www.idntimes.com
CONTOH PROPOSAL
Oleh Vera A.K
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian ini Penulis akan
menjelaskan secara berturut-turut tentang: latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, asumsi, metode penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.
Latar Belakang Penelitian
Anak merupakan aset dan investasi
yang penting bagi kehidupan di masa mendatang, tidak hanya bermanfaat bagi
dirinya sendiri, tetapi juga bagi kedua orang tuanya, lingkungan, masyarakat,
bangsa dan negara.[1] Oleh sebab itu, perlu untuk memaksimalkan
kecerdasan mereka. Untuk mendapatkan
anak-anak yang berkualitas bukan saja dalam bidang akademik tetapi juga dari
segi moral, maka perlu adanya stimulasi sejak dini. Anak-anak usia tiga sampai enam tahun adalah
dikatakan sebagai usia emas atau golden
age, di mana kondisi fisik dan otaknya sedang dalam pertumbuhan terbaiknya. Otak anak berkembang dengan sangat pesat
sekitar 80%.[2]
Pada rentang usia tersebut anak
mudah menyerap berbagai informasi ataupun rangsangan apapun dari luar, baik
yang positif maupun negatif. Sementara itu
media telah menawarkan pada anak-anak berbagai macam hal seperti game dan masih
ada berbagai pengaruh lain dari televisi maupun lingkungannya.[3]
Dalam tahap perkembangan alamiahnya, anak-anak
usia dini akan belajar dengan cara mengamati, atau meniru sesuatu diluar
dirinya (imitasi).[4]
Bandura et al juga mengemukakan bahwa
belajar dengan mengamati bukan hanya meniru model, melainkan juga semua bentuk
instruksi verbal.[5]
Meniru adalah suatu faktor yang
penting dalam periode pertama dalam pembentukan kebiasaan seorang anak. Ketika melihat sesuatu yang terjadi di depan
mata, maka anak-anak akan meniru dan kemudian mengulang-ulangi perbuatan
tersebut hingga menjadi kebiasaan baginya. Pada usia emas tersebut, kemampuan anak-anak
menyerap sesuatu di sekitarnya sangat cepat dan baik namun mereka belum
memiliki pengetahuan yang benar, tentang baik-buruk, salah-benar, semua mereka
serap apa adanya tanpa filter apapun
dan mereka mengintegrasikan ke dalam diri mereka dengan caranya masing-masing
karena kekurangpengetahuan tersebut.
Sesungguhnya fase kanak-kanak merupakan fase yang paling cocok, dan
paling penting bagi seorang pendidik menanamkan prinsip-prinsip yang baik,
lurus dan pengarahan yang benar ke dalam jiwa dan perilaku anak didik.
Oleh karena itu, kehati-hatian para
pendidik dalam bersikap dan berkata harus diperhatikan mengingat bahwa
anak-anak lebih mudah meniru apa yang disaksikan. Pendidik atau guru adalah salah satu model atau figur
yang berpengaruh terhadap moral anak.
Melalui Guru, anak melihat langsung
suatu gaya berkomunikasi, berinteraksi dan cara mengajar seorang guru. Oleh sebab itu teladan guru merupakan bagian
penting dari proses pembelajaran.[6]
Keteladanan yang ditunjukkan oleh
seorang pendidik khususnya pendidik Kristen adalah keteladanan yang berdasarkan
pada keteladanan dari Tuhan Yesus sendiri yang adalah guru yang diutus oleh
Allah (Yoh 3:2).
Menurut Mary Setiawani dan Stephen
Tong dalam bukunya yang berjudul Seni membentuk Karakter Kristen mengatakan:
Kalau
seorang guru memiliki kepribadian yang belum beres, atau tidak sesuai dengan
kedudukan dan kewajibannya sebagai pendidik, maka pribadinya yang tidak baik akan
merusak orang lain, sekalipun ia memiliki teori pendidikan yang sangat baik,
yang terus menerus keluar dari mulutnya.[7]
Grow Fruit in
Christ School (GFC
School) merupakan salah satu sekolah Play
Group-Taman Kanak-kanak Kristen yang berlokasi di daerah Juanda tepatnya di
sebuah ruko yang beralamatkan di Ruko Surya Inti Permata Juanda Blok A-23
Sidoarjo. GFC School Juanda didirikan pada tahun
2009 oleh Ibu Silvianna, selaku Kepala Sekolah dan adapun faktor-faktor yang
melatar belakangi berdirinya PG-TK GFC School adalah[8]:
1.
Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menangani masalah pendidikan.
2.
Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan lembaga pendidikan Kristen dengan biaya yang
relatif murah sehingga dapat menjangkau masyarakat ekonomi menengah mengingat
sangat mahalnya pendidikan Kristen yang ada saat ini.
3.
Sebagai
bagian dari pelayanan gereja untuk anak-anak.
Adapun Visi sekolah yaitu Generasi
yang Bertumbuh dan Berbuah di dalam Kristus. Sedangkan Misinya adalah[9]:
1. Menjadi
generasi yang hidup di dalam Kristus
2. Generasi
yang mengasihi Tuhan dan sesama
3. Generasi
yang berguna bagi Tuhan, Bangsa dan Negara, dan sesama.
GFC School mempunyai 6 guru kelas dan 1 pengajar part time (guru bahasa Inggris) dengan
latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, seorang tenaga admnistrasi dan
seorang Kepala Sekolah yang semuanya beragama Kristen.
No.
|
Kelas
|
Pendidik
|
1.
|
Kepala Sekolah merangkap Guru Mandarin
|
1
|
2.
|
PG
|
2
|
3.
|
TK A
|
3
|
4.
|
TK B
|
2
|
5.
|
Guru Bahasa Inggis
|
1
|
6.
|
Tenaga Administrasi
|
1
|
Jumlah
|
10
|
Tabel 4.1 Tenaga Pendidik GFC School
Di GFC School terdapat tiga kelas yaitu: Play Group dengan jumlah anak didik 12 anak (dapat bertambah dan
berkurang sewaktu-waktu) yang dibagi dalam dua periode belajar (PG A belajar di
hari senin, rabu dan jumat; PG B yang belajar di hari selasa, kamis dan jumat) dengan
2 pengajar, Taman Kanak-kanak A sebanyak 24 anak dengan 3 pengajar dan Taman Kanak-kanak
B sebanyak 23 anak dengan 2 orang pengajar dengan
rincian sebagai berikut:
No.
|
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
PG
|
5
|
7
|
12
|
2
|
TK A
|
10
|
14
|
24
|
3
|
TK B
|
15
|
8
|
23
|
Jumlah Siswa
|
69
|
Tabel 1.1 Data Siswa GFC School
Berdasarkan Kelas
Melalui penulisan skripsi ini
penulis ingin meneliti peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran
bagi moral anak didik. Beberapa kondisi
yang terjadi berdasarkan pengamatan penulis sesuai dengan fakta yang
ada di lapangan adalah beberapa guru terbiasa mengucapkan terima kasih kepada
anak didik ataupun guru yang lain setelah menerima sesuatu. Beberapa guru juga
terbiasa mengucapkan kata tolong saat meminta bantuan kepada anak didik maupun
rekan guru. Beberapa guru juga terbiasa menutup pintu kembali saat masuk
ataupun keluar dari kelas. Hal-hal yang
dilakukan oleh guru tersebut pada akhirnya juga dilakukan oleh anak didik.
Selain hal diatas diantara guru PG-TK
GFC School juga ada yang terbiasa bicara dengan berteriak sedangkan anak didik
dilarang untuk teriak-teriak, guru mengajarkan menggunakan semua anggota tubuh termasuk
tangan dengan baik tetapi di satu sisi beberapa guru memberikan sesuatu ke anak
didik dengan cara di lempar meskipun tidak sering.
Contoh lainnya adalah guru berteriak
sambil memukul papan tulis dengan penghapus papan, saat berusaha untuk
mendiamkan anak-anak yang ribut di jam belajar, dan tindakan tersebutpun dilakukan
oleh anak didik. Guru mengajar anak
didik berdoa dengan sikap yang baik (tutup mata dan lipat tangan) tetapi ada guru
yang tidak melakukan hal tersebut. Guru
melarang anak didik memanggil temannya dengan sebutan sembarangan tetapi guru
memanggil beberapa anak didiknya dengan sembarangan di depan teman-temannya
yang membuat anak tersebut malu, misalnya panggilan untuk anak didik yang
berbadan besar yaitu Gendut. Guru juga
melarang anak didik untuk terlambat masuk sekolah bahkan menghukum anak yang
terlambat dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas tetapi ternyata ada guru
yang datangnya sering terlambat.
Dari beberapa
kondisi di atas, penulis ingin memahami peran keteladanan guru dalam proses
pembelajaran bagi moral anak didik, melalui penulisan skripsi dengan judul “Peran
Keteladanan Guru Dalam Proses Pembelajaran Bagi Moral Anak didik (Studi PG-TK
kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School Juanda Sidoarjo Tahun Ajaran
2015/2016”).
Indentifikasi
Masalah
Dari uraian
latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Diantara
guru PG-TK GFC School ada yang terbiasa bicara dengan berteriak sedangkan anak
didik dilarang untuk berteriak, dari uraian di atas muncullah pertanyaan : Bagaimana
berkomunikasi yang baik di depan anak didik?
2. Guru
mengajarkan menggunakan semua anggota tubuh termasuk tangan dengan baik tetapi
di satu sisi beberapa guru memberikan sesuatu ke anak didik dengan cara di
lempar meskipun tidak sering. Maka muncul pertanyaan, bagaimanakah seharusnya
keselarasan antara perkataan dan perbuatan seorang guru?
3. Guru
mengajar anak didik berdoa dengan sikap yang baik (tutup mata dan lipat tangan)
tetapi guru sendiri tidak melakukan hal tersebut. Pertanyaannya disini adalah,
bagaimana guru memberikan contoh dalam hal sikap berdoa yang baik?
4. Guru
melarang anak didik memanggil temannya dengan sebutan sembarangan tetapi guru
memanggil beberapa anak didiknya dengan sembarangan misalnya panggilan untuk
anak didik yang berbadan besar yaitu Gendut. Bagaimana seharusnya sikap guru
dalam menerima anak didik apa adanya dalam hal kondisi fisik?
5. Guru juga
melarang anak didik untuk terlambat masuk sekolah bahkan menghukum anak yang
terlambat dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas tetapi ternyata ada guru
yang datangnya sering terlambat. Bagaimana kedisiplinan guru dalam hal waktu
mengajar?
6. Anak didik
memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh guru sehingga sudah
seharusnya guru memberikan contoh yang baik supaya hal-hal baik tersebut ditiru
oleh anak didik. Bagaimana peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi
moral anak didik PG-TK kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School?
Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada
pokok-pokok bahasan pada nomor : satu, dua dan enam.
1. Diantara
guru PG-TK GFC School ada yang terbiasa bicara dengan berteriak sedangkan anak
didik dilarang untuk berteriak, dari uraian di atas muncullah pertanyaan :
Bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak didik?
2. Guru
mengajarkan menggunakan semua anggota tubuh termasuk tangan dengan baik tetapi
di satu sisi beberapa guru memberikan sesuatu ke anak didik dengan cara di
lempar meskipun tidak sering. Maka muncul pertanyaan, bagaimanakah seharusnya
keselarasan antara perkataan dan perbuatan seorang guru?
3. Pada
permasalahan nomor enam yaitu anak didik memiliki kecenderungan untuk meniru
apa yang dilakukan oleh guru sehingga sudah seharusnya guru memberikan contoh
yang baik supaya hal-hal baik tersebut ditiru oleh anak didik. Bagaimana peran
keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik PG-TK
kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School?
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut
di atas, maka berikut ini ditetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana
berkomunikasi yang baik dengan anak didik?
2. Bagaimanakah
seharusnya keselarasan antara perkataan dan perbuatan seorang guru?
3. Bagaimana peran
keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik PG-TK
TK B di PG-TK Kristen GFC School?
Tujuan
Penelitian
Dengan mengacu kepada judul penelitian dan merujuk pada
rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara berkomunikasi
yang baik dengan anak didik.
2. Untuk mengetahui keselarasan
antara perkataan dan perbuatan seorang guru.
3.
Untuk
mengetahui peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak
didik PG-TK TK B di PG-TK Kristen GFC School?
Kepentingan Penelitian
Dari hasil penulisan penelitian ini diharapkan membawa manfaat antara lain:
Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian
mengenai pokok ini akan membawa kepentingan yang signifikan, diantaranya:
1.
Penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi pemikiran bagi para guru tentang teori dan konsep yang
benar terkait dengan keteladanan guru dan moral anak didik.
2.
Memberikan alternative sebagai
langkah antisipasi untuk perbaikan moral anak didik melalui keteladanan guru
dalam proses pembelajaran.
Kepentingan Praktis
1. Bagi sekolah
khususnya PG-TK Grow Fruit in Christ School, penelitian ini dapat menjadi bahan kajian yang penting dalam mengevaluasi
penerapan keteladanan dalam proses pembelajaran sehari-hari di sekolah.
2. Bagi para
guru khususnya guru PG-TK Grow Fruit in Christ School, dapat
menyadari bahwa seorang guru adalah menduduki posisi sentral dalam pendidikan
moral anak didik di sekolah sehingga harus terus belajar dalam mengembangkan
kepribadian diri sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi anak didik.
3. Bagi peneliti
supaya dapat menambah pengalaman, wawasan, dan untuk bekal
sebagai guru yang selalu menerapkan keteladanan dalam setiap proses
pembelajaran di kelas.
4. Sebagai
bahan masukan berupa informasi kepada mahasiswa agar dapat menambah
perbendaharaan kepustakaan tentang peran keteladanan seorang guru bagi moral
anak didik sehingga dapat diterapkan ketika mengajar kelak.
Metodologi
Metode Penelitian
Penelitian
dalam karya tulis ini memakai metode desktriptif kualitatif. Menurut Sugiyono
metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian dimana data dan
analisanya lebih bersifat kualitatif (berbentuk data, skema dan gambar).[10]
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumulan data yang
dipakai adalah:
Observasi,
yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena
sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.[11]
Wawancara, yaitu penulis
mengajukan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang
diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan
mendalam.[12]
Dokumentasi, menurut Suharsimi
Arikunto dokumentasi adalah kegiatan penelitian dengan mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip buku, notulen rapat dan
sebagainya. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.[13]
Definisi
Istilah
Untuk memberi kesamaan pemahaman dan
menghindari adanya perbedaan penafsiran dalam penelitian ini maka disampaikan
penjelasan istilah yang diperlukan sebagai berikut:
1.
Keteladanan berasal dari akar kata teladan yang
artinya adalah sesuatu (perbuatan, barang dsb) yang patut
ditiru; dicontoh[14]. Sedangkan keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh atau
hal yang tidak perlu kita ragukan lagi.
[15]
2. Guru. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia guru adalah orang yang kerjanya
mengajar.[16]
B.S. Sidjabat dalam bukunya Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa guru
merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog
dengan dunianya.[17]
Sedangkan nenurut E.D. Homrighausen dan I.H. Enklaar guru adalah gembala bagi
murid-muridnya.[18]
3. Pembelajaran
adalah usaha sadar dan terencana untuk meletakkan dasar Yesus Kristus (2 Kor.
3:13) dalam pertumbuhan iman Kristus dengan cara mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan yaitu melandaskan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.[19]
4. Moral berasal
dari kata latin Mos (Moris) yang
artinya adat istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan.[20]
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai ajaran
baik buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dsb).[21]
5. Anak didik atau
peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi moral, intelektual atau
mental, bahkan keindahan.[22]
Dalam penelitian ini anak didik kelas TK
B adalah anak-anak dengan rentang usia sekitar 5-6 tahun yang memasuki
pendidikan formal pertama.
6. PG-TK GFC
School adalah PG-TK Kristen yang beralamatkan di Ruko Surya Inti Permata Juanda
Blok A-23 Sidoarjo.
Sistematika Penulisan
Bab satu menjelaskan tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kepentingan penelitian yang terdiri dari kepentingan
teoritis dan kepentingan praktis, metodologi
penelitian terdiri dari metode penelitian dan metode pengumpulan data, definisi
istilah, sistematika penulisan.
Bab dua berisi tentang kajian teori,
kerangka berfikir yang membahas tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan
penelitian ini, yaitu masalah peran keteladanan guru bagi moral anak didik dan
pengajuan hipotesis.
Bab tiga membahas tempat
dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan
data, pengembangan instrument penelitian, dan teknik pengolahan data.
Bab empat berisi tentang hasil
penelitian dan pembahasan.
Bab lima berisi kesimpulan, dan
saran.
[1] Anik Pamilu, Mengoptimalkan Keajaiban Otak kanan&Otak
Kiri Anak (Magelang: Pustaka Horizona, 2008), 20.
[2] Indah Istapawati, Diktat PAK Anak (Sidoarjo: STTI Efrata,
2013), 57.
[3] Novelina Laheba, Guruku Sahabatku Panduan Mengajar Kreatif
untuk Guru Sekolah Minggu (Yogyakarta: Andi, 2007), 13.
[4] Singgih Gunarsah D, Dasar dan Teori Perkembangan Anak (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010), 123.
[5] Ibid, 124.
[6] Clerence H Benson, Teknik Mengajar untuk Pelayanan Pendidikan
di Gereja (Malang: Gandum Mas, 2007), 8.
[7] Stephen Tong dan Mary
Setiawani, Seni Membentuk Karakter
Kristen : Hikmat Guru & Ayah Bunda (Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1995), 38.
[8] Silvianne, wawancara 18 Oktober 2016
[9] Brosur PG-TK GFC School.
[10]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm. 14.
[11] Joko Subagyo, Metodologi
Penelitian Dalam Teori dan Praktek. (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), 63.
[12] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Yogyakarta: Rineka Cipta edisi revisi 2010), 270.
[13] Ibid, 330.
[16] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1986), 335.
[17]
Sidjabat, B.S, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 2000), 29.
[18] E.G.
Homrighausen, dan I.H. Enklaar, Pendidikan
Agama Kristen, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011), 164.
[19] Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab &
Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 52.
[20] Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 61.
[21] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1986), 654.
[22] Harianto
GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab
& Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 15.
0 komentar:
Posting Komentar