Maret 16, 2020
0

www.idntimes.com


Salah satu lembaga Misi yang dikenal dengan nama Compassion hadir di Indonesia pada tahun 1968, dan berkerja sama dengan gereja-gereja lokal melakukan program sponsor biaya studi anak-anak yang tidak mampu, melalui sebuah program yang dikenal sebagai Pusat Pengembangan Anak (PPA).[1]
Salah satu PPA yaitu PPA  IO-0729 Misi Aletheia berdiri pada tahun 2008, terletak di Waru Kabupaten Sidoarjo-Jawa Timur, dengan bermitra bersama Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Misi Aletheia Sidoarjo.[2] PPA IO-0729 Misi Aletheia memiliki Visi dan Misi penjangkauan anak dari berbagai latar belakang yang berbeda di sekitar Waru, dengan tujuan agar anak yang ada di sekitar Waru bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.  PPA IO-0729 Misi Aletheia  mengajarkan anak peserta didik untuk menjadi seorang murid Kristus.
Seorang murid adalah seorang siswa, seorang pelajar atau pengikut. Pemuridan adalah suatu proses ketika seorang mentor atau guru melatih dan membantu seseorang belajar tentang sesuatu dan melakukan sesuatu secara praktis.[3] Paulus sebagai seorang mentor atau guru dalam melakukan proses pemuridan kepada jemaat di Kolose menyampaikan dalam surat yang berbunyi:
Kamu telah menerima Kristus Yesus,Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di bangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kls 2:6-7).

Berdasarkan firman Tuhan di atas PPA IO-0729 Misi Aletheia menjadikan pemuridan menjadi bagian terpenting untuk membentuk perkembangan karakter anak terutama bagi anak SMP, SMA dan sederajat.  Dimana dalam masa peralihan antara permulaan masa anak menuju ke masa dewasa, dan dibagian inilah pentingnya pembinaan dilakukan.  Dikarenakan  di masa ini pembentukan watak, sedang ditempa, karena itu perlu usaha yang ekstra untuk membawa anak kepada pengenalan  akan Kristus.[4]
Anak-anak merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan terpengaruh oleh perilaku dan pergaulan lingkungan sekitar, karena bila manusia melewati masa anak-anak dengan kegagalan, dimungkinkan akan mengalami kegagalan dalam perjalanan hidup pada masa berikutnya.  Sebaliknya bila masa anak-anak diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahap kehidupan berikutnya, dimungkinkan anak-anak akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidup selanjutnya.  Dengan demikian, masa anak-anak sampai masa remaja adalah kunci  untuk menentukan sukses dalam memasuki tahapan-tahapan kehidupan selanjutnya.[5]
Cavan di dalam buku yang berjudul Juvenile Delinquency (kenakalan anak dan remaja) menyebutkan bahwa:
Kenakalananak dan remaja itu disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal.  Penghargaan yang mereka harapkan ialah tugas dan tanggung jawab  seperti orang dewasa. Mereka menuntut satu peranan sebagaimana dilakukan orang dewasa. Tetapi orang dewasa tidak dapat memberikan tanggung jawab dan peranan itu, karena belum ada rasa kepercayaan terhadap mereka.[6]

Menurut Cavan belum adanya kepercayaan dari orang tua kepada anak dan remaja karena anak-anak dianggap belum mempu dibebani dengan tanggung jawab yang besar, seperti orang dewasa.  Masa anak dan masa remaja merupakan masa pembentukan, suatu tahapan-ketahapan kehidupan yang lebih lanjut yang harus dilewati oleh setiap manusia, mengingat hal tersebut, maka pembentukan karakter bagi anak dan remaja sangat penting untuk mempersiapkan anak agar mampu menghadapi masa yang akan datang.[7]
Demikian juga halnya dengan program pemuridan di PPA IO-0729 Misi Aletheia, seorang mentor atau pembina anak memiliki peran penting dalam menolong anak untuk menemukan karakter yang sesuai dengan pemuridan Kristen, yaitu memiliki karakter yang serupa dengan Kristus. Oleh sebab itu, anak-anak  butuh dihargai, diterima, dimengerti, dan diperhatikan, karena dimasa kini ada begitu banyak bahaya yang dapat menggagalkan kehidupan spiritual anak, contohnya pergaulan yang begitu terbuka, jika anak tidak bisa memilah pergaulan yang baik, maka  dimungkinkan akan jatuh ke hal-hal yang tidak diinginkan seperti sex bebas, pornogarfi, narkoba dan lain-lain.
Seringkali orang tua, sekolah dan gereja sulit untuk mengontrol kehidupan anak-anak saat berada di luar lingkungan tersebut.   Saat ini ada banyak anak yang mudah terpengaruh dengan pergaulan negatif yang ada di sekitar lingkungan,  dikarenakan karakteristik anak-anak yang suka mencoba hal-hal baru bisa menjadi pemicu untuk terjerumus ke karakter moralitas yang buruk.
Dalam hal tersebut diatas apabila orang tua, sekolah, dan gereja tidak mengarahkan anak ke arah yang baik dan benar, maka kemungkinan besar ditahun-tahun yang mendatang tidak ada lagi generasi anak yang mempunyai karakter serta spiritual yang baik.  Oleh sebab itu, pentingnya bagi orang tua, sekolah dan gereja  masa kini untuk  memberi ajaran firman Tuhan dan pendidikan karakter  yang tepat kepada anak untuk  membangun  karakter spiritual yang baik, sehingga anak tidak jatuh dalam pergaulan-pergaulan bebas atau yang menjerumuskan kehidupan anak kelak.[8]
Dari sinilah PPA IO-0729 Misi Aletheia mempunyai beban untuk  membantu  anak-anak yang ada di sekitar Waru, melalui  sebuah program pemuridan kristen untuk  menjadikan  anak yang berkarakter baik  dan takut  akan  Tuhan. Para staf dan  mentor mempunyai  peran  yang  sangat  penting  terutama untuk membantu anak  supaya memiliki karakter  yang  serupa  dengan  Yesus  Kristus, dengan cara  mengumpulkan anak-anak dari berbagai latar belakang untuk dibina, diajarkan  dan  dibimbing untuk menjadi seorang  murid Kristus   yang baik  dan yang  mengerti  pentingnya kehidupan masa depan.
Sekarang ini di PPA IO-0729 Misi Aletheia  membina anak-anak berbagai usia, yaitu usia 3-18 tahun berjumlah 190 anak yang terbagi dalam beberapa kelompok usia yaitu:  Anak yang bersusia 3-5 tahun  berjumlah 25 anak,  6-8 tahun berjumlah 42 anak, 9-11 tahun berjumlah 50 anak, 12-14 tahun  berjumlah 39 anak,  15-18 tahun berjumlah 34 anak.  Tetapi  penulis memfokuskan untuk meneliti anak  yang berumur 12-18 tahun, yaitu anak SMP, SMA, dan sedrajat. Di PPA IO-0729 Misi Aletheia  anak diajarkan pemuridan Kristen, bahasa Inggris, pendidikan karakter dan beberapa keterampilan pengembangan bakat, yaitu seperti (gitar, keyboard, drum, pianika) dan futsal, dengan tujuan menunjang intelektual dan bakat pada anak,  selain anak memiliki  spiritual yang baik anak juga  memiliki bakat yang mempuni.[9]   Untuk menunjang hal tersebut  diatas maka  PPA IO-0729 Misi Aletheia  memilih staf  dan mentor  yang  betul-betul  memiliki kedewasan secara  rohani dan  memiliki karakter yang  serupa dengan Kristus, serta memiliki bakat dan ketrampilan yang baik, tujuannya agar  staf dan mentor dapat menjdi teladan  dan panutan bagi anak-anak yang dibina dan di bimbing.   Saat ini PPA IO-0729 Misi Aletheia  memiliki staf 3 orang, dan mentor 8 orang, untuk  membantu membimbing dan mempelengkapi anak agar memiliki kedewasan rohani yang baik dan memiliki kepintaran secara intelktual.  Sehingga ketika anak dewasa  anak sudah memiliki ketrampilan-ketrampilan yang  mumpuni dan memiliki dasar Iman yang kuat kepada Yesus Kristus.
Oleh sebab itu, melalui pernyataan penanggung jawab PPA OI-0729 Misi Aletheia maka penulis sangat berkeinginan untuk menulis sebuah skripsi tentang: “Pengaruh Pemuridan  Kristen Terhadap  Perkembangan Karakter Anak  SMP, SMA Sederajat di Pusat  Pengembangan Anak (PPA) IO-0729 Misi Aletheia Sidoarjo.



[1] Buku panduan kemitraan versi 2.0 2012, Bandung: Compassion Indonesia. Hlm 20-57
[2]Suci agustina,wawancara hari selasa 10-10-2017, jam 01:30, waru kebupaten sidoarjo
[4]Myer Pearlman, Penyelidikan Anak,(Malang: Gandum Mas, 1969), hlm. 82-83.
[5] Myer Pearlman, Penyelidikan Anak, Growing In Discipleship, (Cetakan ke 6, 1994), hlm 5.
[6]Herianto Sande Pailang,https://media.neliti.com/media/publications/102817-ID-membangun-spiritual-remaja-masa-kini-ber.pdf. Di akses jm 11:32/senin 02/10/2017 hlm 60.
[7]Sofyan s. willis, Remaja dan masalahnya (Bandung; Alfabeta,2014), hlm 88

[8]Thomas Lickona, Character Matters,  Jakarta, PT Bumi  Aksara, 2016, cetakan ke 4 hlm  47-74
[9] Agus ,wawancara hari selasa 26-12-2017, jam 4:30, Waru Kebupaten Sidoarjo






Latar Belakang Masalah
          Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting untuk pemerataan dan meningkatkan kualitas pendidikan, dimana melaluinya setiap sekolah dapat menentukan apa yang harus dikerjakan saat proses belajar mengajar berjalan.
Menurut Wina Sanjaya pengertian standar proses pendidikan adalah:                                             
“Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab 1 Ayat 6).Dari pengertian di atas, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi. Pertama,standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan, yang berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu di mana pun lembaga pendidikan itu berada secara nasional. ...Kedua, standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, standar proses pendidikan dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran.”[1]

Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang dapat dianalisa untuk setiap bagian-bagiannya dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan.



1
 

Salah satu bagian yang banyak mempengaruhi proses pendidikan adalah guru hal ini seperti diungkapkan oleh Wina Sanjaya:
... sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengansiswa sebagai subyek dan obyek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya kurang bermakna. Oleh sebab itu untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru.[2]

Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis,  tetapi pekerjaan yang dinamis, yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itulah guru dituntut peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah, perkembangan sosial, budaya, politik, termasuk perkembangan teknologi.[3]
            Merujuk pada hal di atas istilah guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dapat dipahami dalam tiga  pengertian dasar: Pertama guru dalam perspektif Kristen mempunyai arti menyangkut pembahasan umum tentang guru serta seluk beluk keguruan dari sudut pandang iman Kristen.  Kedua guru yang Kristen berkaitan dengan jati diri serta peranan guru sebagai orang Kristen dimana tidak tergantung dalam bidang studi apa ia melayani.  Ketiga guru yang mengajarkan iman Kristen menunjuk pada mereka yang mengajarkan iman Kristen saja.[4]
           
     
Pengertian guru PAK ditegaskan oleh Stephen Tong :
seorang guru PAK adalah seorang yang didalam dirinya sendiri memiliki keyakinan, kepercayaan yang teguh, ibadah yang beres, memiliki sifat moral dan hidup kesucian, kebajikan yang sesuai dengan agamanya, sehingga ia mengerjakan segala sesuatu dengan bertanggung jawab untuk kekekalan. Guru PAK selalu dituntut segala sesuatu yang berkaitan dengan cara hidup, dengan pertanggung jawaban keagamaan dan moral[5]

Hal diatas yang mana ditanggapi Hendro Puspito menyatakan dengan adanya guru-guru PAK yang mengajarkan pemahaman Alkitab secara benar maka masyarakat secara umum akan mengerti dan memahami ajaran dan pendidikan agama tersebut. Secara perlahan PAK akan bertumbuh dalam kehidupan masyarakat sehingga akhirnya dapat menumbuhkan solidaritas dalam kehidupan sosial.[6]
            Luas wilayah kabupaten Sidoarjo 634,38 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 1.929.585 jiwa. Terdiri dari delapan belas kecamatan, tigapuluh satu kelurahan dan tiga ratus duapuluh dua desa.[7] Kabupaten Sidoarjo merupakan sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia.  Kabupaten ini berbatasan dengan kota Surabaya dan kabupaten Gresik di utara, selat Madura di timur, kabupaten Pasuruan di selatan, serta kabupaten Mojokerto di sebelah barat.  Berdasarkan geografinya Sidoarjo berada di dataran rendah. Sidoarjo dikenal dengan sebutan kota delta karena berada diantara dua sungai besar pecahan kali Brantas, yakni kali Mas dan kali Porong.  Beberapa kota kecamatan yang ada di kabupaten Sidoarjo yang cukup besar adalah kecamatan Taman, kecamatan Krian, kecamatan Candi, kecamatan Porong, kecamatan Gedangan, kecamatan Tarik, kecamatan Sidoarjo dan kecamatan Waru.[8]
            Melalui penulisan skripsi  ini peneliti bertujuan ingin  meneliti pengaruh kompetensi  guru PAK GTT yang ada di  kecamatan Sidoarjo. Pada saat sekarang di kecamatan Sidoarjo kehadiran guru PAK  GTT sangat diperlukan khusus untuk mendidik anak-anak yang ada di Sekolah Dasar Negeri. Menurut data dari Dispendik Sidoarjo di kecamatan Sidoarjo ada sekitar tigapuluh tujuh SDN diantaranya adalah SDN Bulusidokare, SDN Pucang , SDN Sidokare , SDN Suko, SDN Bluru Kidul, SDN Banjarbendo, SDN Celep , SDN Cemeng Bakalan I, SDN Gebang , SDN Jati, , SDN Kemiri, SDN Lebo, SDN Lemahputro, SDN Magersari, SDN Pucanganom, SDN Rangkah Kidul, SDN Sarirogo, SDN Sekardangan, SDN Sidoklumpuk, SDN Sumput, SDN Urangagung, SDN Cemengkalang yang ada di kecamatan Sidoarjo.[9]
            Dimana dari data di atas berdasarkan penelitian lapangan secara langsung mulai tanggal 28 Oktober sampai dengan 6 November 2013 ada yang sudah mempunyai guru PAK seperti di SDN Pucang I, Pucang II, Pucang III, Pucang IV, SDN Kemiri, SDN Celep II, SDN Sidokare I, SDN Sidokare II, SDN Sidokare IV, SDN Sidokumpul, SDN Sidoklumpuk, SDN Lebo, SDN Suko II, SDN Jati I, SDN Cemengkalang, SDN Lemahputro I, SDN Lemahputro III, dan SDN Banjarbendo. Tetapi  ada juga  yang belum mempunyai guru PAK seperti SDN Magersari, SDN Pucanganom, SDN Celep I, SDN Suko I, SDN Sidokare III, SDN Gebang, SDN Rangkahkidul,SDN Cemeng, SDN Bluru, SDN Sekardangan, SDN Sumput, SDN Urangagung dan SDN Sarirogo.  Dari data SDN yang ada diatas rata-rata satu, dua bahkan empat sekolah diajar oleh satu guru yang sama mulai dari kelas I sampai kelas VI SD. Sedang jumlah total guru menurut data KKG (Kelompok Kerja Guru) di seluruh kabupaten Sidoarjo ada sekitar empat puluh orang guru PAK yang mengajar di SD di seluruh kabupaten Sidoarjo yang terdaftar di KKG.[10]
            Dari kondisi di atas peneliti ingin memahami hubungan  antara kompetensi guru PAK GTT terhadap pembentukan karakter kristiani anak SDN di Kecamatan Sidoarjo. Melalui penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kompetensi Guru PAK GTT (Guru Tidak Tetap) Terhadap Pembentukan Karakter Kristiani Anak SDN Di Kecamatan Sidoarjo”.



[1] H.Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 4.

[2]Ibid. hlm.13-14.
                [3]Ibid. hlm.17.
[4] B.S Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Sebuah Perspektif Kristiani (Bandung: Kalam Hidup, 1994), hlm. 35.
[5] Mary Setiawani dan Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen (Surabaya: Momentum, 2005), hlm. 42.
[6] Hendro Puspito, Sosiologi Agama ( Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), hlm. 57-66.
[7] http://www.sidoarjokab.go.id
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Sidoarjo
[9] http://www.dispendiksidoarjo.net/
[10] KKG di SDN Pucang I tanggal 5 Oktober 2013

0 komentar: