Maret 07, 2020
0
www.idntimes.com


CONTOH PROPOSAL
Oleh Vera A.K


BAB I

PENDAHULUAN
Pada bagian ini Penulis akan menjelaskan secara berturut-turut tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, metode penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Penelitian
Anak merupakan aset dan investasi yang penting bagi kehidupan di masa mendatang, tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi kedua orang tuanya, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara.[1]  Oleh sebab itu, perlu untuk memaksimalkan kecerdasan mereka.  Untuk mendapatkan anak-anak yang berkualitas bukan saja dalam bidang akademik tetapi juga dari segi moral, maka perlu adanya stimulasi sejak dini.  Anak-anak usia tiga sampai enam tahun adalah dikatakan sebagai usia emas atau golden age, di mana kondisi fisik dan otaknya sedang dalam pertumbuhan terbaiknya.  Otak anak berkembang dengan sangat pesat sekitar 80%.[2]   
Pada rentang usia tersebut anak mudah menyerap berbagai informasi ataupun rangsangan apapun dari luar, baik yang positif maupun negatif.  Sementara itu media telah menawarkan pada anak-anak berbagai macam hal seperti game dan masih ada berbagai pengaruh lain dari televisi maupun lingkungannya.[3]  Dalam tahap perkembangan alamiahnya, anak-anak usia dini akan belajar dengan cara mengamati, atau meniru sesuatu diluar dirinya (imitasi).[4]  Bandura et al juga mengemukakan bahwa belajar dengan mengamati bukan hanya meniru model, melainkan juga semua bentuk instruksi verbal.[5]
Meniru adalah suatu faktor yang penting dalam periode pertama dalam pembentukan kebiasaan seorang anak.  Ketika melihat sesuatu yang terjadi di depan mata, maka anak-anak akan meniru dan kemudian mengulang-ulangi perbuatan tersebut hingga menjadi kebiasaan baginya.  Pada usia emas tersebut, kemampuan anak-anak menyerap sesuatu di sekitarnya sangat cepat dan baik namun mereka belum memiliki pengetahuan yang benar, tentang baik-buruk, salah-benar, semua mereka serap apa adanya tanpa filter apapun dan mereka mengintegrasikan ke dalam diri mereka dengan caranya masing-masing karena kekurangpengetahuan tersebut.  Sesungguhnya fase kanak-kanak merupakan fase yang paling cocok, dan paling penting bagi seorang pendidik menanamkan prinsip-prinsip yang baik, lurus dan pengarahan yang benar ke dalam jiwa dan perilaku anak didik.
Oleh karena itu, kehati-hatian para pendidik dalam bersikap dan berkata harus diperhatikan mengingat bahwa anak-anak lebih mudah meniru apa yang disaksikan.  Pendidik atau guru adalah salah satu model atau figur yang berpengaruh terhadap moral anak.  Melalui Guru, anak melihat langsung suatu gaya berkomunikasi, berinteraksi dan cara mengajar seorang guru.  Oleh sebab itu teladan guru merupakan bagian penting dari proses pembelajaran.[6]  Keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang pendidik khususnya pendidik Kristen adalah keteladanan yang berdasarkan pada keteladanan dari Tuhan Yesus sendiri yang adalah guru yang diutus oleh Allah (Yoh 3:2).  
Menurut Mary Setiawani dan Stephen Tong dalam bukunya yang berjudul Seni membentuk Karakter Kristen mengatakan:
Kalau seorang guru memiliki kepribadian yang belum beres, atau tidak sesuai dengan kedudukan dan kewajibannya sebagai pendidik, maka pribadinya yang tidak baik akan merusak orang lain, sekalipun ia memiliki teori pendidikan yang sangat baik, yang terus menerus keluar dari mulutnya.[7]

Grow Fruit in Christ School (GFC School) merupakan salah satu sekolah Play Group-Taman Kanak-kanak Kristen yang berlokasi di daerah Juanda tepatnya di sebuah ruko yang beralamatkan di Ruko Surya Inti Permata Juanda Blok A-23 Sidoarjo.  GFC School Juanda didirikan pada tahun 2009 oleh Ibu Silvianna, selaku Kepala Sekolah dan adapun faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya PG-TK GFC School adalah[8]:
1.    Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menangani masalah pendidikan.
2.    Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lembaga pendidikan Kristen dengan biaya yang relatif murah sehingga dapat menjangkau masyarakat ekonomi menengah mengingat sangat mahalnya pendidikan Kristen yang ada saat ini.
3.    Sebagai bagian dari pelayanan gereja untuk anak-anak.
Adapun Visi sekolah yaitu Generasi yang Bertumbuh dan Berbuah di dalam Kristus. Sedangkan Misinya adalah[9]:
1.    Menjadi generasi yang hidup di dalam Kristus
2.    Generasi yang mengasihi Tuhan dan sesama
3.    Generasi yang berguna bagi Tuhan, Bangsa dan Negara, dan sesama.
GFC School mempunyai 6 guru kelas dan 1 pengajar part time (guru bahasa Inggris) dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, seorang tenaga admnistrasi dan seorang Kepala Sekolah yang semuanya beragama Kristen.  
No.
Kelas
Pendidik
1.
Kepala Sekolah merangkap Guru Mandarin
1
2.
PG
2
3.
TK A
3
4.
TK B
2
5.
Guru Bahasa Inggis
1
6.
Tenaga Administrasi
1
Jumlah
10

Tabel 4.1 Tenaga Pendidik GFC School
Di GFC School terdapat tiga kelas yaitu: Play Group dengan jumlah anak didik 12 anak (dapat bertambah dan berkurang sewaktu-waktu) yang dibagi dalam dua periode belajar (PG A belajar di hari senin, rabu dan jumat; PG B yang belajar di hari selasa, kamis dan jumat) dengan 2 pengajar, Taman Kanak-kanak A sebanyak 24 anak dengan 3 pengajar dan Taman Kanak-kanak B sebanyak 23 anak dengan 2 orang pengajar dengan rincian sebagai berikut:
No.
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
PG
5
7
12
2
TK A
10
14
24
3
TK B
15
8
23
Jumlah Siswa
69
Tabel 1.1 Data Siswa GFC School Berdasarkan Kelas

Melalui penulisan skripsi ini penulis ingin meneliti peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik.  Beberapa kondisi yang terjadi berdasarkan pengamatan penulis sesuai dengan fakta yang ada di lapangan adalah beberapa guru terbiasa mengucapkan terima kasih kepada anak didik ataupun guru yang lain setelah menerima sesuatu. Beberapa guru juga terbiasa mengucapkan kata tolong saat meminta bantuan kepada anak didik maupun rekan guru. Beberapa guru juga terbiasa menutup pintu kembali saat masuk ataupun keluar dari kelas.  Hal-hal yang dilakukan oleh guru tersebut pada akhirnya juga dilakukan oleh anak didik.
Selain hal diatas diantara guru PG-TK GFC School juga ada yang terbiasa bicara dengan berteriak sedangkan anak didik dilarang untuk teriak-teriak, guru mengajarkan menggunakan semua anggota tubuh termasuk tangan dengan baik tetapi di satu sisi beberapa guru memberikan sesuatu ke anak didik dengan cara di lempar meskipun tidak sering.
Contoh lainnya adalah guru berteriak sambil memukul papan tulis dengan penghapus papan, saat berusaha untuk mendiamkan anak-anak yang ribut di jam belajar, dan tindakan tersebutpun dilakukan oleh anak didik.  Guru mengajar anak didik berdoa dengan sikap yang baik (tutup mata dan lipat tangan) tetapi ada guru yang tidak melakukan hal tersebut.  Guru melarang anak didik memanggil temannya dengan sebutan sembarangan tetapi guru memanggil beberapa anak didiknya dengan sembarangan di depan teman-temannya yang membuat anak tersebut malu, misalnya panggilan untuk anak didik yang berbadan besar yaitu Gendut.  Guru juga melarang anak didik untuk terlambat masuk sekolah bahkan menghukum anak yang terlambat dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas tetapi ternyata ada guru yang datangnya sering terlambat.
Dari beberapa kondisi di atas, penulis ingin memahami peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik, melalui penulisan skripsi dengan judul “Peran Keteladanan Guru Dalam Proses Pembelajaran Bagi Moral Anak didik (Studi PG-TK kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School Juanda Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016”).

Indentifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Diantara guru PG-TK GFC School ada yang terbiasa bicara dengan berteriak sedangkan anak didik dilarang untuk berteriak, dari uraian di atas muncullah pertanyaan : Bagaimana berkomunikasi yang baik di depan anak didik?
2.    Guru mengajarkan menggunakan semua anggota tubuh termasuk tangan dengan baik tetapi di satu sisi beberapa guru memberikan sesuatu ke anak didik dengan cara di lempar meskipun tidak sering. Maka muncul pertanyaan, bagaimanakah seharusnya keselarasan antara perkataan dan perbuatan seorang guru?
3.    Guru mengajar anak didik berdoa dengan sikap yang baik (tutup mata dan lipat tangan) tetapi guru sendiri tidak melakukan hal tersebut. Pertanyaannya disini adalah, bagaimana guru memberikan contoh dalam hal sikap berdoa yang baik?
4.    Guru melarang anak didik memanggil temannya dengan sebutan sembarangan tetapi guru memanggil beberapa anak didiknya dengan sembarangan misalnya panggilan untuk anak didik yang berbadan besar yaitu Gendut. Bagaimana seharusnya sikap guru dalam menerima anak didik apa adanya dalam hal kondisi fisik?
5.    Guru juga melarang anak didik untuk terlambat masuk sekolah bahkan menghukum anak yang terlambat dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas tetapi ternyata ada guru yang datangnya sering terlambat. Bagaimana kedisiplinan guru dalam hal waktu mengajar?
6.    Anak didik memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh guru sehingga sudah seharusnya guru memberikan contoh yang baik supaya hal-hal baik tersebut ditiru oleh anak didik. Bagaimana peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik PG-TK kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School?

Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pokok-pokok bahasan pada nomor : satu, dua dan enam.
1.    Diantara guru PG-TK GFC School ada yang terbiasa bicara dengan berteriak sedangkan anak didik dilarang untuk berteriak, dari uraian di atas muncullah pertanyaan : Bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak didik?
2.    Guru mengajarkan menggunakan semua anggota tubuh termasuk tangan dengan baik tetapi di satu sisi beberapa guru memberikan sesuatu ke anak didik dengan cara di lempar meskipun tidak sering. Maka muncul pertanyaan, bagaimanakah seharusnya keselarasan antara perkataan dan perbuatan seorang guru?
3.    Pada permasalahan nomor enam yaitu anak didik memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh guru sehingga sudah seharusnya guru memberikan contoh yang baik supaya hal-hal baik tersebut ditiru oleh anak didik. Bagaimana peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik PG-TK kelas TK B di PG-TK Kristen GFC School?

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka berikut ini ditetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.    Bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak didik?
2.    Bagaimanakah seharusnya keselarasan antara perkataan dan perbuatan seorang guru?
3.    Bagaimana peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik PG-TK TK B di PG-TK Kristen GFC School?

Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada judul penelitian dan merujuk pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan anak didik.
2.    Untuk mengetahui keselarasan antara perkataan dan perbuatan seorang guru.
3.    Untuk mengetahui peran keteladanan guru dalam proses pembelajaran bagi moral anak didik PG-TK TK B di PG-TK Kristen GFC School?

Kepentingan Penelitian
Dari hasil penulisan penelitian ini diharapkan membawa manfaat  antara lain:

Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian mengenai pokok ini akan membawa kepentingan yang signifikan, diantaranya:
1.    Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran bagi para guru tentang teori dan konsep yang benar terkait dengan keteladanan guru dan moral anak didik.
2.    Memberikan alternative sebagai langkah antisipasi untuk perbaikan moral anak didik melalui keteladanan guru dalam proses pembelajaran.

Kepentingan Praktis
1.    Bagi sekolah khususnya PG-TK Grow Fruit in Christ School, penelitian ini dapat menjadi bahan kajian yang penting dalam mengevaluasi penerapan keteladanan dalam proses pembelajaran sehari-hari di sekolah.
2.    Bagi para guru khususnya guru PG-TK Grow Fruit in Christ School, dapat menyadari bahwa seorang guru adalah menduduki posisi sentral dalam pendidikan moral anak didik di sekolah sehingga harus terus belajar dalam mengembangkan kepribadian diri sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi anak didik.
3.    Bagi peneliti supaya dapat menambah pengalaman, wawasan, dan untuk bekal sebagai guru yang selalu menerapkan keteladanan dalam setiap proses pembelajaran di kelas.
4.    Sebagai bahan masukan berupa informasi kepada mahasiswa agar dapat menambah perbendaharaan kepustakaan tentang peran keteladanan seorang guru bagi moral anak didik sehingga dapat diterapkan ketika mengajar kelak.

Metodologi
Metode Penelitian
Penelitian dalam karya tulis ini memakai metode desktriptif kualitatif. Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian dimana data dan analisanya lebih bersifat kualitatif (berbentuk data, skema dan gambar).[10]

Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumulan data yang dipakai adalah:
Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.[11]
Wawancara, yaitu penulis mengajukan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.[12]
Dokumentasi, menurut Suharsimi Arikunto dokumentasi adalah kegiatan penelitian dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip buku, notulen rapat dan sebagainya. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.[13]

Definisi Istilah
Untuk memberi kesamaan pemahaman dan menghindari adanya perbedaan penafsiran dalam penelitian ini maka disampaikan penjelasan istilah yang diperlukan sebagai berikut:
1.        Keteladanan berasal dari akar kata teladan yang artinya adalah sesuatu (perbuatan, barang dsb) yang patut ditiru; dicontoh[14]. Sedangkan keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh atau hal yang tidak perlu kita ragukan lagi. [15]
2.    Guru. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia guru adalah orang yang kerjanya mengajar.[16] B.S. Sidjabat dalam bukunya Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa guru merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya.[17] Sedangkan nenurut E.D. Homrighausen dan I.H. Enklaar guru adalah gembala bagi murid-muridnya.[18]
3.    Pembelajaran adalah usaha sadar dan terencana untuk meletakkan dasar Yesus Kristus (2 Kor. 3:13) dalam pertumbuhan iman Kristus dengan cara mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan yaitu melandaskan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[19]
4.    Moral berasal dari kata latin Mos (Moris) yang artinya adat istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan.[20] Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai ajaran baik buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dsb).[21]
5.    Anak didik atau peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi moral, intelektual atau mental, bahkan keindahan.[22]  Dalam penelitian ini anak didik kelas TK B adalah anak-anak dengan rentang usia sekitar 5-6 tahun yang memasuki pendidikan formal pertama.
6.    PG-TK GFC School adalah PG-TK Kristen yang beralamatkan di Ruko Surya Inti Permata Juanda Blok A-23 Sidoarjo.

Sistematika Penulisan
Bab satu menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kepentingan penelitian yang terdiri dari kepentingan teoritis dan kepentingan praktis,  metodologi penelitian terdiri dari metode penelitian dan metode pengumpulan data, definisi istilah, sistematika penulisan.
Bab dua berisi tentang kajian teori, kerangka berfikir yang membahas tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu masalah peran keteladanan guru bagi moral anak didik dan pengajuan hipotesis.
Bab tiga membahas tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan data, pengembangan instrument penelitian, dan teknik pengolahan data.
Bab empat berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.
Bab lima berisi kesimpulan, dan saran.



[1] Anik Pamilu, Mengoptimalkan Keajaiban Otak kanan&Otak Kiri Anak (Magelang: Pustaka Horizona, 2008), 20.
[2] Indah Istapawati, Diktat PAK Anak (Sidoarjo: STTI Efrata, 2013), 57.
[3] Novelina Laheba, Guruku Sahabatku Panduan Mengajar Kreatif untuk Guru Sekolah Minggu (Yogyakarta: Andi, 2007), 13.
[4] Singgih Gunarsah D, Dasar dan Teori Perkembangan Anak (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 123.
[5] Ibid, 124.
[6] Clerence H Benson, Teknik Mengajar untuk Pelayanan Pendidikan di Gereja (Malang: Gandum Mas, 2007), 8.
[7] Stephen Tong dan Mary Setiawani, Seni Membentuk Karakter Kristen : Hikmat Guru & Ayah Bunda (Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995), 38.
[8] Silvianne, wawancara 18 Oktober 2016
[9] Brosur PG-TK GFC School.
[10]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm. 14.
[11] Joko Subagyo, Metodologi Penelitian Dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 63.
[12] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Yogyakarta: Rineka Cipta edisi revisi 2010), 270.
[13] Ibid, 330.
[14] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 1036.
[15] Ibid
[16] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 335.
[17] Sidjabat, B.S, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 29.
[18] E.G. Homrighausen, dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011), 164.
[19] Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 52.
[20] Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 61.
[21] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 654.
[22] Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 15.

0 komentar: