www.idntimes.com
Latar belakang masalah:
Yaitu latar belakang masalah atau uraian yang bertolak dari pokok penelitian yang luas, menuju ke sub-pokok dan yang akhirnya akan membawa kepada masalah penelitian.
Dimulai dengan suatu pandangan yang luas mengenai bidang yang akan dipelajari, menyempit, kemudian berfokus pada "masalah atau persoalan" yang berupa fenomena di lapangan yang sekiranya memerlukan penyelesaian.
contoh latar belakang masalah:
Latar
Belakang Masalah
Dalam pengembangan Kurikulum 2013, guru
dituntut harus mencapai target atau
tujuan kurikulumyang telah ditetapkan. Kurikulum 2013 menekankan kepada
pendidikan karakter, pengetahuan, keterampilan. Untuk mencapai target tersebut, seorang guru
memerlukan strategi yang cocok dalam mengimplementasikan materi pelajaran. Dalam dunia pendidikan saat ini ada banyak
masalah yang timbul, salah satunya adalah kurangnya minat belajar peserta
didik. Hal-hal yang mempengaruhi kurangnya minat belajar antara lain:
lingkungan, latar belakang siswa,kurangnya motivasi, dll.
Wina Sanjaya dalam bukunya
mengungkapkan bahwa:
Salah satu masalah
yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingat itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka hanya pintar secara
teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.[1]
Dalam proses pembelajaran harus ada
komunikasi dua arah yaitu interaksi timbal balik. Komunikasi dua arah ini
sangat penting, dimana guru dan peserta didik sama-sama terlibat didalamnya.
Jadi, guru sebagai perencana, memilih, membimbing, mengarahkan dan menganalisa
setiap kegiatan peserta didik, demikian sebaliknya peserta didik juga harus
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
berkaitan dengan kondisi proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Gedangan, maka
peneliti menjelaskan bahwa proses belajar mengajar sangat tidak kondusif
disebabkan oleh metode mengajar yang diterapkan tidak mendukung jalannya proses pembelajaran. Sehingga
peserta didik tidak berminat untuk belajar. Pada saat proses belajar
mengajar guru hanya memakai strategi
ekspositori, yang artinya pembelajaran terjadi dengan satu arah, sehingga
peserta didik mengantuk, jenuh, karena tidak dilibatkan aktif dalam proses
belajar.[2]
Dalam pendidikan, proses belajar
mengajar membutuhkan pendekatan atau strategi yang tepat. Dimana pendidikan itu
merupakan proses pembelajaran dimana peserta didik menerima dan memahami
pengetahuan sebagai bagian dari dirinya, dan kemudian mengolahnya sedemikian
rupa untuk kebaikan dan kemajuan bersama. Jadi, pembelajaran adalah sebuah
proses bukan materi pelajaran yang didengar ketika diucapkan, dilupakan ketika
guru selesai mengajar dan baru diingat kembali ketika masa ulangan atau ujian
datang, akan tetapi pembelajaran memerlukan proses, yang bukan baik saja, tetapi
juga asyik dan menarik, baik bagi guru maupun siswa. Apa pun materi pelajaran harus dibuat
semenarik mungkin. Dengan kata lain, “bagaimana” menyampaikan materi pelajaran
jauh lebih penting dari “apa” materi yang sedang disampaikan.
Sebab, ada materi
pembelajaran yang baik, meskipun penting dan sangat diperlukan dimasa genting
(ujian akhir misalnya), akan gagal dicerna dengan baik oleh siswa manakala cara
atau pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan materi kurang baik”.[3]
Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar siswa adalah guru. Dimana guru ini memiliki potensi
dalam merancang sebuah pendekatan yang tepat yang membuat suasana kelas, proses
belajar itu menyenangkan sehingga peserta didik dapat meresapi dan mengalami
peristiwa proses belajar.
Pengajar memandang
bahwa proses belajar senantiasa terjadi dari dan didalam diri individu. Dalam
arti itu, pelajar sendiri yang aktif berbuat dalam peristiwa belajarnya.
Hasilnya membuat pelajar mengalami banyak perubahan dalam kehidupan, yang
mencakup dimensi rohani, intelek, emosi, kehendak, dan tingkah laku.[4]
Beberapa strategi pembelajaran yang
dapat digunakan berkaitan dengan kurikulum 13 untuk pendekatan proses belajar
mengajar adalah strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM), strategi
pembelajaran inkuiri (SPI), strategi pembelajaran ekspositori (SPE), strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB), strategi pembelajaran
kooperatif (SPK), strategi pembelajaran
kontekstual (CTL), strategi pembelajaran afektif dan scientific learning.[5] Namun
pada pembahasan skripsi ini, peneliti hanya fokus pada pembahasan strategi
pembelajaran inkuiri. Diindikasikan bahwa strategi pembelajaran inkuiri ini,
sangat mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pembelajaran dan kualitas
peserta didik.
Strategi pembelajaran adalah
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Bahwa untuk mencapai dan memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan memerlukan strategi yang tepat. Sedangkan
inkuiri itu sendiri adalah “ berasal dari kata inquiry yang merupakan kata
dalam bahasa Inggris yang berarti, penyelidikan atau meminta keterangan”.[6]Jadi
strategi pembelajaran inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan
menemukan serta bagaimana berpikir kristis dan analitis. Peserta didik
dilibatkan sepenuhnya dalam mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
Pentingnya strategi pembelajaran
untuk mencapai kesuksesan dan tujuan pendidikan.
Strategi pembejaran
inkuiri ini sangat menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan
jawaban atas dasar rasa ingin tahu dari peserta didik itu sendiri.[7]
Ciri-ciri dari pada Strategi
pembelajaran inkuiri ini adalah peserta didikberaktivitas secara maksimal untuk
mencari dan menemukan serta peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui guru secara verbal, tetapi peserta didik berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Sebagai pendidik harus bisa
menguasai strategi mengajar, supaya guru tersebut dapat melakukan pendekatan
yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik
dapat mencapai tujuan yang maksimal dalam belajar. Guru membangun suatu
lingkungan belajar yang benar-benar menarik dengan memiliki rangkain kegiatan
yang terencana dengan melibatkan peserta didik secara langsung sehingga
pembelajaran itu dapat berjalan dengan efisien. Tetapi yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah yang dijumpai adalah
kebosanan peserta didik untuk belajar.
Disebabkan oleh kegiatan belajar yang monoton dengan sistem ceramah atau
strategi ekspositori. Dimana pembelajaran disampaikan denganceramah sementara
peserta didiknya hanya sebagai pendengar.[8]
Demikianlah yang terjadi dengan siswa Kristen di SMP Negeri 2 Gedangan.
Pembelajaran Agama Kristen dan Budi Pekerti
selalu identik dengan ceramah,
dan hanya menjawab lembar kerja
siswa (LKS), seringkali peserta didik merasa bosan dan tidak berminat dalam
belajar.[9]
Salah satu yang menjadi permasalahan
yang dihadapi oleh peserta didik khususnya siswa Kristen di SMP Negeri 2
Gedangan adalah kurangnya media pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang
digunakan masih berupa metode ceramah. Sehingga peserta didik mengalami
kejenuhan, kebosanan bahkan tidak masuk mengikuti pembelajaran PendidikanAgama
Kristen.Kejenuhan dan kebosanan tersebut, sangat berdampak kepada keaktifan
serta minat belajar peserta didik terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti.[10]
Seharusnya Pendidikan Agama Kristen
merupakan salah satu sarana untuk membawa peserta didik mengenal Kristus secara
pribadi, pengenalan akan Firman Tuhan melalui proses pembelajaran yang ada.
Peserta didik dibawa kepada satu tujuan yaitu pengenalan akan Allah dengan
pengetahuan dan pengertian yang benar, Sehingga dapat memiliki pegangan hidup
yang pasti. Mencerminkan sikap, teladan dan karakter Kristus dalam kehidupannya
sehari-hari. Jadi dalam bagian ini sebagai pendidik memiliki tanggung jawab
yang sangat besar, bagaimana cara supaya tujuan yang dimaksud diatas dapat
tercapai. Dengan memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah
satunya adalah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri. Dengan memilih
strategi pembelajaran inkuiri ini, dapat menolong peserta didik dalam menemukan
dan mencari pengalaman yang baru dalam belajarnya. Dengan demikian peserta
didik berminat dan termotivasi terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti serta dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan alasan tersebut diatas, peneliti mengambil judul skripsi: Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Budi
Pekerti dengan Strategi Inkuiri, Terhadap Minat Belajar Siswa Kristen Kelas
VII-IX di SMP Negeri 2 Gedangan Sidoarjo.Besar harapan, bahwa melalui karya
tulis ini pembaca dapat memahami betapa pentingnya memilih, menentukan dan
merencanakan serta mendesain kegiatan belajar mengajar dengan sebuah pendekatan
atau strategi yang tepat dalam proses pembelajaran khusunya Pendidikan Agama Kristen.
[1] H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana, 2011), hlm. 1.
[3]Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan
Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm.1.
[4]B.S. Sidjabat, Ed.D.,Mengajar Secara Profesional (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 2011),hlm.15.
[5]H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 178.
[6]Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm.7.
[7]H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.197.
[8]Pengamatan Penulis di SMP
Negeri 3 Waru Sidoarjo, (Sabtu, 9 Oktober 2017)
[9]Jharot, Guru Pendidikan Agama Kristen di SMP Negeri
2 Gedangan. wawancara
[10]Jarot, Guru Pendidikan Agama Kristen Negeri 2
Gedangan Sidoarjo. wawancara
0 komentar:
Posting Komentar