Maret 04, 2020
0
kompasiana.com


Contoh Proposal
Oleh: Marsel Mbeo


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dipaparkan secara sistematis yaitu: latar belakang masalah. identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penulisan baik secara teoritis maupun praktis, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah
Saksi Yehuwa adalah salah satu sekte keagamaan yang sangat menekankan pengajaran pada akhir zaman.  Menurut Charles Taze Russell yang lahir pada tanggal 16 Februari 1852 di Allegheny dekat Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, sebagai anak keluarga kaya raya bernama Joseph L.  Russell dan Ana Eliza, mengajarkan bahwa peristiwa akhir zaman atau “The Time Of The End” sudah dimulai sejak tahun 1799 Masehi dan berakhir pada Oktober 1914 Masehi.[1]
Gerakan ini mula-mula dipelopori oleh seorang tokoh yang bernama Charles Taze Russell (1852-1916).  Semula sebagai anggota Gereja Presbyterian ia tidak puas dan kemudian keluar dari gereja pada umur 17 tahun dan tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah dan adanya hukuman kekal.  Hakikat nerakapun di tolaknya.[2]
Russell masuk lagi ke Gereja  Sevent Day Adventist (Advent Hari Ketujuh) dan mulai dipengaruhi oleh ajaran gereja ini terutama mengenai perhitungan-perhitungan kedatangan Yesus kedua kali.  Di bawah pengaruh ajaran Adventisme pada tahun 1870 Russell merasa memperoleh Wahyu untuk menyingkapkan rahasia-rahasia Alkitab.  Sebagai seorang pemuda yang kaya ia banyak belajar dan mendalami ilmu theologia, dan pada tahun 1872 membentuk kelompok pemahaman Alkitab yang selalu berhimpun untuk selalu mempelajari Kitab-Kitab Suci mengenai kerajaan Yehuwa dan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya.[3]
Pada tahun 1874 Russell menerbitkan risalah tentang maksud dan sifat kedatangan Tuhan Yesus kedua kali dan pada tahun 1877 menerbitkan selebaran berjudul Tiga Alam atau Rencana Pelepasan Dari Dosa.  Dalam risalah terakhir ini diceritakan tentang kehadiran Kristus secara rahasia di bumi ini sejak tahun 1874, dan tentang masa peralihan yang berlangsung selama 40 tahun yang akan berakhir dalam tahun 1914 dan akan disusul dengan datangnya kerajaan 1000 tahun.[4]
Menjelang beberapa tahun kemudian, Russell memisahkan diri dari Gereja Advent pada tahun 1879, dan mendirikan Watch Tower Bible and Tract Society dan menerbitkan majalah berjudul “Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence” yang berisi ajaran mengenai penafsiran Alkitab.  Watch Tower Bible and Tract Society secara resmi dibentuk menjadi badan hukum pada tahun 1884 di Pittsburg di bawah undang-undang Negara bagian Pennsylvania.  Pada tahun 1909 pusat perkumpulan ini dipindahkan dari Pittsburg ke Brookryn, New York, dan seperti di Inggris dan Canada dibentuk Internasional Bible Student Association.[5]
Tidak dapat disangkal bahwa warna ajaran yang dikemukakan oleh Russell terpengaruh Adventisme dan juga ajaran Christadelphian yang sudah lebih dahulu berdiri di Amerika Serikat sejak tahun 1838, karena ajaran-ajaran Russell mirip dengan ajaran Christadelphian.[6]  Ini juga terlihat karena Alkitab terjemahan Christadelphianlah yang sering dipakai Russell yaitu terjemahan The Emphatic Diaglott 1864, karya Benyamin Wilson.[7]
Pada dasarnya Saksi-Saksi Yehuwa sangat bersemangat untuk dapat menerangkan segala sesuatu tentang Allah dan rencana-Nya mengenai manusia dan dunia berdasarkan penyelidikan dari Saksi-Saksi Yehuwa yang saksama atas Alkitab.  Dari penyelidikan demikian dihasilkan ajaran-ajaran yang ditulis Saksi-Saksi Yehuwa dalam literatur Saksi-Saksi Yehuwa, khususnya studi atas Alkitab yang ditulis Russell dan belakangan ini dapat dikatakan menjadikan buku Karena Allah Itu Benar Adanya (Let God Be True) sebagai buku dogmatika.[8]
Allah Yehuwa adalah sumber kekuatan atau energi yang tidak terbatas, dikarenakan Allah Yehuwalah pemegang otoritas tertinggi dalam hal kekuasaan dan hak akan penyembahan.[9]  Di sisi lain Saksi-Saksi Yehuwa juga berpendapat bahwa Allah Yehuwa adalah Allah yang berbelaskasihan, murah hati, lambat marah, berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih dan kebenaran.  Ia baik, sabar, setia dan siap mengampuni.[10]
Allah memiliki satu sifat yaitu kasih.[11]  Allah mengasihi semua orang dan telah mengutus Putra-Nya yaitu Yesus Kristus sebagai korban pendamaian bagi dosa-dosa manusia.[12]  Karena manusia telah mewarisi dosa maka manusia tidak dapat menjalankan perintah Allah dengan sempurna.  Dari awal Allah Yehuwa telah mempersiapkan dan menetapkan Yesus Kristus sebagai Raja yang terbaik untuk membuat semua bangsa bersatu dan tidak menderita lagi.  Sebagai bukti Yesus Kristus mati dikayu salib untuk menghapus dosa-dosa manusia.[13]
Yesus Kristus menurut Saksi-Saksi Yehuwa merupakan ciptaan Tuhan yang sulung dan utusan-Nya di bumi untuk memperkenalkan kasih Tuhan dan Ia pemegang otoritas kedua dalam kekuasaan.  Yesus bukan Tuhan melainkan makluk yang tidak berhak disembah. Saksi-Saksi Yehuwa juga mengatakan bahwa, Yesus Kristus bukanlah Allah, tetapi suatu allah (a god, Yoh 1:1 NW).  Yesus Kristus adalah ciptaan yang sulung (pertama) yang kemudian diangkat Allah sebagai Anak-Nya dan rekan penciptaan (Ams 8:22; Kol 1:15 NW).
Sejak semula adalah Kalam itu, dan Kalam itu berada dengan Allah itu, dan suatu allahlah Kalam itu…. Segalanya dijadikan dengan perantaraan Dia; dan tak ada yang telah ada itu dijadikan tanpa dengan perantaraan Dia (Yoh 1:1,3 NW).
Peliharalah keadaan hati ini di dalam dirimu yang juga ada di dalam diri Yesus Kristus, yang walaupun Ia berada dalam rupa Allah, tidak mempertimbangkan perebutan, yakni untuk menjadi sama dengan Allah (Fil 2:5-6 NW).[14]

Pandangan Saksi-Saksi Yehuwa mengenai Yesus Kristus dapat dilihat dengan jelas dalam kutipan berikut:
Yesus bukan Allah Yehuwa, tetapi berada dalam rupa Allah, Ia sudah ada sebelum semua makluk lain ada, sebab Ialah anak pertama yang dijadikan oleh Allah… setelah Allah menjadikan Dia sebagai Anaknya yang sulung, maka Allah menggunakan Dia sebagai rekan sekerjanya dalam menjadikan sekalian kejadian yang lain.  Karena Ia berkuasa dan menjabat kedudukan tinggi ini sebagai Logos dan sebab Ia adalah makluk lain, maka Ia adalah suatu Allah, tetapi bukan Allah yang mahakuasa, yang adalah Yehuwa.[15]

Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa Yesus hanyalah makluk yang diciptakan Allah Yehuwa yang paling pertama (sulung), selanjutnya, Yesus diangkat sebagai anak oleh Allah Yehuwa dan kemudian dijadikan rekan sekerja Allah Yehuwa di dalam penciptaan dan pemerintahan, baik di sorga maupun di bumi.  Namun, Yesus  tidak bisa disetarakan dengan Allah Yehuwa sebab Yesus hanyalah ciptaan.  Dan memang sebelum Anak Tunggal Allah ini, yaitu Yesus datang ke bumi, Ia tidak menganggap diri-Nya sama dengan Allah Yehuwa, Ia tidak memandang diri-Nya sebagai yang sebanding dalam kekuasaan dan kemuliaan dengan Allah yang mahakuasa, Ia tidak mengikuti perbuatan Setan dan merancangkan untuk menjadikan diri-Nya sama atau sebanding dengan Allah yang maha tinggi ataupun merampas kedudukan Allah.[16]  
Berhubungan dengan pandangan Saksi-Saksi Yehuwa mengenai pribadi Yesus.  Maka dapat di simpulkan bahwa Yesus dapat dikatakan Mesias atau Kristus yang telah dinubuatkan lama sebelum Ia lahir di dunia, dan pada saat Yesus dibaptis, Ia menjadi Mesias atau Kristus.[17]  Demikianlah Saksi-Saksi Yehuwa menyebut Yesus Kristus sebagai saksi yang setia dan benar[18] 
Pergumulan lain yang harus juga dipikirkan oleh agama Kristen ialah bahwa Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa Roh Kudus hanyalah tenaga aktif Allah, yang berperan penting dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan, Karena Roh Kudus merupakan ciptaan Tuhan maka Dia bukan Tuhan, dan tidak berpribadi.[19]
Roh Kudus yang digunakan dalam Alkitab menyatakan bahwa ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang digunakan oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud tujuan-Nya.  Sampai taraf tertentu, ini dapat disamakan dengan listrik, atau tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan beragam fungsi[20]  Jadi hanya Tuhan Bapa (Yehuwa) yang berhak disembah.[21] 

Menurut Saksi-Saksi Yehuwa, Roh Kudus tidak dapat dipercayai sebagai Pribadi, tetapi hanya dianggap sebagai roh atau kekuatan yang keluar dari Yehuwa, karena nama Roh Kudus, dalam Alkitab NW dan tulisan-tulisan Saksi Yehuwa selalu ditulis dengan huruf kecil (roh kudus), sebagai roh saja.
Roh Suci adalah kuasa Allah yang tidak nampak dan selalu giat menggerakan para hambanya untuk melakukan kehendak-Nya.[22]  Perjanjian Baru mempunyai perantara yang lebih baik, dan kuasa yang lebih kuat untuk kebenaran dari pada kuasa Sepuluh Hukum yang diukir dengan huruf-huruf di atas batu.  Padanya ada suatu kemuliaan yang tidak akan gaib.  Kuasanya untuk kebenaran ialah roh Allah atau daya tenaga yang aktif.[23] 

Mengenai Penafsiran tentang Roh Kudus yang hanya sekedar roh atau kekuatan  atau energi  dari Allah, dikemukakan beberapa ayat sebagai berikut:
Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus (diterjemahkan sebagai roh dalam NW) Allah (Ef 4:30a).  Dan tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus (diterjemahkan sebagai roh dalam NW)  yang akan diutus Bapa dalam nama-Ku (Yoh 14:26a).[24]

Allah Yehuwa merupakan penguasa atas segala sesuatu baik yang ada di bumi maupun di surga.  Allah Yehuwa menciptakan Adam dan Hawa yang dijanjikan hidup yang kekal, kemudian manusia digoda oleh Iblis sehingga manusia kehilangan haknya untuk hidup kekal itu, karena itu roh manusia tidak kekal lagi, dan bila hidup berakhir, maka berakhir pula roh itu, sekali dan selamanya.  Tetapi, roh itu sebenarnya bukan mati, melainkan hanya tidur sampai hari kebangkitan kelak yang bertepatan dengan kedatangan Kerajaan Seribu Tahun.  Manusia yang tidak mengaku Yehuwa akan dimusnahkan, bagi manusia tidak akan ada lagi kehidupan kembali.  Tidak ada pengadilan akhir, dan ajaran tentang roh yang kekal adalah ciptaan Iblis yang adalah pembohong sejak semula.[25]
Mengingat kebenaran yang dipalsukan oleh gaya pengajaran dari Saksi-Saksi Yehuwa, maka dapat dikatakan bahwa pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa sangat bertentangan dengan pengajaran Alkitab, terkait Tritunggal. Maka menyadari akan bahaya ini, penulis terbeban untuk melihat secara jauh dan menyelidiki dengan seksama, sehingga dengan kondisi inilah penulis mengangkat topik skripsi: “Konsep Allah Dalam Pandangan Saksi Yehuwa Dan Implikasinya Bagi Ajaran Tritunggal”

Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.                  Terkait dengan kepercayaan kepada Allah yang Esa, Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa mereka adalah penyembahan kepada Allah yang benar, dan bukan seperti yang dipercayai dan yang juga di sembah oleh kaum Kristen yaitu penyembahan kepada Allah Tritunggal.  Dengan demikian bagaimana konsep Allah menurut Saksi-Saksi Yehuwa? 
2.                  Saksi-Saksi Yehuwa sangat menekankan akan pengajarannya tentang Allah yang Esa yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu.  Bagaimana latar belakang dan sejarah kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa tentang Allah yang Esa?
3.                  Bagi umat Kristen, hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia umat percaya hidup.  Apakah dasar dari Saksi-Saksi Yehuwa menolak Yesus Kristus yang adalah Allah?
4.                  Roh Kudus adalah Pribadi dari Allah Tritunggal dan sumber kehidupan.  Dia juga jaminan bagi semua orang percaya, dan kemudian Dia memeteraikan orang percaya sehingga orang percaya yang telah dimeteraikan menjadi tanda bahwa mereka adalah milik Allah dan diberikan jaminan bahwa Allah akan terus memlihara orang percaya dan akan menyempurnakan keselamatan orang percaya pada akhirnya.[26] Lalu mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak Roh Kudus yang adalah Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal?
5.                  Allah di dalam pandangan kekristenan adalah Allah yang tidak terbatas keberadaan-Nya, ada sebagai Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus.  Ia berdaulat mutlak, dari kekekalan, berdasarkan kehendak bebas-Nya, Ia menetapkan segala sesuatu yang terjadi.  Allah, dalam providensi-Nya, memelihara segala sesuatu berdasarkan otoritas-Nya yang berdaulat. Sejauh mana implikasi teologis mengenai konsep Allah Tritunggal yang dipandang dari iman Kristen?

Pembatasan Masalah
Merujuk pada pernyataan judul sripsi ini yakni “Konsep Allah Dalam Pandangan Saksi Yehuwa Dan Implikasinya Bagi Ajaran Tritunggal” dan berkaitan dengan sejumlah masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka penulis membatasi dalam 1,3,4,5.
1.                  Terkait dengan kepercayaan kepada Allah yang Esa, Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa mereka adalah penyembahan kepada Allah yang benar, dan bukan seperti yang dipercayai dan yang juga di sembah oleh kaum Kristen yaitu penyembahan kepada Allah Tritunggal.  Dengan demikian bagaimana konsep Allah menurut Saksi-Saksi Yehuwa?
2.                  Bagi umat Kristen, hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia umat percaya hidup.  Apakah dasar dari Saksi-Saksi Yehuwa menolak Yesus Kristus yang adalah Allah?
3.                  Roh Kudus adalah Pribadi dari Allah Tritunggal dan sumber kehidupan.  Dia juga jaminan bagi semua orang percaya, dan kemudian Dia memeteraikan orang percaya sehingga orang percaya yang telah dimeteraikan menjadi tanda bahwa mereka adalah milik Allah dan diberikan jaminan bahwa Allah akan terus memlihara orang percaya dan akan menyempurnakan keselamatan orang percaya pada akhirnya.[27] Lalu mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak Roh Kudus yang adalah Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal?
4.                  Sejauh mana implikasi teologis mengenai konsep Allah Tritunggal yang dipandang dari iman Kristen?

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka berikut ini ditetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penulis sebagai berikut:
1.                  Bagaimana konsep Allah menurut Saksi-Saksi Yehuwa? 
2.                  Apakah dasar dari Saksi-Saksi Yehuwa menolak Yesus Kristus yang adalah Allah?
3.                  Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak Roh Kudus yang adalah Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal?
4.                  Sejauh mana implikasi teologis mengenai konsep Allah Tritunggal yang dipandang dari iman Kristen?

Tujuan Penulisan
Dengan mengacu pada judul penulisan dan merujuk pada rumusan masalah penulisan di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.                  Untuk menjelaskan konsep Allah menurut Saksi-Saksi Yehuwa? 
2.                  Untuk menjelaskan dasar dari Saksi-Saksi Yehuwa menolak Yesus Kristus yang adalah Allah?
3.                  Untuk menjelaskan mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak Roh Kudus yang adalah Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal?
4.                  Untuk menjelaskan Sejauh mana implikasi teologis mengenai konsep Allah Tritunggal yang dipandang dari iman Kristen?

Kepentingan Penulisan
Hasil penulisan mengenai “Konsep Allah dalam Pandangan Saksi Yehuwa Dan Implikasinya Bagi Ajaran Tritunggal” ini diharapkan akan membawa signifikansi yang nyata dalam lingkup dinamika kekristenan, baik kepentingan secara teoritis maupun kepentingan secara praktis seperti berikut.

Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penulisan mengenai pokok ini akan membawa kepentingan yang signifikansi, diantaranya:
1.                  Penulisan ini secara teoritis akan memberikan sumbangsih yang penting dalam ranah studi teologi, terutama dalam studi sistematika secara khusus dalam rangka menjadi refrensi bagi upaya merumuskan studi sistematika terhadap ajaran Tritunggal.
2.                  Penulisan ini juga dapat memberi kontribusi yang penting di dalam upaya pengembangan teologi sistematika.
3.                  Skripsi ini boleh menjadi gambaran ideal dalam wujud pelayanan Kristen di dalam berapologet terhadap ajaran sesat secara khusus pandangan Saksi Yehuwa.

Kepentingan Praktis
Sedangkan secara praktis, hasil penulisan skripsi ini akan membawa kepentingan-kepentingan yang signifikan, sebagai berikut:
1.                  Bagi penulis, konsep Allah menurut iman Kristen merupakan konsep yang sangat sulit dipahami sehingga membutuhkan  penjelasan dari setiap orang Kristen di dalam mempertanggung jawabkan konsep Allah menurut pandangan iman Kristen yang benar, sehingga skripsi ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait dengan studi sistematika.
2.                  Melalui skripsi ini dapat menjadi bahan pengajaran untuk kalangan Kristiani di dalam berapologetis dengan pemahaman yang alkitabiah.  Supaya setiap orang Kristen mampu mengenali setiap pengajaran sesat, seperti Saksi-Saksi Yehuwa.
3.                  Hasil akhir dari setiap penulisan skripsi ini ialah supaya mendorong setiap kalangan orang Kristen untuk tetap memegang dan mempercayai akan konsep Allah yang benar sehingga tidak mudah digoncangkan oleh ajaran sesat sacara khusus pemahaman saksi-saksi Yehuwa.

Metode pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis berupa studi pustaka, dan wawancara tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa serta menggunakan materi-materi yang terdapat dalam Alkitab dan tulisan-tulisan atau buku-buku yang terkait dengan penulisan skripsi.

Sistematika Penulisan
Dalam Bab I secara sistematis akan dijelaskan Latar belakang masalah. Identifikasi masalah, Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Kepentingan penulisan baik secara teoritis maupun praktis, Signifiknasi penulisan, Metodologi, dan Sistematika penulisan.
Bab II berisi pembahasan terhadap konsep Allah menurut Saksi-Saksi Yehuwa.
Bab III berisi pembahasan terhadap konsep Allah menurut Iman Kristen.
Bab IV menjelaskan mengenai implikasinya bagi ajaran Tritunggal.
Bab V berisi penutup yang meliputi: kesimpulan, implikasi dan saran.






[1]Herlianto. Saksi Yehuwa, Siapa dan Bagaiman Mereka?, (Bandung: Kalam Hidup, 1996), hlm 15.
[2]Ibid, hlm 15.
[3]Ibid, hlm 16.
[4]Ibid, hlm 17
[5]Ibid, hlm 17.
[6]Christadelphian merupakan suatu gerakan yang berasal dari Inggris, pencetusnya bernama John Thomas yang lahir di London pada tahun 1832. Ciri khas dari ajaran ini antara lain: lebih menekankan akan hal-hal yang bersifat akhir zaman dan kemudian tidak mengakui ajaran Tritunggal, yang ada hanya satu Allah saja. Yesus dipercaya bukan sebagai Anak Allah, tetapi sebagai manifestasi Roh Allah dalam diri manusia. Kristus baru ada setelah Yesus lahir, dan Yesus tidak dipercaya sebagai Tuhan. Roh Kudus hanya dipercaya sebagai alat kuasa yang keluar dari Allah Bapa.
[7]Herlianto. Saksi Yehuwa, Siapa dan Bagaiman Mereka?, (Bandung: Kalam Hidup, 1996), hlm 18.
[8]Sedarlah! Januari  (Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa, 2014), hlm 13.
[9]Ibid, hlm 13.
[10]Apa Yang Sebenarnya ALKITAB AJARKAN?, (Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia, 2009), hlm 16.
[11]Menara Pengawal, Memberitakan Kerajaan Yehuwa, Pemerintahan Yang Bebas Korupsi, (Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa, 2015), hlm 9.
[12]Menara Pengawal, Memberitakan Kerajaan Yehuwa.  Apakah Allah Peduli Kepada Anda?, (Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa, 2014), hlm 6.
[13]Menara Pengawal, Memberitakan Kerajaan Yehuwa, Cara Menikmati Pekerjaan Anda, (Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa, 2015), hlm 16.
[14]Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab,. (Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, Kebenaran Itu Akan Membebaskan Kamu 1960), hlm 40.
[15]Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, Karena Allah Itu Benar Adanya. (Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 1960), hlm 32-33.
[16]Ibid, hlm 34.
[17]Ibid. hlm 38.
[18]Siapa Yang Melakukan Kehendak Yehuwa, Dewasa Ini?, (Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia, 2013), hlm 2. 
[19]Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab. Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal ?. (Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 1989), hlm 20.
[20]Ibid, hlm 3.
[21]Ibid, hlm 20.
[22]Ibid, hlm 112.
[23]Ibid, hlm 197.
[24]Ibid, hlm 198.                                           
[25]Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab. Begini Sajakah Hidup Ini?, (Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 1975), hlm 22.
[26]Anthony A. Hoekam, Alkitab Dan Akhir Zaman, (Surabaya: Momentum, 2009),hlm 84-85.
[27]Anthony A. Hoekam, Alkitab Dan Akhir Zaman, (Surabaya: Momentum, 2009),hlm 84-85.

0 komentar: