Maret 16, 2020
0
www.idntimes.com

Latar belakang masalah:

Yaitu latar belakang masalah atau uraian yang bertolak dari pokok penelitian yang luas, menuju ke sub-pokok dan yang akhirnya akan membawa kepada masalah penelitian.

Dimulai dengan suatu pandangan yang luas mengenai bidang yang akan dipelajari, menyempit, kemudian berfokus pada "masalah atau persoalan" yang berupa fenomena di lapangan yang sekiranya memerlukan penyelesaian.

contoh latar belakang masalah:


Latar Belakang Masalah
Dalam pengembangan Kurikulum 2013, guru dituntut  harus mencapai target atau tujuan kurikulumyang telah ditetapkan. Kurikulum 2013 menekankan kepada pendidikan karakter, pengetahuan, keterampilan. Untuk mencapai target tersebut, seorang guru memerlukan strategi yang cocok dalam mengimplementasikan  materi pelajaran.  Dalam dunia pendidikan saat ini ada banyak masalah yang timbul, salah satunya adalah kurangnya minat belajar peserta didik. Hal-hal yang mempengaruhi kurangnya minat belajar antara lain: lingkungan, latar belakang siswa,kurangnya motivasi, dll.
            Wina Sanjaya dalam bukunya mengungkapkan bahwa:
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka hanya pintar secara teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.[1]

Dalam proses pembelajaran harus ada komunikasi dua arah yaitu interaksi timbal balik. Komunikasi dua arah ini sangat penting, dimana guru dan peserta didik sama-sama terlibat didalamnya. Jadi, guru sebagai perencana, memilih, membimbing, mengarahkan dan menganalisa setiap kegiatan peserta didik, demikian sebaliknya peserta didik juga harus berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti berkaitan dengan kondisi proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Gedangan, maka peneliti menjelaskan bahwa proses belajar mengajar sangat tidak kondusif disebabkan oleh metode mengajar yang diterapkan tidak mendukung  jalannya proses pembelajaran. Sehingga peserta didik tidak berminat untuk belajar. Pada saat proses belajar mengajar  guru hanya memakai strategi ekspositori, yang artinya pembelajaran terjadi dengan satu arah, sehingga peserta didik mengantuk, jenuh, karena tidak dilibatkan aktif dalam proses belajar.[2]
Dalam pendidikan, proses belajar mengajar membutuhkan pendekatan atau strategi yang tepat. Dimana pendidikan itu merupakan proses pembelajaran dimana peserta didik menerima dan memahami pengetahuan sebagai bagian dari dirinya, dan kemudian mengolahnya sedemikian rupa untuk kebaikan dan kemajuan bersama. Jadi, pembelajaran adalah sebuah proses bukan materi pelajaran yang didengar ketika diucapkan, dilupakan ketika guru selesai mengajar dan baru diingat kembali ketika masa ulangan atau ujian datang, akan tetapi pembelajaran memerlukan proses, yang bukan baik saja, tetapi juga asyik dan menarik, baik bagi guru maupun siswa.  Apa pun materi pelajaran harus dibuat semenarik mungkin. Dengan kata lain, “bagaimana” menyampaikan materi pelajaran jauh lebih penting dari “apa” materi yang sedang disampaikan.
Sebab, ada materi pembelajaran yang baik, meskipun penting dan sangat diperlukan dimasa genting (ujian akhir misalnya), akan gagal dicerna dengan baik oleh siswa manakala cara atau pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan materi kurang baik”.[3]

            Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa adalah guru. Dimana guru ini memiliki potensi dalam merancang sebuah pendekatan yang tepat yang membuat suasana kelas, proses belajar itu menyenangkan sehingga peserta didik dapat meresapi dan mengalami peristiwa proses belajar.
                                                                             
Pengajar memandang bahwa proses belajar senantiasa terjadi dari dan didalam diri individu. Dalam arti itu, pelajar sendiri yang aktif berbuat dalam peristiwa belajarnya. Hasilnya membuat pelajar mengalami banyak perubahan dalam kehidupan, yang mencakup dimensi rohani, intelek, emosi, kehendak, dan tingkah laku.[4]

            Beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan berkaitan dengan kurikulum 13 untuk pendekatan proses belajar mengajar adalah strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM), strategi pembelajaran inkuiri (SPI), strategi pembelajaran ekspositori (SPE), strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB), strategi pembelajaran kooperatif  (SPK), strategi pembelajaran kontekstual (CTL), strategi pembelajaran afektif dan scientific learning.[5] Namun pada pembahasan skripsi ini, peneliti hanya fokus pada pembahasan strategi pembelajaran inkuiri. Diindikasikan bahwa strategi pembelajaran inkuiri ini, sangat mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pembelajaran dan kualitas peserta didik.
            Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Bahwa untuk mencapai dan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan memerlukan strategi yang tepat. Sedangkan inkuiri itu sendiri adalah “ berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti, penyelidikan atau meminta keterangan”.[6]Jadi strategi pembelajaran inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan serta bagaimana berpikir kristis dan analitis. Peserta didik dilibatkan sepenuhnya dalam mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
            Pentingnya strategi pembelajaran untuk mencapai kesuksesan dan tujuan pendidikan.
Strategi pembejaran inkuiri ini sangat menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu dari peserta didik itu sendiri.[7]

Ciri-ciri dari pada Strategi pembelajaran inkuiri ini adalah peserta didikberaktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan serta peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui guru secara verbal, tetapi peserta didik berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
            Sebagai pendidik harus bisa menguasai strategi mengajar, supaya guru tersebut dapat melakukan pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan yang maksimal dalam belajar. Guru membangun suatu lingkungan belajar yang benar-benar menarik dengan memiliki rangkain kegiatan yang terencana dengan melibatkan peserta didik secara langsung sehingga pembelajaran itu dapat berjalan dengan efisien. Tetapi yang selama ini terjadi  di sekolah-sekolah yang dijumpai adalah kebosanan peserta didik untuk belajar.  Disebabkan oleh kegiatan belajar yang monoton dengan sistem ceramah atau strategi ekspositori. Dimana pembelajaran disampaikan denganceramah sementara peserta didiknya hanya sebagai pendengar.[8] Demikianlah yang terjadi dengan siswa Kristen di SMP Negeri 2 Gedangan. Pembelajaran Agama Kristen dan Budi Pekerti  selalu identik dengan ceramah,  dan hanya  menjawab lembar kerja siswa (LKS), seringkali peserta didik merasa bosan dan tidak berminat dalam belajar.[9]
            Salah satu yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik khususnya siswa Kristen di SMP Negeri 2 Gedangan adalah kurangnya media pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang digunakan masih berupa metode ceramah. Sehingga peserta didik mengalami kejenuhan, kebosanan bahkan tidak masuk mengikuti pembelajaran PendidikanAgama Kristen.Kejenuhan dan kebosanan tersebut, sangat berdampak kepada keaktifan serta minat belajar peserta didik terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti.[10]
Seharusnya Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu sarana untuk membawa peserta didik mengenal Kristus secara pribadi, pengenalan akan Firman Tuhan melalui proses pembelajaran yang ada. Peserta didik dibawa kepada satu tujuan yaitu pengenalan akan Allah dengan pengetahuan dan pengertian yang benar, Sehingga dapat memiliki pegangan hidup yang pasti. Mencerminkan sikap, teladan dan karakter Kristus dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi dalam bagian ini sebagai pendidik memiliki tanggung jawab yang sangat besar, bagaimana cara supaya tujuan yang dimaksud diatas dapat tercapai. Dengan memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri. Dengan memilih strategi pembelajaran inkuiri ini, dapat menolong peserta didik dalam menemukan dan mencari pengalaman yang baru dalam belajarnya. Dengan demikian peserta didik berminat dan termotivasi terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti serta dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
            Dengan alasan tersebut diatas,  peneliti mengambil judul skripsi: Pengaruh  Pembelajaran  Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Budi Pekerti dengan Strategi Inkuiri, Terhadap Minat Belajar Siswa Kristen Kelas VII-IX di SMP Negeri 2 Gedangan Sidoarjo.Besar harapan, bahwa melalui karya tulis ini pembaca dapat memahami betapa pentingnya memilih, menentukan dan merencanakan serta mendesain kegiatan belajar mengajar dengan sebuah pendekatan atau strategi yang tepat dalam proses pembelajaran khusunya Pendidikan Agama Kristen.



[1] H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana, 2011), hlm. 1.
[2]Pengamatan Penulis di SMP Negeri 2 Gedangan, (Kamis, 31 Oktober 2017)
[3]Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm.1.
[4]B.S. Sidjabat, Ed.D.,Mengajar Secara Profesional (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2011),hlm.15.
[5]H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 178.
[6]Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm.7.
[7]H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.197.
[8]Pengamatan Penulis di SMP Negeri 3 Waru Sidoarjo, (Sabtu, 9 Oktober 2017)
[9]Jharot, Guru Pendidikan Agama Kristen di SMP Negeri 2 Gedangan. wawancara
[10]Jarot, Guru Pendidikan Agama Kristen Negeri 2 Gedangan Sidoarjo. wawancara

0 komentar: