Maret 04, 2020
0
mamikos.com


Contoh Proposal
Oleh: Septinus Waruwu

BAB I
PENDAHULUAN
  
Dalam bab ini akan dijelaskan secara sistematis latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metode penelitian, metode penulisan, definisi istilah dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah
Persekutuan Oikumene Juanda adalah persekutuan yang didirikan pada 22 Desember 1978 dan diresmikan oleh Panglima daerah TNI-AL yang bernama Atmodjo Brotodarmodjo (Laksamana Muda TNI).[1] Awalnya Persekutuan Oikumene Juanda didirikan di Komplek Lanudal Juanda namun beberapa waktu kemudian Persekutuan Oikumene Juanda dipindahkan ke Komplek Puspenerbal Juanda yang dikenal sampai saat ini.[2] Alasan perpindahan persekutuan ini adalah karena di Komplek Lanudal Juanda Persekutuan Oikumene Juanda hanya di hadiri oleh anggota-anggota ABRI dan keluarganya.[3] Namun setelah dipindahkan di Komplek Puspenerbal Juanda maka anggota jemaat yang hadir semakin banyak yang terdiri dari berbagai macam interdenominasi gereja.
Denominasi gereja yang bergabung di Persekutuan Oikumene Juanda adalah Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB), Gereja Bethany, Gereja Protestan Di Indonesia (GPDI), Gereja Huria Kristen Batak Protestan (GHKBP), dan Gereja Kristen Injili (GKI).[4] Keunikan inilah yang membuat Persekutuan Oikumene Juanda berbeda dengan gereja-gereja pada umunya. Apabila gereja pada umunya hanya terdiri dari satu denominasi namun Persekutuan Oikumene Juanda mampu menyatukannya menjadi satu tubuh Kristus. Ketua Persekutuan Oikumene Juanda memberi alasan mengapa persekutuan ini disebut Persekutuan Oikumene Juanda dan bukanlah gereja yaitu karena tujuan awal persekutuan ini adalah bukanlah mendirikan gereja namun membentuk persekutuan Kristen untuk membangun kerohaniaan anggota – anggota ABRI di Lanudal Juanda.[5]
Persekutuan Oikumene Juanda memiliki dukungan yang kuat dari pemerintahan setempat baik berupa materi maupun jaminan gedung persekutuan yang permanen. Hal ini tertulis dalam Addendum kedua perjanjian kerja sama antara Gereja Persekutuan Oikumene Juanda dengan pangkalan utama TNI AL V pada tahun 2011 yang berisi:
Bahwa Pangkalan Utama TNI AL V mempunyai sebidang tanah BMN TNI AL seluas 800 m² di kompleks TNI AL Pulungan sidoarjo. Tanah tersebut diperuntukkan sebagai tempat sarana Gereja dalam rangka memenuhi hak prajurit AL beserta keluarganya berupa rawatan dan layanan kedinasan pembinaan mental dan pelayanan keagamaan sebagai mana di atur dalam pasal 50 ayat 2-3 undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang tentara nasional Indonesia.[6]

Ketua Persekutuan Oikumene Juanda saat ini menegaskan bahwa awal terbentuknya persekutuan ini di dasari oleh firman Tuhan dan kehidupan jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul. Persekutuan ini mengklaim bahwa kehidupan jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 membuktikan bahwa mereka hidup bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis. 2:42). Sehingga terbentuklah Persekutuan Oikumene Juanda dan diresmikan oleh Panglima daerah TNI-AL yang bernama Atmodjo Brotodarmodjo pada 22 Desember 1978.[7]
Pertambahan anggota jemaat secara kuantitatif maupun secara kualitatif pun semakin meningkat. Namun Persekutuan Oikumene Juanda menyadari visi misinya bahwa persekutuan ini didirikan bukanlah untuk menjadikan jemaat gereja lain menjadi jemaat tetap dan terdaftar sebagai anggota Persekutuan Oikumene Juanda. Sebab Persekutuan Oikumene Juanda hanyalah wadah yang bertujuan untuk memberikan ruang pendalaman Alkitab bagi anggota jemaat yang hadir. Visi dari Persekutuan Oikumene Juanda adalah hidup seperti Tuhan Yesus. Maksudnya adalah Persekutuan Oikumene Juanda bertujuan untuk merangkul semua denominasi-denominasi yang berbeda. Sama halnya yang Tuhan Yesus lakukan ketika Ia memanggil murid-muridnya tanpa melihat latar belakang dan status sosial. Sedangkan misinya adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan Yesus terutama dalam Persekutuan Oikumene Juanda.
Dalam penyelenggaraan ibadah minggu, anggota jemaat yang hadir dilayani oleh hamba-hamba Tuhan dari berbagai denominasi gereja dengan ketentuan yakni tidak mengajarkan doktrin dari gereja asal seperti baptis selam, bahasa roh dan lain sebagainya. Persekutuan Oikumene Juanda bukanlah dipimpin oleh seorang pendeta atau gembala sidang namun hanya dipimpin dan dibina oleh pengurus yang terpilih yakni Komandan Lanudal Juanda. Persekutuan Oikumene Juanda juga tidaklah menyelenggarakan sakramen-sakramen seperti sakramen baptisan, perjamuan kudus serta upacara-upacara gerejawi seperti pemberkatan nikah, pelayanan orang mati kecuali ibadah perayaan natal, dan ibadah perayaan paskah. Semua sakramen maupun upacara-upacara gerejawi di atas dilaksanakan oleh anggota jemaat di gereja asal masing-masing kecuali ibadah perayaan natal, dan ibadah perayaan paskah. Lalu bagaimana dengan jemaat yang tidak pernah mengikuti sakramen? Bidang kerohanian Persekutuan Oikumene Juanda menjelaskan bahwa sejauh ini tidak ada anggota jemaat yang tidak memiliki gereja induk. Namun apabila ada anggota jemaat baru, maka Persekutuan Oikumene Juanda akan menyerahkan kepada gereja relasi setempat yang memiliki denominasi gereja yang sama dengan anggota jemaat tersebut.[8]
Terwujudnya suatu  program pelayanan dalam Persekutuan Oikumene Juanda tidak terlepas dari pemimpin-pemimpin yang sudah ditetapkan. Adapun bentuk-bentuk kepengurusan dalam Persekutuan Oikumene Juanda terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, seksi rohani, seksi pembangunan dan seksi sosial (termasuk diakonia). Persekutuan Oikumene Juanda memiliki relasi yang baik dengan gereja-gereja setempat sehingga semua pengurus dalam Persekutuan Oikumene Juanda berasal dari denominasi gereja yang berbeda.
Dalam Persekutuan Oikumene Juanda bukan hanya ibadah minggu pagi saja namun terdiri dari beberapa bagian di antaranya yakni ibadah minggu pagi (jam 8 pagi), ibadah sekolah minggu (jam 8 pagi), ibadah tunas remaja (jam 4 sore), ibadah pemuda (jam 5 sore), menara doa (kamis jam 10 pagi), dan ibadah sekolah minggu sabtu ceria (jam 4 sore). Rata-rata jumlah anggota jemaat yang hadir setiap minggu adalah 150 0rang. Namun pada saat acara-acara besar seperti paskah, tujuh belasan agustus, natal dan tahun baru mencapai 500 jumlah anggota jemaat yang hadir. Sedangkan anak-anak sekolah minggu rata-rata berjumlah 100 anak, tunas remaja 20 orang, dan pemuda sebanyak 15 orang. Adapun kegiatan-kegiatan di luar gereja yakni kebaktian padang, retreat, kunjungan ke panti asuhan ataupun panti jompo, kunjungan kepada orang-orang sakit dan kegiatan bakti sosial.
Persekutuan Oikumene Juanda memberikan kebebasan kepada semua anggota jemaat yang hadir untuk terlibat dalam pelayanan. Meskipun demikian, tetap ada pengawasan dan pembinaan terlebih dahulu bagi setiap anggota jemaat yang melayani. Bentuk-bentuk pelayanan yang ada yakni pelayanan sekolah minggu setiap hari sabtu sore dan minggu pagi, pelayanan altar yang terdiri dari pendamping satu sebagai pemimpin ibadah, pendamping dua sebagai pembaca warta jemaat, pendamping tiga sebagai pendamping pendeta untuk membacakan firman Tuhan, pelayanan multimedia, dan pemandu pujian. Semua yang terlibat dalam pelayanan ini ialah dari interdenominasi gereja yang berbeda dan bahkan jemaat biasa sekalipun terlibat dalam pelayanan ini. Tujuan utama Persekutuan Oikumene Juanda melibatkan semua anggota jemaat dalam pelayanan adalah untuk memperlengkapi anggota jemaat yang ada supaya terlibat juga dalam pelayanan di gereja asal masing-masing.
Secara umum oikumene merujuk pada pengertian yang universal dan terdiri dari berbagai denominasi gereja-gereja. Namun pada kenyataannya dengan banyaknya denominasi yang bergabung dalam Persekutuan Oikumene Juanda membuat beberapa pemisah antar denominasi yang satu dengan denominasi yang lainnya. Meskipun demikian, doktrin atau pengajaran yang dibawa ke dalam Persekutuan Oikumene Juanda bersifat interdenominasi. Hanya saja, karena ini bersifat persekutuan maka penekanan pengajarannya lebih bersifat praktis dan mudah dimengerti oleh anggota jemaat dan tidak menyimpang dari doktrin denominasi gereja lainnya.
Persekutuan Oikumene Juanda juga memiliki kelebihan yang membuatnya berbeda dengan gereja pada umunya. Pada umumnya dalam suatu gereja pembawa firman harus dari gereja dengan doktrin yang sama, para pelayan haruslah para penatua atau majelis yang sudah ditentukan sehingga jemaat tidak pernah terlibat sama sekali dalam pelayanan. Namun, dalam Persekutuan Oikumene Juanda anggota jemaat yang senantiasa hadir diberi kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan kecuali pelayanan firman Tuhan karena pelayanan firman Tuhan dilayani oleh hamba-hamba Tuhan atau pendeta yang diundang dari gereja-gereja relasi setempat.  Persekutuan Oikumene Juanda juga sedikit berbeda dengan gereja pada umumnya karena Persekutuan Oikumene Juanda memiliki dukungan penuh dari pemerintah setempat. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi oleh Persekutuan Oikumene Juanda sama halnya yang dialami oleh gereja-gereja pada umumnya. Sebab dalam mempersatukan budaya, doktrin dan yang lainnya tidaklah mudah.
Beberapa kompleksitas masalah lain yang dihadapi oleh Persekutuan Oikumene Juanda. Pertama, karena Persekutuan Oikumene Juanda tidak bersifat menjadikan anggota jemaat menjadi anggota jemaat tetap di Persekutuan Oikumene Juanda maka Persekutuan Oikumene Juanda memiliki kesulitan dalam menjadwal anggota jemaat yang hadir untuk terlibat dalam pelayanan. Kedua, Persekutuan Oikumene Juanda tidak memiliki pengerja-pengerja tetap seperti gereja atau lembaga-lembaga lain pada umumnya. Ketiga, Persekutuan Oikumene Juanda tidak pernah berharap sampai saat ini untuk memiliki seorang gembala atau pendeta. Sebab Persekutuan Oikumene Juanda menyadari bahwa tujuan awal terbentuknya persekutuan ini bukanlah bersifat mengikat tetapi hanyalah tempat pendalaman Alkitab bagi semua anggota jemaat yang hadir. Keempat, Persekutuan Oikumene Juanda tidak dapat memperkirakan berapa jumlah anggota jemaat yang akan hadir tiap minggunya. Alasannya adalah karena anggota jemaat yang hadir memang bukanlah anggota jemaat yang tetap dan terikat dengan Persekutuan Oikumene Juanda.
Persekutuan Oikumene Juanda tidak leluasa mengadakan pelayanan kunjungan seperti yang dilakukan gereja pada umumnya. Sebab kunjungan adalah tanggung jawab gereja anggota jemaat masing-masing. Namun, Persekutuan Oikumene Juanda hanya dapat melakukan kunjungan kepada orang-orang sakit dan anggota jemaat yang baru melahirkan. Selain itu Persekutuan Oikumene Juanda tidak memiliki hak untuk berkunjung ke rumah anggota jemaat kecuali dapat izin dari gereja setempat. Terkait beberapa hal di atas, Persekutuan Oikumene Juanda sangat berharap bahwa pelayanan dalam persekutuan terlaksana dengan baik dan semestinya.
Gereja-gereja relasi memberi dukungan penuh atas jalannya Persekutuan Oikumene Juanda baik berupa tenaga maupun materi. Keterlibatan anggota jemaat dalam kepengurusan Persekutuan Oikumene Juanda dan dalam pelayanan merupakan izin dari gereja-gereja relasi. Akan tetapi sebagai konsekuensinya adalah Persekutuan Oikumene Juanda tidak dapat melibatkan anggota jemaat sepenuhnya dalam pelayanan. Sebab anggota jemaat tersebut juga terlibat dalam pelayanan di gereja masing-masing. Oleh karena itu, hal inilah yang merupakan sebagian  tantangan yang dihadapi oleh Persekutuan Oikumene Juanda.
Adapun harapan Persekutuan Oikumene Juanda yakni memperlengkapi anggota jemaat dengan cara mengadakan seminar-seminar pelayanan. Hal demikian belum juga terwujud hingga saat ini. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam Persekutuan Oikumene Juanda itu sendiri maupun faktor kurangnya dukungan dari gereja-gereja relasi. Harapan lainnya adalah memperkenalkan anggota jemaat pentingnya terlibat dalam pelayanan misi. Tujuannya adalah supaya pelayanan Persekutuan Oikumene Juanda bukan hanya fokus pada Persekutuan Oikumene Juanda saja, namun pelayanan di luar Persekutuan Oikumene Juanda juga sangat penting.
Melihat fenomena ini, maka penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode SWOT. Metode SWOT kepanjangan dari: Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Sedangkan Strength sendiri artinya kekuatan yaitu menilai dan memperhitungkan kekuatan daya yang ada pada suatu institusi atau organisasi. Weakness artinya kelemahan yaitu menggali dan mengenali faktor kelemahan yang ada dan yang dapat menjadi kendala untuk maju. Opportunity artinya peluang yaitu kejelian untuk menemukan serta menggunakan peluang yang ada atau mungkin ada. Threat artinya ancaman yaitu kejelian untuk melihat potensi-potensi ancaman yang datang dari berbagai sumber yang dapat menghambat pencapaian tujuan dari suatu organisasi. Sedangkan fungsi dari SWOT itu sendiri yaitu menolong setiap organisasi guna memahami dengan melihat dirinya, mengevaluasi serta mengetahui fakta yang ada.[9]
Dalam bukunya “Menejemen Strategik Keorganisasian Publik” Heene Aime,  mengatakan:
SWOT merupakan suatu bentuk pemikiran yang lebih luas, karena mampu menemukan kelemahan, serta penguatan-penguatan yang dapat diupayakan untuk menciptakan suatu kreatifitas nilai kemasa depan yang lebih baik.[10]

Sedangkan dalam bukunya “Manajemen Strategik” Amir TaufiQ, mengatakan:
SWOT merupakan suatu teknik yang relative sederhana berupa alat yang dapat memudahkan dalam menganalisis dan merumuskan strategi yang hendak dilakukan melalui pembuatan kolom-kolom yang memuat daftar tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi dalam organisasi”.[11]

SWOT merupakan salah satu teknik  atau metode yang relative sederhana yang dapat digunakan untuk membentuk suatu strategi dan kebijakan bagi setiap industri. SWOT hanya alat yang dapat memudahkan dalam menganalisis dan merumuskan suatu strategi.[12] SWOT juga memiliki jangkauan pemikiran yang lebih luas, dalam arti bahwa SWOT dapat digunakan dalam berbagai macam bidang. Misalnya, bidang industri, perusahaan, kesehatan, pendidikan dan kerohanian.
Sebab dari metode SWOT, memberi arahan kepada organisasi untuk:
1.      Mendata barang-barang milik organisasi, baik secara kuantitas dan kualitas dari sarana-sarana finansial, sumber daya manusai dan sarana.
2.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan yang bersifat khusus, serta pengkordinasian dan pencatatan sarana-sarana yang mempengaruhi kemampuan penciptaan nilai-nilai dari organisasi.
3.      Memfokuskan diri terhadap lingkungan eksternal suatu organisasi yang menentukan sesuatu yang berubah-ubah, dan kekuatan yang menentukan strategikal organisasi serta yang mempengaruhi alternative strateginya.
4.      Dapat mengetahui peluang-peluang yang menyediakan kesempatan untuk mewujudnyatakan rencana organisasi dengan lebih lancar, cepat serta dengan biaya yang lebih ringan.[13]
Melihat penjelasan-penjelasan di atas, SWOT merupakan salah satu bentuk metode yang memiliki jangkauan yang lebih luas dalam arti dapat digunakan dalam berbagai macam bidang untuk membuat suatu program kerja, menganalisis suatu kondisi yang berubah-ubah. Metode ini pun dengan mudah digunakan untuk dapat mengetahui segala kelebihan, kekurangan, peluang dan hambatan. Yang bekerja secara terfokus pada sasaran, dengan cara yang sistematis yang mampu meneliti lingkungan internal maupun eksternal keorganisasian.
Oleh karena itu penulis akan membahas skripsi tentang: “Analisa SWOT Terhadap Persekutuan Oikumene di Puspenerbal Juanda dan Implikasinya Terhadap Perkembangan Persekutuan Kedepan.”

Identifikasi Masalah
Mengacu pada topik penelitian ini dan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan mengidentifikasikan beberapa masalah yang penulis anggap sangat penting untuk dibahas dalam penelitian ini yakni:
1.      Bagaimanakah sistem kepemimpinan yang ada dalam Persekutuan Oikumene Juanda?
2.      Apakah Persekutuan Oikumene bertumbuh dan berkembang baik secara kualitatif maupun kuantitatif sama seperti gereja, organisasi atau lembaga pada umumnya?
3.      Apabila dalam sebuah gereja dipimpin atau digembalakan oleh seorang pendeta, lalu bagaimanakah dengan pastoral konseling dalam Persekutuan Oikumene Juanda bilamana hanya dipumpin oleh orang awam dan bukanlah seorang pendeta?
4.      Bagaimana peranan Persekutuan Oikumene Juanda dalam mengatasi setiap anggota jemaat yang tidak pernah mengikuti sakramen sedangkan dalam Persekutuan Oikumene Juanda tidak mengadakan sakramen sama sekali?
5.      Bagaimanakah dengan ADRT dari Persekutuan Oikumene Juanda?
6.      Apa yang menjadi Strength yakni kekuatan dari Persekutuan Oikumene Juanda?
7.      Apa yang menjadi Weakness yakni kelemahan dari Persekutuan Oikumene Juanda?
8.      Apa yang menjadi Opportunity yakni peluang dari Persekutuan Oikumene Juanda?
9.      Apa yang menjadi Threat yakni ancaman yang dapat membuat Persekutuan Oikumene tidak dapat bertumbuh dan berkembang.
10.  Apa yang menjadi prospek untuk perkembangan Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.

Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi beberapa masalah saja yang menurut penulis sangat penting untuk dibahas dalam penelitian ini. Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang menjadi Strength yakni kekuatan dari Persekutuan Oikumene Juanda?
2.      Apa yang menjadi Weakness yakni kelemahan dari Persekutuan Oikumene Juanda?
3.      Apa yang menjadi Opportunity yakni peluang dari Persekutuan Oikumene Juanda?
4.      Apa yang menjadi Threat yakni ancaman yang dapat membuat Persekutuan Oikumene tidak dapat bertumbuh dan berkembang.
5.      Apa yang menjadi prospek untuk perkembangan Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis menetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1.      Apa yang menjadi Strength yakni kekuatan dari Persekutuan Oikumene Juanda?
2.      Apa yang menjadi Weakness yakni kelemahan dari Persekutuan Oikumene Juanda?
3.      Apa yang menjadi Opportunity yakni peluang dari Persekutuan Oikumene Juanda?
4.      Apa yang menjadi Threat yakni ancaman yang dapat membuat Persekutuan Oikumene tidak dapat bertumbuh dan berkembang.
6.      Apa yang menjadi prospek untuk perkembangan Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan skripsi ini dapat di uraikan sebagai berikut:
1.      Untuk menjelaskan apa kekuatan (strength) Persekutuan Oikumene Juanda.
2.      Untuk menjelaskan apa yang menjadi kelemahan (weakness) Persekutuan Oikumene Juanda.
3.      Untuk menjelaskan peluang (opportunity) apa yang dimiliki Persekutuan Oikumene Juanda.
4.      Untuk menguraikan ancaman (threat) yang kemungkinan besar ada dalam Persekutuan Oikumene Juanda.
5.      Untuk menjelaskan prospek perkembangan Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.

Signifikansi Penulisan
Hasil penulisan mengenai “Analisa SWOT Terhadap Persekutuan Oikumene Di Puspenerbal Juanda Dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Ke Depan” ini diharapkan akan membawa dampak yang nyata bagi pelayanan Kristen masa kini, khususnya dalam pemahaman yang kritis tentang kompleksitas masalah dalam persekutuan, baik kepentingan secara teoritis maupun kepentingan secara praktis seperti berikut ini:

Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penulisan skripsi ini akan membawa kepentingan yang signifikan, diantaranya:
Pertama, melalui skripsi ini akan membawa dampak besar bagi semua orang untuk lebih memahami bagaimana caranya mengevaluasi pelayanan dengan menggunakan metode SWOT.
Kedua, melalui skripsi ini penulis berharap akan memberi wawasan baru bagi siapapun untuk menyadari masalah yang ada dalam persekutuan.
Ketiga, skripsi ini dapat menjadi bahan masukan, bahan kajian yang penting dalam mengevaluasi pelayanan-pelayanan dalam persekutuan, organisasi, lembaga, gereja maupun di luar gereja.
Keempat, melalui skripsi ini penulis berharap akan memberi sumbangsih bagi para pelayan-pelayan atau hamba-hamba Tuhan supaya benar-benar memahami Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity (kesempatan atau peluang) Threat (ancaman) dalam persekutuan ataupun dalam gereja pada umumnya.

Kepentingan Praktis
Sedangkan secara praktis, hasil penulisan skripsi ini akan membawa kepentingan-kepentingan yang signifikan, sebagai berikut:
Pertama, bagi pembaca siapapun orangnya, yang akan melayani maupun yang sedang melayani di Persekutuan Oikumene Juanda, di gereja ataupun lembaga-lembaga kerohanian lainnya agar dapat melihat pekerjaan Tuhan secara universal.
Kedua, bagi Persekutuan Oikumene Juanda, supaya dapat memiliki pemahaman yang kritis tentang kompleksitas masalah dalam persekutuan.
Ketiga, bagi penulis sendiri, supaya dapat memiliki pemahaman yang kritis terhadap analisa SWOT pada suatu persekutuan, lembaga ataupun gereja pada umumnya dan juga dapat membuka wawasan penulis untuk mempersiapkan diri dalam pelayanan di persekutuan di masa yang akan datang.

Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian, penulis menggunakan metode yakni:

Metode penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan  memakai metode kualitatif. Metode kualitatif yakni metode yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam suatu peristiwa tertentu.[14]

Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui riset lapangan dengan cara wawancara kepada beberapa anggota jemaat, pemimpin atau pembina serta para tua-tua yang sudah lama mengabdikan diri di Persekutuan Oikumene Juanda serta pengamatan secara langsung.

Definisi Istilah
Untuk mempermudah memahami istilah-istilah sulit maka akan dijelaskan dibawah ini:
SWOT yaitu kepanjangan dari Strength, Weakness, Opportunity, Threat.[15]
Strength   : Kekuatan yaitu menilai dan memperhitungkan kekuatan daya pada satu institusi persekutuan atau organisasi.[16]
Weakness   : Kelemahan yaitu menggali dan mengenali faktor kelemahan yang ada dan yang dapat menjadi kendala untuk maju.[17]
Opportunity : Peluang yaitu kejelian untuk menemukan serta menggunakan peluang yang ada atau mungkin ada.[18]
Threat      : Ancaman yaitu kejelian untuk melihat potensi-potensi ancaman yang datang dari berbagai sumber yang dapat menghambat pencapaian tujuan dari satu organisasi.[19]
Analisa     : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan lain-lain).[20]
Prospek      : kemungkinan atau harapan ke depan.[21]

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan telah disusun oleh penulis sebagai berikut:
Bab I, penulis akan membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metodologi penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.
Bab II, kajian teori dari metode SWOT yang mencakup: pengertian, latar belakang sejarah munculnya, kelebihan dan kelemahannya serta prinsip yang dapat dipahami.
Bab III, metodologi penelitian atau riset lapangan terhadap perkembangan Persekutuan Oikumene di Puspenerbal Juanda.
Bab IV, analisa data dengan pendekatan SWOT dan pemecahan masalah
Bab V adalah penutup yang menguraikan kesimpulan, implikasi dan saran.





[1] Sutardi,“Sejarah Awal Mula Berdirinya Persekutuan Oikumene,” Wawancara Oleh Septinus Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 20 September 2015.
[2] Puspenerbal dan Lanudal adalah singkatan dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut dan Landasan Udara dan Angkatan Laut.
[3] ABRI adalah singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
[4] Sutardi,“Sejarah Awal Mula Berdirinya Persekutuan Oikumene,” Wawancara Oleh Septinus Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 20 September 2015.
[5] Sutardi, “Alasan Disebut Persekutuan dan Bukan Gereja,” Wawancara Oleh Septinus Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 06 Februari 2016.

[6]  Addendum Perjanjian Kerja Sama Gereja Oikumene dengan Pangkalan Utama TNI AL V.
[7] Sutardi, “Sejarah Awal Mula Berdirinya Persekutuan Oikumene,” Wawancara Oleh Septinus Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 06 Februari 2016.

[8] Sri Ulupi, “Sakramen,” Wawancara Oleh Septinus Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 21 Februari 2016.


[9] Dr. Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1997), 180.
[10] Heene Aime, Menejemen Strategik Keorganisasian Publik, (Bandung: PT Rapika Adi Tama, 2011), 148.
[11] Amir TaufiQ, Manajemen Strategik, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2011), 105.
[12] Ibid. 107.
[13]  Heene Aime, op cit. 148-149.
[14] Dr. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metotologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81.
[15] Dr. Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1997), 180.
[16] Ibid. 180.
[17]  Ibid. 180.
[18]  Ibid. 180.
[19]  Ibid. 180.
[20] Anton M. Moelino, et al., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 32.
[21]  Ibid. 703.

0 komentar: