jarang menggunakan alat peraga dalam mengajar Sekolah Minggu kelas madya
usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
4. Anak-anak
kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas, hal ini diindikasikan
karna anak-anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun Gereja Pantekosta
di Indonesia gedangan sangat jarang
melakukan aktifitas di kelas untuk mengekspresikan pemikiran, ide dan
kemampuannya. Apa yang menyebabkan
kurangnya antusias anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja
Pantekosta Di Indonesia Gedangan dalam pembelajaran?
Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi
masalah pada skripsi yang berjudul “Pengaruh pendekatan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) terhadap peningkatan minat belajar Sekolah
Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia
Gedangan. Untuk menghindari pembahasan
melebar, maka berikut ini ditetapkan batasan masalah pada no (1), (2) yang
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Anak-anak
kurang memiliki minat dan kurang antusias dalam pembelajaran di SM, hal ini
diindikasikan karna guru kurang melibatkan anak-anak dalam pembelajaran. Apakah yang menyebabkan kurangnya minat
belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta
di Indonesia Gedangan?
2. Anak-anak
menjadi bosan, kurang tertarik dengan pembelajaran. Hal ini diindikasikan karna guru kurang
bervariasi dalam menggunakan metode.
untuk itu diperlukan pendekatanpembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan untuk menarik minat belajar. Bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM) terhadap
peningkatan minat belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja
Pantekosta di Indonesia Gedangan?
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan batasan masalah, masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah yang
menyebabkan kurangnya minat belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11
tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
2. Bagaimana pengaruh
pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAIKEM) terhadap peningkatan minat
belajar Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di
Indonesia Gedangan?
Tujuan
Penelitian
Dengan mendasarkan
permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.
Untuk mengetahui menyebabkan
kurangnya minat belajar anak Sekolah Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di
Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) terhadap peningkatan minat belajar Sekolah
Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pantekosta di Indonesia Gedangan?
Kepentingan Penelitian
Dari hasil
penulisan penelitian ini diharapkan membawa manfaat antara lain:
Manfaat Teoritis
Ada beberapa manfaat yang
dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini, antara lain:
1. Meningkatkan profesionalisme
peneliti sebagai calon guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas
Sekolah Minggu.
2. Untuk menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan Penelitian
Tindakan Kelas khususnya yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
3. Skripsi ini dapat memberikan referensi tambahan mengenai pembelajaran
yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan sebagai
kontribusi keilmuan dalam memperluas
wacana serta dapat dijadikan bahan informasi bagi para guru Sekolah Minggu.
Manfaat
Praktis
Penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1.
Peneliti sendiri sebagai
guru Sekolah Minggu dalam memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang
penelitian.
2.
Bagi pihak gereja sebagai
bahan masukan supaya terus berupaya untuk men-traning atau melatih guru-guru
Sekolah Minggu agar dapat mengajar dengan lebih kreatif.
3.
Guru-guru Sekolah Minggu
agar menyadari pentingnya pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan bagi seorang pengajar agar
lebih efesien dalam mengajar. Yang
diteliti hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang
berharga dalam rangka meningkatkan minat anak Sekolah Minggu dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
4.
Bagi anak Sekolah Minggu
sebagai sarana dalam meningkatkan minat dan motivasi terhadap pembelajaran di sekolah minggu Gereja Pantekosta di
Indonesia.
Metodologi
Metode Penulisan
Metodologi adalah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan dalam penelitian.[8] Dalam penulisan skripsi ini penulis akan
memakai metode penelitian kuantitatif.
Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik.[9]
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik penggumpulan data dengan kuesioner (angket). Kuesioner (angket) merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya[10]. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu
apa yang bisa diharapkan dari responden.
Kuesioner disusun dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami oleh
responden. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
cara menyebarkan angket skala Lickert dengan empat pilihan jawaban yaitu SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Data
didapat dengan cara responden mengisi angket.
Skala
Lickert adalah untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap
sesuatu objek.[11]
Definisi Istilah
Untuk menghindari
kesalah-pahaman dalam mengartikan istilah kata-kata yang dipergunakan, berikut
uraian batasan-batasan penyusunan dan lingkup-lingkup pembahasannya adalah:
1.
Pendekatan adalah mencapai
atau mendapatkan (attaining)sasaran
atau tujuan.[12]
Pendekatan adalah proses, pembuatan, cara mendekati, atau usaha dalam rangkaian
aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti
dengan berbagai metode untuk mencapai pengertian.[13]
2.
Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.[14] Pembelajaran merupakan pusat kegiatan belajar
mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan
intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan
keagungan moral.[15]
3.
Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah sebuah pendekatan
yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk
mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar
sambil bekerja.[16]
4.
Pembelajaran aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.[17]Pembelajaran
aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas
siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan
dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.[18]
5.
Pembelajaran inovatif dimaksudkan
adalah dalam proses pembelajaran
diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang lebih
baik. Pembelajaran pemaknaan atas
realitas kehidupan yang dipelajari.[19]
6.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.[20]
7. Pembelajaran efektif artinya
berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Dengan kata lain dalam pembelajaran telah
terpenuhi apa yang menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai.[21]Efektifberarti
proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.[22]
8. Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang
menyenangkan, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
dan waktu curah anak pada pelajaran
menjadi tinggi.[23]
9.
Minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh.[24]Minat
adalah tenaga penggerak yang terpercaya bagi proses belajar.[25]minat
dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.[26]
10.
Sekolah Minggu adalah
merupakan salah satu divisi pelayanan Pendidikan Agama Kristen (PAK) kepada
jemaat muda (anak-anak).[27] Fungsinya adalah meneruskan pemberitaan dan
pengajaran Kabar Baik (Injil) tentang Kerajaan Allah yang sudah, sedang dan
akan digenapi.[28]
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan
disusun dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab satu menguraikan tentang pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kepentingan penelitian, metodologi, definisi istilah, sistematika penulisan.
Bab dua berisikan kajian teori tentang pengaruh pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) terhadap peningkatan minat belajar Sekolah
Minggu kelas madya usia 09-11 tahun di Gereja Pentakosta di Indonesia Gedangan,
kerangka berpikir dan hipotesa.
Bab tiga berisi metodologi penelitian yang meliputi tempat
dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, instrument penelitian.
Bab empat berisi tentang deskripsi data, analisa data
dan uji hipotesa.
[1] Sadirman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012) 141.
[2]Sadirman A.M, Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : PT
Raja Grafindo, 2012) 19.
[3]H. Sugiono, Pedagogik Terapan (Surabaya: University
Press Adi Buana, 2011) 11.
[4]Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab dan
Dunia Pendidikan Masa ini (Yogyakarta: Andi, 2012) 61
[6] BS. Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif, (Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2008) 15.
[7]Hari Minggu, tanggal 25
Oktober 2015 jam 08.00 di Gereja Pantekosta Di Indonesia Gedangan.
[8]Husaini Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta:Bumi
Aksara, 1996), 42.
[11]Husaini Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta:Bumi
Aksara, 1996), 69.
[12]Harianto
GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini,
(Yogyakarta: Andi, 2012) 142.
[13] W. J. S.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986) 237.
[14] Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) 3.
[15] Jamal Ma’mur Asmani, 7
Tips Aplikasi PAKEM, (Jogjakarta:
Diva Press, 2014) 5.
[18]Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) 324.
[19]Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis
PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), 46-47.
[20]Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2014), 60.
[21]Lif Khoiru Ahmadi, PAIKEM GEMBROT, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2011) 30.
[22]Ibid,30.
[23]Ibid 61.
[24]Slameto, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2010) 180.
[25]Sitorus, Bergman, membina Hasrat Belajar di Sekolah. (Bandung:Remadja
Karya,1987)25.
[26] Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar,
( Jakarta: Prenadamedia Group, 2013) 57.
[27] Novelina Laheba, Guruku Sahabatku, (Yogyakarta: Andi,
2007) 5.
0 komentar:
Posting Komentar