Maret 06, 2020
0
www.idntimes.com


CONTOH PROPOSAL
Oleh Yokbet Mbeo



BAB I
PENDAHULUAN

            Pada bab ini akan menjelaskan secara sistematis: Latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, signifikansi teoritis, signifikansi praktis, metodologi penilitian, metode penulisan, metode pengumpulan data, definisi istilah dan sistematika penulisan.

              Latar Belakang Penulisan

1
Pada umumnya keluarga memang besar nilainya bagi kehidupan  manusia. Ilmu sosiologi sangat menjunjung tinggi keluarga sebagai satuan pokok bagi seluruh masyarakat.  Keluarga adalah bagian terkecil dari sekelompok masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang saling terikat oleh ikatan darah dan sosial yang paling rapat dan merupakan wadah atau tempat yang sangat baik untuk memulai pendidikan. Dalam sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak dan inilah kelurga inti.  Pendidikan yang awal dimulai dari keluarga[1]. 
Kebanyakan orang dewasa atau orang tua beranggapan bahwa orang tua ada sangkut pautnya dengan pendidikan anak-anak.  Pendidikan pada mula-mula menentukan watak anak dikemudian hari, namun orang tua cenderung untuk membebankan tanggung jawab itu kepada orang lain, atau laki-laki mengatakan itu adalah tugas wanita serta orang tua mengatakan bahwa itu adalah tugas guru.  Seorang anak membutuhkan perasaan aman pada waktu belajar dan hal itu hanya didapat dalam rumah melalui orang tua[2].  Orang tua sangat berperan penting sekali untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak yang berhasil dalam kehidupan mereka dimasa depan.  Jika orang tua gagal dalam mendidik anak pada waktu kecil maka hasil itu akan terlihat pada waktu anak mulai berusia dewasa sehingga orang tua sangat sekali perlu untuk mendidik anak dengan baik dan benar pada saat mereka dalam usia emas.
Keluarga Kristen adalah keluarga pemberian Tuhan yang tidak ternilai harganya.  Keluarga kristen yang memegang peranan penting dalam mengajari anak serta mengenalkan anak pada Tuhan Yesus Kristus agar anak hidup memiliki karakter Kristus dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain dan juga sangat penting sebagai jalan yang dipakai gereja untuk pendidikan Agama Kristen sendiri[3].
  
Keluarga adalah tempat yang baik untuk mendidik anak-anak maka dalam pendidikan kristen pun keluarga sangat berperan penting untuk mendidik anak-anak kristen dan mengenalkan anak pada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Dalam mendidik anak-anak maka orang tua perlu memiliki dasar pendidikan untuk mengajari anak.  Dasar dari pendidikan agama kristen adalah berdasarkan prinsip pengajaran Alkitab.
Orang Kristen mempercayai bahwa pendidikan anak merupakan peran dan tanggung jawab orang tua.  Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya menurut pengajaran Alkitab, agar setiap anak dapat hidup sesuai dengan rencana Tuhan.  Bersandar pada anugerah Tuhan, orang tua mendidik anak-anaknya sejak kecil dengan pola pengajaran Alkitabiah sehingga anak memiliki karakter Kristus.  Karena dalam realita, proses pendidikan anak dalam keluarga dilakukan secara mandiri oleh orang tua, tidak terkait dengan kurikulum pendidikan anak yang dilakukan oleh gereja, dan juga tidak terintegrasi dengan pendidikan anak yang dilakukan oleh sekolah.
Dalam pengamatan penulis dimana tempat mengajar penulis melihat bahwa ada perbedaan antara anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama.  Ada beberapa kesulitan yang dapat dilihat bahwa dari anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama, pertumbuhan kerohanian agak lambat.  Kesulitan yang dialami adalah, tidak bisa berdoa, tidak seberapa tahu dengan puji-pujian Kristen, tidak bisa membuka Alkitab dengan baik, dan juga apabila dalam ibadah persekutuan doa tidak bisa mengambil bagian dalam pelayanan dengan alasan karena tidak pernah ada ibadah dalam keluarga bahkan ibadah digereja pun jarang[4].  Ada pula yang mengatakan jika di rumah susah untuk membaca Alkitab karena ada oknum keluarga yang tidak memperbolehkan untuk membaca Alkitab. Yang lain lagi mengatakan tidak ada yang mengajarkan tentang siapa Tuhan Yesus dan bagi anak tersebut tidak ada perbedaan antara keKristenan dengan agama lainnya.
Sering kali anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama protes dengan pelajaran disekolah ketika guru menyampaikan tentang siapa itu Tuhan Yesus.  Bila pengajar mengatakan bahwa keselamatan hanya ada dalam diri Tuhan Yesus dan berbuat baik tidak dapat menyelamatkan maka tidak jarang anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama protes atau tidak menerima hal tersebut dengan argumen mereka tentang apa yang sudah diajarkan oleh pihak orang tua yang bukan beragama Kristen.  Dalam argumentasi itu menyatakan bahwa dalam keluarga tidak pernah diajarkan tentang hal-hal yang bersifat keKristenan.
Pada saat anak-anak yang berasal dari orang tua yang berbeda agama mendengar tentang pengajaran siapa Yesus Kristus atau bagaimana cara masuk surga maka anak-anak tersebut tidak dapat menerima hal tersebut dengan baik.  Anak-anak yang berasal dari kelurga berbeda agama akan menyatakan bahwa pengajar salah mengajari karena berbuat baik pun dapat menyelamatkan.  Ajaran inilah yang diajarkan oleh orang tua.  Apabila ditanya yang mengajarkan hal itu adalah dari pihak mana maka akan dijawab dari pihak yang tidak beragama Kristen bahkan orang tua yang beragama Kristen juga mengajarkan ajaran yang sama.  Melihat dari kenyataan ini ada juga anak-anak dari kelurga yang berbeda agama yang tidak memiliki pengertian yang salah tentang bagaimana dapat masuk surga.  Semua kegiatan Kristen dapat dilakukan dengan cara yang gampang dan bebas tetapi tidak ada pengawasan secara khusus dari orang tua yang beragama lain.
Ada satu keluhan seorang mantan murid dari penulis mengatakan bahwa ibu mengajak untuk mengikuti agama Islam karena ayah tidak peduli dan juga tidak pernah beribadah.  Lalu untuk apa harus terus bertahan dengan agama Kristen.  Tanggapan dari anak tersebut bahwa jika dipikir dan ditelaah maka memang kenyataannya seperti itu[5].  Dan untuk apa harus bertahan sedangkan yang menjadi kepala atau panutan anak tersebut tidak mampu memberikan teladan bagi anaknya sendiri.
Banyak keluhan yang bervariasi dari anak-anak dalam keluarga berbeda Agama.  Sehingga melihat dari uraian diatas maka pola pendidikan Kristen dari orang tua kepada anak-anak sangat penting.   Namun pada kenyataannya masih ada beberapa keluarga yang tidak seiman atau berbeda agama.  Dalam keluarga yang berbeda agama juga perlu mendidik anak-anak untuk masa depan anak yang baik.  Jika dalam keluarga Kristen yang menjadi dasar pengajaran adalah menurut pengajaran Alkitab maka tentu dalam keluarga yang berbeda agama pun perlu adanya dasar pengajaran yang benar.  Pola pendidikan yang diajarkan dalam keluarga yang berbeda agama tentu berbeda dengan pola pendidikan keluarga Kristen.  Dari perbedaan pendidikan keluarga yang berbeda agama maka hal itu terlihat pada kehidupan anak-anak disekolah khususnya anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN sekelurahan Kendangasari di Surabaya.
Dari pokok permasalahan yang terjadi dalam kehidupan anak-anak dalam keluarga berbeda agama seperti telah dijelaskan diatas maka guru agama Kristen pun memiliki peranan yang sangat penting untuk melihat kesulitan yang sedang dihadapi oleh siswa.  Tugas guru PAK dalam mengajar sangat penting dan dapat dilihat dalam pelayanan Tuhan Yesus.  Seorang pengajar harus memiliki tujuan yang jelas dalam mengajar.  Seperti yang dikatakan oleh Dr E. G. Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Kristen tentang tanggung jawab dan syarat-syarat menjadi guru adalah:
Guru adalah penafsir Kristen.  Dialah yang menguaraikan dan menerangkan kepercayaan Kristen itu, karena ia harus menyampaikan harta-harta masa lampau kepada para pemuda yang akan menempuh masa depan.  Guru juga menjadi seorang gembala bagi murid-muridnya.  Ia bertanggung jawab atas hidup rohani mereka, ia wajib memajukan dan membina hidup rohani itu.  Guru menjadi seorang pedoman atau pemimpin.  Ia tidak boleh menuntun muridnya masuk kedalam kepercayaan Kristen dengan paksaan, melainkan ia harus membimbing mereka dengan halus dan lemah lembut kepada Juruselamat dunia.  Guru adalah seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap orang pelajarnya kepada Tuhan Yesus Kristus.  Syarat seorang guru agama Kristen adalah mempunyai pengalaman rohani, mempunyai hasrat sejati untuk menyampaikan injil, mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi iman Kristen, mengetahui bagaimana iman bertumbuh dan berkembang dalam hidup orang percaya, menunjukan kesetiaan kepada gereja dan mempunyai pribadi yang jujur serta tinggi mutunya[6].

Tugas seorang guru sangat penting bagi siswa-siswi yang diajari di sekolah.  Guru adalah orang tua siswa-siswi di sekolah.  Guru PAK memiliki peranan yang sangat penting dalam membimbing pertumbuhan kerohanian siswa-siswi yang ada di sekolah untuk mengenalkan anak-anak kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Alkitab mengajarkan bahwa pelayanan spiritual bagi anak sangatlah penting.  Seperti yang dituliskan dalam Ulangan 6:4-9 yang berbunyi “ Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa…”.  Tidak hanya diperintahkan kepada orang tua namun sebagai guru PAK yang adalah orang siswa-siswi di sekolah pun perlu untuk mengetahui pesan ini dan mengajarkan kepada anak didik.
Guru PAK harus pandai mengenal siswa dari latar belakang orang tua, ekonomi dan lain-lain. Apabila guru PAK menemukan siswa yang memiliki orang tua berbeda agama seperti yang disaksikan oleh seorang murid penulis dari orang tua beda agama, bahwa menjadi suatu pertanyaan bagi dirinya, mengapa orang tuanya berbeda agama? Pertanyaan itu terus ada dalam hatinya sampai dia menduduki di bangku kelas lima SD.  Namun pertanyaan itu tidak terjawab karena kedua orang tuanya pun tidak menjelaskan dengan terperinci kepada anak tersebut.  Dalam wawancara penulis dengan Angela juga menemukan beberapa kendala dalam kehidupan Angela.  Menurut Angela pendidikan di rumah itu terkadang ayah mengajari tentang prinsip-prinsip Alkitab dan ibu mengajari tentang prinsip-prinsip Al-quran bagaimana jalan menuju keselamatan yang sesungguhnya[7]. Angela merasa tidak mengerti dengan kebenaran sesungguhnya tentang keselamatan jiwanya.
            Dari pernyataan anak tersebut maka penulis sangat berkeinginan untuk menulis sebuah skiripsi tentang: Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Bagi Pertumbuhan Kerohanian Peserta Didik Kristen Berlatar Belakang Orang Tua Yang Berbeda Agama Tingkat Sekolah Dasar Negeri Sekelurahan Kendangsari Di Surabaya.

Identifikasi Masalah
Terkait pada topik penelitian dan latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang dianggap sangat penting oleh penulis yakni:
1.      Guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya. Bagaimana cara seorang guru PAK mengenali siswa-siswinya dengan baik?
2.      Orang tua yang beragama Kristen (ayah atau ibu) dalam keluarga yang berbeda agama merupakan teladan bagi anak Kristen dalam sebuah keluarga.  Jika yang menjadi teladan sendiri tidak memberi teladan yang baik, bagaimana anak dapat mencontoh dan belajar tentang prinsip keKristenan yang baik dalam keluarga.
3.      Siswa adalah anak guru di sekolah. Apakah yang menjadi tanggung jawab guru PAK sebagai orang tua di sekolah?
4.      Di rumah tidak ada kebebasan untuk membaca Alkitab karena ada oknum keluarga yang tidak percaya diri dengan agamanya sendiri.  Bagaimana cara orang tua yang beragama Kristen memberikan teladan dalam membaca Alkitab? 
5.      Ayah sebagai kepala rumah tangga dan percaya Tuhan Yesus Kristus tetapi sangat sibuk dengan pekerjaan.  Bagaimana tanggung jawab seorang ayah yang percaya mengajarkan tentang Tuhan Yesus terhadap anak-anaknya?
6.      Orang tua Kristen memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mengenalkan anak pada Tuhan Yesus sedangkan orang tua berbeda agama.  Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru PAK sebagai orang tua siswa di sekolah untuk mengenalkan pada Tuhan Yesus?
7.      Jika pendidikan Kristen dalam keluarga Kristen berdasarkan Alkitab maka, apa yang menjadi dasar pendidikan dalam keluarga yang berbeda agama?
8.      Orang tua sangat berpengaruh untuk memberi teladan sebagai seorang murid Tuhan Yesus.  Bagaimana cara orang tua memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya sebagai orang yang percaya pada Tuhan Yesus?
9.      Jika ada perbedaan pendidikan khususnya dalam pendidikan agama Kristen dalam keluarga. Bagaimana peran guru PAK untuk mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak Kristen di sekolah dan dirumah?
10.  Apabila di sekolah anak tidak bisa berdoa dengan alasan tidak pernah ada yang mengajari berdoa.  Bagaimana cara guru PAK mengambil bagian dalam mengajari anak untuk dapat berdoa?

Pembatasan Masalah
            Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah pada skripsi yang berjudul ”Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Bagi Pertumbuhan Kerohanian Peserta Didik Kristen Berlatar Belakang Orang Tua Yang Berbeda Agama Tingkat Sekolah Dasar Negeri Sekelurahan Kendangsari Di Surabaya” maka penulis membatasi masalah pada nomor pertama, keenam, dan kesembilan sebagai berikut:
1.      Pada identifikasi masalah nomor satu: Guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya. Bagaimana cara seorang guru PAK mengenali siswa-siswinya dengan baik?
2.      Pada identifikasi masalah nomor enam: Orang tua Kristen memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mengenalkan anak pada Tuhan Yesus sedangkan orang tua berbeda agama.  Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru PAK sebagai orang tua siswa di sekolah untuk mengenalkan pada Tuhan Yesus?
3.      Pada identifikasi masalah nomor sembilan: Jika ada perbedaan pendidikan khususnya dalam pendidikan agama Kristen dalam keluarga. Bagaimana peran guru PAK untuk mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak Kristen di sekolah dan dirumah?

Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa pokok masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara seorang guru PAK mengenali siswa-siswinya dengan baik?
2.      Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru PAK sebagai orang tua siswa di sekolah untuk mengenalkan pada Tuhan Yesus?
3.      Bagaimana peran guru PAK untuk mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak Kristen di sekolah dan dirumah?

Tujuan Penulisan
            Dengan mengacu pada pokok judul penulisan skripsi dan merujuk pada perumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimana cara guru PAK mengenali siswa-siswinya.
2.      Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab guru PAK yang sesungguhnya dalam mengenalkan anak pada Tuhan Yesus.
3.      Untuk mengetahui peranan guru PAK sebagai pengajar dalam mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak di sekolah.
                               
Signifikasi Penelitian
            Dalam bagian ini akan dijelaskan dua hal yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.

Kepentingan Teoritis
            Untuk memberi kontribusi kepada:
1.      Guru PAK dalam mengenali siswa-siswi di tempat mengajar dengan baik.
2.      Semua mahasiswa dan mahasiswi jurusan PAK agar mengetahui tugas dan tanggung jawab sabagai guru.

Kepentingan Praktis
1.      Bagi penulis sendiri supaya penulis pun mampu melihat masalah ini dan berguna bagi kehidupan penulis dimasa depan dan pelayanan penulis sendiri.
2.      Bagi para pembaca yang mengajarkan PAK di SDN sekelurahan Kendangsari untuk mengetahui dan mengingat tugasnya sebagai pendidik Kristen
3.      Dapat menjadi masukan bagi guru PAK dalam memperhatikan dan mempedulikan anak-anak yang berasal dari keluarga beda agama.
           
Metodologi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua pokok pembahasan, diantaranya:

Metode  Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif yakni metode yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam suatu peristiwa tertentu[8].  Tujuan untuk memaparkan apa yang benar-benar terjadi dalam kehidupan keluarga yang berbeda agama dengan pola pendidikan terhadap anak-anak.  Penulisan berbentuk tinjauan, analisa dan penilaian.

Metode Pengumpulan Data
            Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis berupa riset lapangan, Pengumpulan data dapat diperoleh dari buku-buku, wawancara terhadap anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama, adapun tujuan wawancara untuk meminta penjelasan tentang pendidikan dalam keluarga dan kutipan langsung dari buku.

Definisi Istilah
Judul dari skripsi ini adalah “Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Bagi Pertumbuhan Kerohanian Peserta Didik Kristen Berlatar Belakang Orang Tua Yang Berbeda Agama Tingkat Sekolah Dasar Negeri Sekelurahan Kendangsari Di Surabaya” untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan istilah kata-kata yang dipergunakan, berikut uraian batasan-batasan pengertian dan lingkup cakup permasalahannya adalah:
1.      Guru adalah jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya.  Guru terpanggil untuk mendorong peserta didik menimba pengetahuan, pemahaman, atau bahkan member kontribusi bagi dunianya[9].
2.      Pendidikan adalah upaya sadar, dan bersengaja untuk memperlengkapi seseorang, atau sekelompok orang, guna membimbingnya keluar dari satu tahapan (keadaan) hidup ke suatu tahapan hidup lainnya yang lebih baik[10].
3.      Pendidikan Agama Kristen adalah penyampaian kebenaran yang dinyatakan Tuhan dalam Alkitab[11].  Pendidikan agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pada pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid[12].  
4.      Pertumbuhan rohani adalah proses seseorang semakin serupa dengan Kristus.  Gagasan tentang suatu awal perkembangan yang berbeda dengan bidang-bidang perkembangan lain[13].

Sistematika Penulisan
            Skripsi ini secara sistematis disusun sebagai berikut:
            Dalam bab pertama, telah dijabarkan mengenai pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan teoritis, kepentingan praktis, defenisi istilah,  metode penulisan dan sistematika penulisan.
            Pada bab kedua, kajian teori, kerangka berpikir dan hipotesis.
Pada bab ketiga, metode penelitian menyajikan metode penilitian tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sample penelitian, metode pengumpulan data.
Pada bab keempat, menjelaskan hasil dari penelitian akan peranan guru PAK dalam mengembang pertumbuhan kerohanian anak.
            Pada bab kelima, kesimpulan dan saran bagian ini akan dijelaskan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan.



[1] Dr. E. G. Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta. BPK Gunung Mulia, 2012), 144.

[2] Annie Poonen dan Margaret Ringrose, Merawat Bayi dan Mendidik Anak (Bandung: Kalam Hidup, 1973), 39-40.
[3] Ibid, 128.

                [4] Pengamatan penulis di persekutuan doa SDN Kendangsari , mulai oktober, 2014.
[5] Deva Amelia, “yang menjadi teladan di rumah,” Wawancara Oleh Yokbet Oktofiana Mbeo, Surabaya, Indonesia, 5 Oktober 2015.

                [6]  Ibid, 182-184.
[7]Angela Febriana Susilo, “Pola Pendidikan di Rumah,” Wawancara Oleh Yokbet Oktofiana Mbeo, Surabaya, Indonesia, 5 Oktober 2015.
                [8]  Husaini Usman dan Pronomo Setiadi Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81.
                [9] B. Samuel Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Sebuah Prepektif Kristiani (Bandung, Yayasan Kalam Hidup 1994), 29.
[10] B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta. Yayasan ANDI, 1994), 15          
[11] Ibid. 36.                          
                [12] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 4.
[13] Paul D. Meier, M. D et al., Pengantar Psikoligi dan Konseling Kristen (Yogyakarta,  (PBMR) ANDI, 1991), 109.

0 komentar: