www.idntimes.com
Salah satu lembaga Misi yang dikenal dengan
nama Compassion hadir di Indonesia pada tahun 1968, dan berkerja sama dengan
gereja-gereja lokal melakukan program sponsor biaya studi anak-anak yang tidak
mampu, melalui sebuah program yang dikenal sebagai Pusat Pengembangan Anak
(PPA).[1]
Salah satu PPA yaitu PPA IO-0729 Misi Aletheia berdiri pada tahun
2008, terletak di Waru Kabupaten Sidoarjo-Jawa Timur, dengan bermitra bersama
Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Misi Aletheia Sidoarjo.[2]
PPA IO-0729 Misi Aletheia memiliki Visi dan Misi penjangkauan anak dari
berbagai latar belakang yang berbeda di sekitar Waru, dengan tujuan agar anak
yang ada di sekitar Waru bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan Yesus
Kristus. PPA IO-0729 Misi Aletheia mengajarkan anak peserta didik untuk menjadi
seorang murid Kristus.
Seorang
murid adalah seorang siswa, seorang pelajar atau pengikut. Pemuridan adalah
suatu proses ketika seorang mentor atau guru melatih dan membantu seseorang
belajar tentang sesuatu dan melakukan sesuatu secara praktis.[3]
Paulus sebagai seorang mentor atau guru dalam melakukan proses pemuridan kepada
jemaat di Kolose menyampaikan dalam surat yang berbunyi:
Kamu telah menerima
Kristus Yesus,Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di bangun di atas Dia, hendaklah kamu
bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu
melimpah dengan syukur (Kls 2:6-7).
Berdasarkan firman Tuhan di atas PPA IO-0729 Misi
Aletheia menjadikan pemuridan menjadi bagian terpenting untuk membentuk
perkembangan karakter anak terutama bagi anak SMP, SMA dan sederajat. Dimana dalam masa peralihan antara permulaan
masa anak menuju ke masa dewasa, dan dibagian inilah pentingnya pembinaan
dilakukan. Dikarenakan di masa ini pembentukan watak, sedang
ditempa, karena itu perlu usaha yang ekstra untuk membawa anak kepada
pengenalan akan Kristus.[4]
Anak-anak merupakan masa yang sangat penting, sangat
kritis dan sangat rentan terpengaruh oleh perilaku dan pergaulan lingkungan
sekitar, karena bila manusia melewati masa anak-anak dengan kegagalan,
dimungkinkan akan mengalami kegagalan dalam perjalanan hidup pada masa
berikutnya. Sebaliknya bila masa
anak-anak diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang produktif dan berhasil
guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahap kehidupan berikutnya,
dimungkinkan anak-anak akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidup
selanjutnya. Dengan demikian, masa
anak-anak sampai masa remaja adalah kunci
untuk menentukan sukses dalam memasuki tahapan-tahapan kehidupan selanjutnya.[5]
Cavan di dalam buku yang berjudul Juvenile Delinquency (kenakalan anak dan
remaja) menyebutkan bahwa:
Kenakalananak dan remaja
itu disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat
tempat mereka tinggal. Penghargaan yang
mereka harapkan ialah tugas dan tanggung jawab
seperti orang dewasa. Mereka menuntut satu peranan sebagaimana dilakukan
orang dewasa. Tetapi orang dewasa tidak dapat memberikan tanggung jawab dan
peranan itu, karena belum ada rasa kepercayaan terhadap mereka.[6]
Menurut Cavan belum adanya kepercayaan dari
orang tua kepada anak dan remaja karena anak-anak dianggap belum mempu dibebani
dengan tanggung jawab yang besar, seperti orang dewasa. Masa anak dan masa remaja merupakan masa
pembentukan, suatu tahapan-ketahapan kehidupan yang lebih lanjut yang harus
dilewati oleh setiap manusia, mengingat hal tersebut, maka pembentukan karakter
bagi anak dan remaja sangat penting untuk mempersiapkan anak agar mampu
menghadapi masa yang akan datang.[7]
Demikian juga halnya dengan program pemuridan
di PPA IO-0729 Misi Aletheia, seorang mentor atau pembina anak memiliki peran
penting dalam menolong anak untuk menemukan karakter yang sesuai dengan
pemuridan Kristen, yaitu memiliki karakter yang serupa dengan Kristus. Oleh
sebab itu, anak-anak butuh dihargai,
diterima, dimengerti, dan diperhatikan, karena dimasa kini ada begitu banyak
bahaya yang dapat menggagalkan kehidupan spiritual anak, contohnya pergaulan
yang begitu terbuka, jika anak tidak bisa memilah pergaulan yang baik, maka dimungkinkan akan jatuh ke hal-hal yang tidak
diinginkan seperti sex bebas, pornogarfi, narkoba dan lain-lain.
Seringkali orang tua, sekolah dan gereja sulit untuk
mengontrol kehidupan anak-anak saat berada di luar lingkungan tersebut. Saat ini ada banyak anak yang mudah
terpengaruh dengan pergaulan negatif yang ada di sekitar lingkungan, dikarenakan karakteristik anak-anak yang suka
mencoba hal-hal baru bisa menjadi pemicu untuk terjerumus ke karakter moralitas
yang buruk.
Dalam hal tersebut diatas apabila orang tua, sekolah, dan
gereja tidak mengarahkan anak ke arah yang baik dan benar, maka kemungkinan
besar ditahun-tahun yang mendatang tidak ada lagi generasi anak yang mempunyai
karakter serta spiritual yang baik. Oleh
sebab itu, pentingnya bagi orang tua, sekolah dan gereja masa kini untuk memberi ajaran firman Tuhan dan pendidikan
karakter yang tepat kepada anak untuk membangun
karakter spiritual yang baik, sehingga anak tidak jatuh dalam
pergaulan-pergaulan bebas atau yang menjerumuskan kehidupan anak kelak.[8]
Dari sinilah PPA IO-0729 Misi Aletheia
mempunyai beban untuk membantu anak-anak yang ada di sekitar Waru,
melalui sebuah program pemuridan kristen
untuk menjadikan anak yang berkarakter baik dan takut
akan Tuhan. Para staf dan mentor mempunyai peran
yang sangat penting
terutama untuk membantu anak
supaya memiliki karakter
yang serupa dengan
Yesus Kristus, dengan cara mengumpulkan anak-anak dari berbagai latar
belakang untuk dibina, diajarkan
dan dibimbing untuk menjadi
seorang murid Kristus yang baik
dan yang mengerti pentingnya kehidupan masa depan.
Sekarang ini di PPA IO-0729 Misi
Aletheia membina anak-anak berbagai
usia, yaitu usia 3-18 tahun berjumlah 190 anak yang terbagi dalam beberapa
kelompok usia yaitu: Anak yang bersusia
3-5 tahun berjumlah 25 anak, 6-8 tahun berjumlah 42 anak, 9-11 tahun
berjumlah 50 anak, 12-14 tahun berjumlah
39 anak, 15-18 tahun berjumlah 34
anak. Tetapi penulis memfokuskan untuk meneliti anak yang berumur 12-18 tahun, yaitu anak SMP,
SMA, dan sedrajat. Di PPA IO-0729 Misi Aletheia
anak diajarkan pemuridan Kristen, bahasa Inggris, pendidikan karakter
dan beberapa keterampilan pengembangan bakat, yaitu seperti (gitar, keyboard,
drum, pianika) dan futsal, dengan tujuan menunjang intelektual dan bakat pada
anak, selain anak memiliki spiritual yang baik anak juga memiliki bakat yang mempuni.[9] Untuk menunjang hal tersebut diatas maka
PPA IO-0729 Misi Aletheia memilih
staf dan mentor yang
betul-betul memiliki kedewasan
secara rohani dan memiliki karakter yang serupa dengan Kristus, serta memiliki bakat
dan ketrampilan yang baik, tujuannya agar
staf dan mentor dapat menjdi teladan
dan panutan bagi anak-anak yang dibina dan di bimbing. Saat ini PPA IO-0729 Misi Aletheia memiliki staf 3 orang, dan mentor 8 orang,
untuk membantu membimbing dan
mempelengkapi anak agar memiliki kedewasan rohani yang baik dan memiliki
kepintaran secara intelktual. Sehingga
ketika anak dewasa anak sudah memiliki
ketrampilan-ketrampilan yang mumpuni dan
memiliki dasar Iman yang kuat kepada Yesus Kristus.
Oleh sebab itu, melalui pernyataan penanggung
jawab PPA OI-0729 Misi Aletheia maka penulis sangat berkeinginan untuk menulis
sebuah skripsi tentang: “Pengaruh Pemuridan
Kristen Terhadap Perkembangan
Karakter Anak SMP, SMA Sederajat di
Pusat Pengembangan Anak (PPA) IO-0729
Misi Aletheia Sidoarjo.
[1] Buku panduan kemitraan versi 2.0
2012, Bandung: Compassion Indonesia. Hlm 20-57
[2]Suci agustina,wawancara hari
selasa 10-10-2017, jam 01:30, waru kebupaten sidoarjo
[3]ftp://bitimage.dyndns.org/indonesian/WilliamMacDonald/Indonesian
IkutilahYesusBagian_1_2012.pdf
, akses jm 10:30/jumat 20-10-2017, hlm 7
[4]Myer Pearlman, Penyelidikan Anak,(Malang: Gandum Mas,
1969), hlm. 82-83.
[5] Myer Pearlman, Penyelidikan
Anak, Growing In Discipleship, (Cetakan ke 6, 1994), hlm 5.
[6]Herianto Sande Pailang,https://media.neliti.com/media/publications/102817-ID-membangun-spiritual-remaja-masa-kini-ber.pdf. Di akses jm 11:32/senin
02/10/2017 hlm 60.
[7]Sofyan s. willis, Remaja dan masalahnya (Bandung;
Alfabeta,2014), hlm 88
[8]Thomas Lickona, Character
Matters, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016, cetakan ke 4 hlm 47-74
[9] Agus ,wawancara hari selasa
26-12-2017, jam 4:30, Waru Kebupaten Sidoarjo
Latar Belakang Masalah
Penetapan standar proses pendidikan
merupakan kebijakan yang sangat penting untuk pemerataan dan meningkatkan
kualitas pendidikan, dimana melaluinya setiap sekolah dapat menentukan apa yang
harus dikerjakan saat proses belajar mengajar berjalan.
Menurut Wina Sanjaya
pengertian standar proses pendidikan adalah:
“Standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab 1 Ayat
6).Dari pengertian di atas, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi.
Pertama,standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan, yang
berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap lembaga
pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu di mana pun lembaga
pendidikan itu berada secara nasional. ...Kedua, standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran,
yang berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, standar proses
pendidikan dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan
pembelajaran.”[1]
Proses belajar
mengajar merupakan suatu sistem yang dapat dianalisa untuk setiap
bagian-bagiannya dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan.
|
1
|
Salah satu bagian yang banyak mempengaruhi
proses pendidikan adalah guru hal ini seperti diungkapkan oleh Wina Sanjaya:
...
sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengansiswa sebagai
subyek dan obyek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan,
bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan
kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya kurang bermakna.
Oleh sebab itu untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai
dengan menganalisis komponen guru.[2]
Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang
statis, tetapi pekerjaan yang dinamis,
yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan denganperkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itulah guru dituntut peka terhadap
dinamika perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang selamanya
berubah, perkembangan sosial, budaya, politik, termasuk perkembangan teknologi.[3]
Merujuk pada hal di atas istilah
guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dapat dipahami dalam tiga pengertian dasar: Pertama guru dalam
perspektif Kristen mempunyai arti menyangkut pembahasan umum tentang guru serta
seluk beluk keguruan dari sudut pandang iman Kristen. Kedua guru yang Kristen berkaitan dengan jati
diri serta peranan guru sebagai orang Kristen dimana tidak tergantung dalam
bidang studi apa ia melayani. Ketiga
guru yang mengajarkan iman Kristen menunjuk pada mereka yang mengajarkan iman
Kristen saja.[4]
Pengertian guru PAK ditegaskan oleh
Stephen Tong :
seorang guru PAK
adalah seorang yang didalam dirinya sendiri memiliki keyakinan, kepercayaan
yang teguh, ibadah yang beres, memiliki sifat moral dan hidup kesucian,
kebajikan yang sesuai dengan agamanya, sehingga ia mengerjakan segala sesuatu
dengan bertanggung jawab untuk kekekalan. Guru PAK selalu dituntut segala
sesuatu yang berkaitan dengan cara hidup, dengan pertanggung jawaban keagamaan
dan moral[5]
Hal diatas yang mana ditanggapi Hendro
Puspito menyatakan dengan adanya guru-guru PAK yang mengajarkan pemahaman
Alkitab secara benar maka masyarakat secara umum akan mengerti dan memahami
ajaran dan pendidikan agama tersebut. Secara perlahan PAK akan bertumbuh dalam
kehidupan masyarakat sehingga akhirnya dapat menumbuhkan solidaritas dalam
kehidupan sosial.[6]
Luas wilayah kabupaten Sidoarjo 634,38 km2 dengan jumlah penduduk
sekitar 1.929.585 jiwa. Terdiri dari delapan belas kecamatan, tigapuluh satu
kelurahan dan tiga ratus duapuluh dua desa.[7] Kabupaten Sidoarjo
merupakan sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan kota Surabaya
dan kabupaten Gresik di utara, selat Madura di timur, kabupaten Pasuruan di
selatan, serta kabupaten Mojokerto di sebelah barat. Berdasarkan geografinya Sidoarjo berada di
dataran rendah. Sidoarjo dikenal dengan sebutan kota delta karena berada
diantara dua sungai besar pecahan kali Brantas, yakni kali Mas dan kali Porong. Beberapa kota kecamatan yang ada di kabupaten
Sidoarjo yang cukup besar adalah kecamatan Taman, kecamatan Krian, kecamatan
Candi, kecamatan Porong, kecamatan Gedangan, kecamatan Tarik, kecamatan
Sidoarjo dan kecamatan Waru.[8]
Melalui penulisan skripsi ini peneliti bertujuan ingin meneliti pengaruh kompetensi guru PAK GTT yang ada di kecamatan Sidoarjo. Pada saat sekarang di
kecamatan Sidoarjo kehadiran guru PAK
GTT sangat diperlukan khusus untuk mendidik anak-anak yang ada di
Sekolah Dasar Negeri. Menurut data dari Dispendik Sidoarjo di kecamatan
Sidoarjo ada sekitar tigapuluh tujuh SDN diantaranya adalah SDN Bulusidokare,
SDN Pucang , SDN Sidokare , SDN Suko, SDN Bluru Kidul, SDN Banjarbendo, SDN
Celep , SDN Cemeng Bakalan I, SDN Gebang , SDN Jati, , SDN Kemiri, SDN Lebo,
SDN Lemahputro, SDN Magersari, SDN Pucanganom, SDN Rangkah Kidul, SDN Sarirogo,
SDN Sekardangan, SDN Sidoklumpuk, SDN Sumput, SDN Urangagung, SDN Cemengkalang yang
ada di kecamatan Sidoarjo.[9]
Dimana dari data di atas berdasarkan penelitian lapangan
secara langsung mulai tanggal 28 Oktober sampai dengan 6 November 2013 ada yang
sudah mempunyai guru PAK seperti di SDN Pucang I, Pucang II, Pucang III, Pucang
IV, SDN Kemiri, SDN Celep II, SDN Sidokare I, SDN Sidokare II, SDN Sidokare IV,
SDN Sidokumpul, SDN Sidoklumpuk, SDN Lebo, SDN Suko II, SDN Jati I, SDN
Cemengkalang, SDN Lemahputro I, SDN Lemahputro III, dan SDN Banjarbendo. Tetapi
ada juga yang belum mempunyai guru PAK seperti SDN
Magersari, SDN Pucanganom, SDN Celep I, SDN Suko I, SDN Sidokare III, SDN
Gebang, SDN Rangkahkidul,SDN Cemeng, SDN Bluru, SDN Sekardangan, SDN Sumput,
SDN Urangagung dan SDN Sarirogo. Dari
data SDN yang ada diatas rata-rata satu, dua bahkan empat sekolah diajar oleh
satu guru yang sama mulai dari kelas I sampai kelas VI SD. Sedang jumlah total
guru menurut data KKG (Kelompok Kerja Guru) di seluruh kabupaten Sidoarjo ada
sekitar empat puluh orang guru PAK yang mengajar di SD di seluruh kabupaten
Sidoarjo yang terdaftar di KKG.[10]
Dari kondisi di atas peneliti ingin memahami hubungan antara kompetensi guru PAK GTT terhadap pembentukan
karakter kristiani anak SDN di Kecamatan Sidoarjo. Melalui penulisan skripsi
dengan judul “Pengaruh Kompetensi Guru PAK GTT (Guru Tidak Tetap) Terhadap
Pembentukan Karakter Kristiani Anak SDN Di Kecamatan Sidoarjo”.
[1] H.Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 4.
[2]Ibid. hlm.13-14.
[4] B.S Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Sebuah Perspektif
Kristiani (Bandung: Kalam Hidup, 1994), hlm. 35.
[5] Mary Setiawani dan Stephen Tong,
Seni Membentuk Karakter Kristen
(Surabaya: Momentum, 2005), hlm. 42.
[6] Hendro Puspito, Sosiologi Agama ( Yogyakarta: BPK Gunung
Mulia, 1990), hlm. 57-66.
[7] http://www.sidoarjokab.go.id
[8]
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Sidoarjo
[9]
http://www.dispendiksidoarjo.net/
[10] KKG di SDN Pucang I tanggal 5
Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar