www.idntimes.com
CONTOH PROPOSAL
Oleh Yokbet Mbeo
BAB
I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan secara
sistematis: Latar belakang penulisan,
identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan,
signifikansi teoritis, signifikansi praktis, metodologi penilitian, metode penulisan, metode
pengumpulan data, definisi istilah dan sistematika penulisan.
Latar Belakang Penulisan
1
|
Kebanyakan
orang dewasa atau orang tua beranggapan bahwa orang tua ada sangkut pautnya
dengan pendidikan anak-anak. Pendidikan pada
mula-mula menentukan watak anak dikemudian hari, namun orang tua cenderung
untuk membebankan tanggung jawab itu kepada orang lain, atau laki-laki
mengatakan itu adalah tugas wanita serta orang tua mengatakan bahwa itu adalah
tugas guru. Seorang anak membutuhkan perasaan aman pada
waktu belajar dan hal itu hanya didapat dalam rumah melalui orang tua[2]. Orang
tua sangat berperan penting sekali untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak
yang berhasil dalam kehidupan mereka dimasa depan. Jika
orang tua gagal dalam mendidik anak pada waktu kecil maka hasil itu akan
terlihat pada waktu anak mulai berusia dewasa sehingga orang tua sangat sekali
perlu untuk mendidik anak dengan baik dan benar pada saat mereka dalam usia
emas.
Keluarga Kristen adalah keluarga pemberian Tuhan
yang tidak ternilai harganya. Keluarga kristen
yang memegang peranan penting dalam mengajari anak serta mengenalkan anak pada
Tuhan Yesus Kristus agar anak hidup memiliki karakter Kristus dan menjadi
teladan yang baik bagi orang lain dan juga sangat penting sebagai jalan yang
dipakai gereja untuk pendidikan Agama Kristen sendiri[3].
Keluarga
adalah tempat yang baik untuk mendidik anak-anak maka dalam pendidikan kristen
pun keluarga sangat berperan penting untuk mendidik anak-anak kristen dan mengenalkan anak pada
Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Dalam mendidik anak-anak maka orang tua perlu
memiliki dasar pendidikan untuk mengajari
anak. Dasar dari pendidikan
agama kristen adalah berdasarkan prinsip pengajaran Alkitab.
Orang Kristen mempercayai bahwa pendidikan anak merupakan peran dan
tanggung jawab orang tua. Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik
anak-anaknya menurut pengajaran Alkitab, agar setiap anak dapat hidup sesuai
dengan rencana Tuhan. Bersandar pada
anugerah Tuhan, orang tua mendidik anak-anaknya sejak kecil dengan pola pengajaran
Alkitabiah
sehingga anak memiliki karakter Kristus. Karena dalam realita, proses pendidikan anak dalam
keluarga dilakukan secara mandiri oleh orang tua, tidak terkait dengan
kurikulum pendidikan anak yang dilakukan oleh gereja, dan juga tidak
terintegrasi dengan pendidikan anak yang dilakukan oleh sekolah.
Dalam pengamatan
penulis dimana tempat mengajar penulis melihat bahwa ada perbedaan antara
anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama. Ada
beberapa kesulitan yang dapat dilihat bahwa dari anak-anak yang berasal dari
keluarga yang berbeda agama, pertumbuhan kerohanian agak lambat. Kesulitan yang
dialami adalah, tidak bisa berdoa, tidak seberapa tahu dengan puji-pujian
Kristen, tidak bisa membuka Alkitab dengan baik,
dan juga apabila dalam ibadah persekutuan doa tidak bisa mengambil
bagian dalam pelayanan dengan alasan karena tidak pernah ada ibadah dalam
keluarga bahkan ibadah digereja pun jarang[4]. Ada
pula yang mengatakan jika di rumah susah untuk membaca Alkitab karena ada oknum
keluarga yang tidak memperbolehkan untuk membaca Alkitab. Yang lain lagi
mengatakan tidak ada yang mengajarkan tentang siapa Tuhan Yesus dan bagi anak
tersebut tidak ada perbedaan antara keKristenan
dengan agama lainnya.
Sering kali anak-anak
yang berasal dari keluarga yang berbeda agama protes dengan pelajaran disekolah
ketika guru menyampaikan tentang siapa itu Tuhan Yesus. Bila
pengajar mengatakan bahwa keselamatan hanya ada dalam diri Tuhan Yesus dan
berbuat baik tidak dapat
menyelamatkan maka tidak jarang
anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama protes atau tidak
menerima hal tersebut dengan argumen mereka tentang apa yang sudah diajarkan
oleh pihak orang tua yang bukan beragama Kristen. Dalam
argumentasi itu menyatakan bahwa dalam keluarga tidak pernah diajarkan tentang
hal-hal yang bersifat keKristenan.
Pada saat anak-anak
yang berasal dari orang tua yang berbeda agama mendengar tentang pengajaran
siapa Yesus Kristus atau bagaimana cara masuk surga maka anak-anak tersebut
tidak dapat menerima hal tersebut dengan baik. Anak-anak
yang berasal dari kelurga berbeda agama akan menyatakan bahwa pengajar salah
mengajari karena berbuat baik pun dapat menyelamatkan. Ajaran inilah yang diajarkan oleh orang tua. Apabila
ditanya yang mengajarkan hal itu adalah dari pihak mana maka akan dijawab dari
pihak yang tidak beragama Kristen bahkan orang tua yang beragama Kristen juga
mengajarkan ajaran yang sama. Melihat dari kenyataan ini ada juga anak-anak
dari kelurga yang berbeda agama yang tidak memiliki pengertian yang salah tentang bagaimana dapat
masuk surga. Semua kegiatan
Kristen dapat dilakukan dengan cara yang gampang dan bebas tetapi tidak ada
pengawasan secara khusus dari orang tua yang beragama lain.
Ada satu keluhan seorang mantan murid dari penulis mengatakan bahwa
ibu mengajak untuk mengikuti agama Islam karena ayah tidak peduli dan juga
tidak pernah beribadah. Lalu untuk apa harus terus bertahan dengan
agama Kristen. Tanggapan dari anak tersebut bahwa jika dipikir dan
ditelaah maka memang kenyataannya seperti itu[5]. Dan
untuk apa harus bertahan sedangkan yang menjadi kepala atau panutan anak
tersebut tidak mampu memberikan teladan bagi anaknya sendiri.
Banyak
keluhan yang bervariasi dari anak-anak dalam keluarga berbeda Agama. Sehingga
melihat dari uraian diatas maka pola pendidikan Kristen dari orang tua kepada
anak-anak sangat penting. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa keluarga
yang tidak seiman atau berbeda agama. Dalam keluarga yang berbeda agama juga perlu
mendidik anak-anak untuk masa depan anak yang baik. Jika
dalam keluarga Kristen yang menjadi dasar pengajaran adalah menurut pengajaran
Alkitab maka tentu dalam keluarga yang berbeda agama pun perlu adanya dasar
pengajaran yang benar. Pola pendidikan yang diajarkan dalam keluarga yang
berbeda agama tentu berbeda dengan pola pendidikan keluarga Kristen. Dari
perbedaan pendidikan keluarga yang berbeda agama maka hal itu terlihat pada
kehidupan anak-anak disekolah khususnya anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN sekelurahan
Kendangasari di Surabaya.
Dari
pokok permasalahan yang terjadi dalam kehidupan anak-anak dalam keluarga
berbeda agama seperti telah dijelaskan diatas maka guru agama Kristen pun
memiliki peranan yang sangat penting untuk melihat kesulitan yang sedang
dihadapi oleh siswa. Tugas guru PAK dalam mengajar sangat penting dan dapat dilihat dalam
pelayanan Tuhan Yesus. Seorang pengajar
harus memiliki tujuan yang jelas dalam mengajar. Seperti yang dikatakan oleh Dr E. G. Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Kristen tentang tanggung jawab dan syarat-syarat
menjadi guru adalah:
Guru
adalah penafsir Kristen. Dialah yang
menguaraikan dan menerangkan kepercayaan Kristen itu, karena ia harus menyampaikan
harta-harta masa lampau kepada para pemuda yang akan menempuh masa depan. Guru juga menjadi seorang gembala bagi
murid-muridnya. Ia bertanggung jawab
atas hidup rohani mereka, ia wajib memajukan dan membina hidup rohani itu. Guru menjadi seorang pedoman atau
pemimpin. Ia tidak boleh menuntun
muridnya masuk kedalam kepercayaan Kristen dengan paksaan, melainkan ia harus
membimbing mereka dengan halus dan lemah lembut kepada Juruselamat dunia. Guru adalah seorang penginjil, yang
bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap orang pelajarnya kepada Tuhan
Yesus Kristus. Syarat seorang guru agama
Kristen adalah mempunyai pengalaman rohani, mempunyai hasrat sejati untuk
menyampaikan injil, mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi iman Kristen,
mengetahui bagaimana iman bertumbuh dan berkembang dalam hidup orang percaya,
menunjukan kesetiaan kepada gereja dan mempunyai pribadi yang jujur serta
tinggi mutunya[6].
Tugas seorang guru sangat penting bagi siswa-siswi
yang diajari di sekolah. Guru adalah
orang tua siswa-siswi di sekolah. Guru PAK
memiliki peranan yang sangat penting dalam membimbing
pertumbuhan kerohanian siswa-siswi yang ada di sekolah untuk mengenalkan anak-anak kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Alkitab mengajarkan bahwa pelayanan spiritual
bagi anak sangatlah penting. Seperti
yang dituliskan dalam Ulangan 6:4-9 yang berbunyi “ Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa…”. Tidak hanya diperintahkan kepada orang tua
namun sebagai guru PAK yang adalah orang siswa-siswi di sekolah pun perlu untuk mengetahui
pesan ini dan mengajarkan kepada anak didik.
Guru PAK harus pandai mengenal siswa dari latar belakang orang
tua, ekonomi dan lain-lain. Apabila guru PAK menemukan siswa yang memiliki orang tua berbeda agama
seperti yang disaksikan oleh seorang murid penulis dari orang tua beda agama, bahwa
menjadi suatu pertanyaan bagi dirinya,
mengapa orang tuanya berbeda agama? Pertanyaan itu terus ada dalam hatinya
sampai dia menduduki di bangku
kelas lima SD. Namun pertanyaan itu tidak terjawab karena
kedua orang tuanya pun tidak menjelaskan dengan terperinci kepada anak
tersebut. Dalam wawancara penulis dengan Angela juga menemukan
beberapa kendala dalam kehidupan Angela. Menurut
Angela pendidikan di rumah itu terkadang ayah
mengajari tentang prinsip-prinsip Alkitab dan ibu mengajari tentang
prinsip-prinsip Al-quran bagaimana jalan
menuju keselamatan yang sesungguhnya[7]. Angela merasa tidak mengerti dengan kebenaran
sesungguhnya tentang keselamatan jiwanya.
Dari
pernyataan anak tersebut maka penulis sangat berkeinginan untuk menulis sebuah
skiripsi tentang: “Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Bagi Pertumbuhan
Kerohanian Peserta Didik Kristen Berlatar Belakang Orang Tua Yang Berbeda Agama
Tingkat Sekolah Dasar Negeri Sekelurahan Kendangsari Di Surabaya”.
Identifikasi Masalah
Terkait pada topik
penelitian dan latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasi
beberapa masalah yang dianggap sangat penting oleh penulis yakni:
1.
Guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya.
Bagaimana cara seorang guru PAK mengenali siswa-siswinya
dengan baik?
2.
Orang tua yang beragama Kristen (ayah atau ibu) dalam keluarga yang
berbeda agama merupakan teladan bagi anak Kristen dalam sebuah keluarga. Jika yang menjadi teladan sendiri tidak
memberi teladan yang baik, bagaimana anak dapat mencontoh dan belajar tentang
prinsip keKristenan yang baik dalam keluarga.
3.
Siswa adalah anak guru di sekolah. Apakah yang menjadi tanggung jawab guru
PAK sebagai orang tua di sekolah?
4.
Di rumah tidak ada kebebasan untuk membaca Alkitab karena ada oknum
keluarga yang tidak percaya diri dengan agamanya sendiri. Bagaimana cara orang tua yang beragama
Kristen memberikan teladan dalam membaca Alkitab?
5.
Ayah sebagai kepala rumah tangga dan percaya Tuhan Yesus Kristus tetapi
sangat sibuk dengan pekerjaan. Bagaimana
tanggung jawab seorang ayah yang percaya mengajarkan tentang Tuhan Yesus
terhadap anak-anaknya?
6.
Orang tua Kristen memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mengenalkan anak pada Tuhan Yesus sedangkan orang tua berbeda
agama. Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru PAK sebagai orang tua siswa di sekolah untuk mengenalkan
pada Tuhan Yesus?
7.
Jika pendidikan Kristen
dalam keluarga Kristen berdasarkan Alkitab maka, apa yang menjadi dasar
pendidikan dalam keluarga yang berbeda agama?
8.
Orang tua sangat
berpengaruh untuk memberi teladan sebagai seorang murid Tuhan Yesus. Bagaimana cara orang tua memberikan teladan
yang baik bagi anak-anaknya sebagai orang yang percaya pada Tuhan Yesus?
9.
Jika ada perbedaan pendidikan khususnya dalam pendidikan agama Kristen
dalam keluarga. Bagaimana peran guru PAK
untuk
mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak Kristen di sekolah dan dirumah?
10.
Apabila di sekolah anak tidak bisa berdoa dengan alasan tidak pernah ada
yang mengajari berdoa. Bagaimana cara
guru PAK mengambil bagian dalam
mengajari anak untuk dapat berdoa?
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang dan identifikasi masalah pada skripsi yang berjudul ”Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Bagi Pertumbuhan
Kerohanian Peserta Didik Kristen Berlatar Belakang Orang Tua Yang Berbeda Agama
Tingkat Sekolah Dasar Negeri Sekelurahan Kendangsari Di Surabaya” maka penulis
membatasi masalah pada nomor pertama, keenam, dan kesembilan sebagai berikut:
1.
Pada
identifikasi masalah nomor satu: Guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak
didiknya. Bagaimana cara seorang guru PAK
mengenali
siswa-siswinya dengan baik?
2.
Pada
identifikasi masalah nomor enam: Orang
tua Kristen memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mengenalkan anak pada Tuhan Yesus sedangkan orang tua berbeda
agama. Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru PAK sebagai orang tua siswa di sekolah untuk mengenalkan
pada Tuhan Yesus?
3.
Pada identifikasi
masalah nomor sembilan: Jika ada perbedaan pendidikan khususnya dalam pendidikan agama Kristen
dalam keluarga. Bagaimana peran guru PAK
untuk
mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak Kristen di sekolah dan dirumah?
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah
di atas, maka penulis merumuskan beberapa pokok masalah dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara seorang guru
PAK mengenali
siswa-siswinya dengan baik?
2.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru PAK sebagai orang tua siswa di sekolah untuk mengenalkan pada Tuhan Yesus?
3.
Bagaimana peran guru PAK untuk mengembangkan pertumbuhan
kerohanian anak Kristen di sekolah dan dirumah?
Tujuan Penulisan
Dengan
mengacu pada pokok judul penulisan skripsi dan merujuk pada perumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui bagaimana cara guru PAK mengenali siswa-siswinya.
2.
Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab guru PAK yang sesungguhnya dalam mengenalkan anak pada Tuhan Yesus.
3.
Untuk mengetahui peranan guru PAK
sebagai pengajar
dalam mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak di sekolah.
Signifikasi Penelitian
Dalam
bagian ini akan dijelaskan dua hal yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan
praktis.
Kepentingan
Teoritis
Untuk memberi kontribusi kepada:
1.
Guru PAK dalam mengenali siswa-siswi di tempat mengajar dengan baik.
2.
Semua mahasiswa dan mahasiswi jurusan PAK agar mengetahui tugas dan
tanggung jawab sabagai guru.
Kepentingan
Praktis
1.
Bagi penulis sendiri
supaya penulis pun mampu melihat masalah ini dan berguna bagi kehidupan penulis dimasa depan dan
pelayanan penulis sendiri.
2.
Bagi para pembaca yang mengajarkan PAK di SDN sekelurahan Kendangsari
untuk mengetahui dan mengingat tugasnya sebagai pendidik Kristen
3.
Dapat menjadi masukan bagi guru PAK dalam memperhatikan dan mempedulikan
anak-anak yang berasal dari keluarga beda agama.
Metodologi Penelitian
Dalam penulisan
skripsi ini, penulis menggunakan dua pokok pembahasan, diantaranya:
Metode Penulisan
Dalam penulisan
skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif yakni metode yang berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam suatu
peristiwa tertentu[8]. Tujuan untuk memaparkan apa yang benar-benar
terjadi dalam kehidupan keluarga yang
berbeda agama dengan pola pendidikan terhadap anak-anak. Penulisan berbentuk tinjauan, analisa dan
penilaian.
Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang dilakukan penulis berupa riset lapangan, Pengumpulan data
dapat diperoleh dari buku-buku, wawancara
terhadap anak-anak yang berasal dari keluarga yang berbeda agama, adapun tujuan
wawancara
untuk meminta penjelasan tentang
pendidikan dalam keluarga dan kutipan langsung dari buku.
Definisi Istilah
Judul
dari skripsi ini adalah “Peranan
Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Bagi Pertumbuhan Kerohanian Peserta Didik
Kristen Berlatar Belakang Orang Tua Yang Berbeda Agama Tingkat Sekolah Dasar Negeri
Sekelurahan Kendangsari Di Surabaya” untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan
istilah kata-kata yang dipergunakan, berikut uraian batasan-batasan pengertian
dan lingkup cakup permasalahannya adalah:
1.
Guru adalah jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik
berdialog dengan dunianya. Guru
terpanggil untuk mendorong peserta didik menimba pengetahuan, pemahaman, atau
bahkan member kontribusi bagi dunianya[9].
2.
Pendidikan adalah upaya sadar, dan bersengaja untuk memperlengkapi
seseorang, atau sekelompok orang, guna membimbingnya keluar dari satu tahapan
(keadaan) hidup ke suatu tahapan hidup lainnya yang lebih baik[10].
3.
Pendidikan
Agama Kristen
adalah penyampaian kebenaran yang
dinyatakan Tuhan dalam Alkitab[11]. Pendidikan agama Kristen adalah proses
pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan
bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua
tingkat pada pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan
pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek
kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat
pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid[12].
4.
Pertumbuhan rohani adalah proses seseorang
semakin serupa dengan Kristus. Gagasan tentang suatu awal perkembangan yang
berbeda dengan bidang-bidang perkembangan lain[13].
Sistematika Penulisan
Skripsi
ini secara sistematis disusun sebagai berikut:
Dalam
bab pertama, telah dijabarkan mengenai pendahuluan yang didalamnya memuat latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, kepentingan
teoritis, kepentingan praktis,
defenisi istilah, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
Pada bab kedua, kajian teori, kerangka berpikir dan hipotesis.
Pada bab ketiga,
metode penelitian menyajikan metode penilitian tentang tempat dan waktu penelitian,
metode penelitian, populasi dan sample penelitian, metode pengumpulan data.
Pada bab keempat,
menjelaskan hasil dari penelitian akan peranan guru PAK dalam mengembang pertumbuhan
kerohanian anak.
Pada
bab kelima, kesimpulan dan saran bagian ini akan dijelaskan berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan.
[1] Dr.
E. G. Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, Pendidikan
Agama Kristen (Jakarta. BPK Gunung Mulia, 2012), 144.
[2] Annie Poonen dan
Margaret Ringrose, Merawat Bayi dan
Mendidik Anak (Bandung: Kalam Hidup, 1973), 39-40.
[5] Deva Amelia,
“yang menjadi teladan di rumah,” Wawancara Oleh Yokbet
Oktofiana Mbeo, Surabaya, Indonesia, 5 Oktober 2015.
[7]Angela Febriana Susilo, “Pola Pendidikan di Rumah,” Wawancara
Oleh Yokbet Oktofiana Mbeo, Surabaya, Indonesia, 5 Oktober 2015.
[10] B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta.
Yayasan ANDI, 1994), 15
[13] Paul D. Meier, M. D et
al., Pengantar Psikoligi dan Konseling
Kristen (Yogyakarta, (PBMR) ANDI,
1991), 109.
0 komentar:
Posting Komentar