mamikos.com
Contoh Proposal
Oleh: Septinus Waruwu
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan secara sistematis latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metode penelitian, metode
penulisan, definisi istilah dan sistematika penulisan.
Latar
Belakang Masalah
Persekutuan
Oikumene Juanda adalah persekutuan
yang didirikan pada 22 Desember 1978 dan diresmikan oleh Panglima daerah TNI-AL
yang bernama Atmodjo Brotodarmodjo (Laksamana Muda TNI).[1]
Awalnya Persekutuan Oikumene Juanda didirikan
di
Komplek Lanudal Juanda namun beberapa waktu kemudian Persekutuan Oikumene Juanda dipindahkan ke Komplek Puspenerbal Juanda yang dikenal
sampai saat ini.[2]
Alasan perpindahan persekutuan ini adalah karena di Komplek Lanudal Juanda
Persekutuan Oikumene Juanda hanya di hadiri
oleh anggota-anggota ABRI dan keluarganya.[3]
Namun setelah dipindahkan di Komplek Puspenerbal Juanda maka anggota jemaat
yang hadir semakin banyak yang terdiri dari berbagai macam interdenominasi
gereja.
Denominasi gereja
yang bergabung di Persekutuan Oikumene Juanda
adalah
Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB),
Gereja Bethany, Gereja Protestan Di Indonesia (GPDI), Gereja Huria Kristen Batak Protestan (GHKBP), dan Gereja Kristen Injili (GKI).[4] Keunikan inilah yang membuat Persekutuan Oikumene
Juanda berbeda dengan gereja-gereja pada umunya. Apabila gereja pada umunya
hanya terdiri dari satu denominasi namun Persekutuan Oikumene Juanda mampu
menyatukannya menjadi satu tubuh Kristus. Ketua Persekutuan Oikumene Juanda memberi
alasan mengapa persekutuan ini disebut Persekutuan Oikumene Juanda dan bukanlah
gereja yaitu karena tujuan awal persekutuan ini adalah bukanlah mendirikan
gereja namun membentuk persekutuan Kristen untuk membangun kerohaniaan anggota
– anggota ABRI di Lanudal Juanda.[5]
Persekutuan Oikumene Juanda memiliki dukungan yang
kuat dari pemerintahan setempat baik berupa materi maupun jaminan gedung
persekutuan yang permanen. Hal ini tertulis dalam Addendum kedua perjanjian
kerja sama antara Gereja Persekutuan Oikumene Juanda dengan pangkalan utama TNI
AL V pada tahun 2011 yang berisi:
Bahwa Pangkalan Utama TNI AL V mempunyai
sebidang tanah BMN TNI AL seluas 800 m² di kompleks TNI AL Pulungan sidoarjo.
Tanah tersebut diperuntukkan sebagai tempat sarana Gereja dalam rangka memenuhi
hak prajurit AL beserta keluarganya berupa rawatan dan layanan kedinasan
pembinaan mental dan pelayanan keagamaan sebagai mana di atur dalam pasal 50
ayat 2-3 undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang tentara nasional Indonesia.[6]
Ketua Persekutuan Oikumene Juanda saat ini
menegaskan bahwa awal terbentuknya persekutuan ini di dasari oleh firman Tuhan
dan kehidupan jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul. Persekutuan ini mengklaim
bahwa kehidupan jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 membuktikan
bahwa mereka hidup bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan
mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis. 2:42). Sehingga
terbentuklah Persekutuan Oikumene Juanda dan diresmikan oleh Panglima daerah
TNI-AL yang bernama Atmodjo Brotodarmodjo
pada 22 Desember 1978.[7]
Pertambahan anggota jemaat secara kuantitatif maupun
secara kualitatif pun semakin meningkat. Namun Persekutuan Oikumene Juanda
menyadari visi misinya bahwa persekutuan ini didirikan bukanlah untuk
menjadikan jemaat gereja lain menjadi jemaat tetap dan terdaftar sebagai
anggota Persekutuan Oikumene Juanda. Sebab Persekutuan Oikumene Juanda hanyalah
wadah yang bertujuan untuk memberikan ruang pendalaman Alkitab bagi anggota
jemaat yang hadir. Visi dari Persekutuan Oikumene Juanda adalah hidup seperti
Tuhan Yesus. Maksudnya adalah Persekutuan Oikumene Juanda bertujuan untuk
merangkul semua denominasi-denominasi yang berbeda. Sama halnya yang Tuhan
Yesus lakukan ketika Ia memanggil murid-muridnya tanpa melihat latar belakang
dan status sosial. Sedangkan misinya adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan
Yesus terutama dalam Persekutuan Oikumene Juanda.
Dalam penyelenggaraan ibadah minggu, anggota jemaat
yang hadir dilayani oleh hamba-hamba Tuhan dari berbagai denominasi gereja
dengan ketentuan yakni tidak mengajarkan doktrin dari gereja asal seperti
baptis selam, bahasa roh dan lain sebagainya. Persekutuan Oikumene Juanda bukanlah
dipimpin oleh seorang pendeta atau gembala sidang namun hanya dipimpin dan
dibina oleh pengurus yang terpilih yakni Komandan Lanudal Juanda. Persekutuan
Oikumene Juanda juga tidaklah menyelenggarakan sakramen-sakramen seperti sakramen
baptisan, perjamuan kudus serta upacara-upacara gerejawi seperti pemberkatan
nikah, pelayanan orang mati kecuali ibadah perayaan natal, dan ibadah perayaan paskah.
Semua sakramen maupun upacara-upacara gerejawi di atas dilaksanakan oleh anggota
jemaat di gereja asal masing-masing kecuali ibadah perayaan natal, dan ibadah
perayaan paskah. Lalu bagaimana dengan jemaat yang tidak pernah mengikuti
sakramen? Bidang kerohanian Persekutuan Oikumene Juanda menjelaskan bahwa
sejauh ini tidak ada anggota jemaat yang tidak memiliki gereja induk. Namun
apabila ada anggota jemaat baru, maka Persekutuan Oikumene Juanda akan
menyerahkan kepada gereja relasi setempat yang memiliki denominasi gereja yang
sama dengan anggota jemaat tersebut.[8]
Terwujudnya suatu
program pelayanan dalam Persekutuan Oikumene Juanda tidak terlepas dari
pemimpin-pemimpin yang sudah ditetapkan. Adapun bentuk-bentuk kepengurusan
dalam Persekutuan Oikumene Juanda terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara,
seksi rohani, seksi pembangunan dan seksi sosial (termasuk diakonia).
Persekutuan Oikumene Juanda memiliki relasi yang baik dengan gereja-gereja
setempat sehingga semua pengurus dalam Persekutuan Oikumene Juanda berasal dari
denominasi gereja yang berbeda.
Dalam Persekutuan Oikumene Juanda bukan hanya ibadah
minggu pagi saja namun terdiri dari beberapa bagian di antaranya yakni ibadah
minggu pagi (jam 8 pagi), ibadah sekolah minggu (jam 8 pagi), ibadah tunas
remaja (jam 4 sore), ibadah pemuda (jam 5 sore), menara doa (kamis jam 10
pagi), dan ibadah sekolah minggu sabtu ceria (jam 4 sore). Rata-rata jumlah
anggota jemaat yang hadir setiap minggu adalah 150 0rang. Namun pada saat
acara-acara besar seperti paskah, tujuh belasan agustus, natal dan tahun baru
mencapai 500 jumlah anggota jemaat yang hadir. Sedangkan anak-anak sekolah
minggu rata-rata berjumlah 100 anak, tunas remaja 20 orang, dan pemuda sebanyak
15 orang. Adapun kegiatan-kegiatan di luar gereja yakni kebaktian padang,
retreat, kunjungan ke panti asuhan ataupun panti jompo, kunjungan kepada
orang-orang sakit dan kegiatan bakti sosial.
Persekutuan Oikumene Juanda memberikan kebebasan
kepada semua anggota jemaat yang hadir untuk terlibat dalam pelayanan. Meskipun
demikian, tetap ada pengawasan dan pembinaan terlebih dahulu bagi setiap anggota
jemaat yang melayani. Bentuk-bentuk pelayanan yang ada yakni pelayanan sekolah
minggu setiap hari sabtu sore dan minggu pagi, pelayanan altar yang terdiri
dari pendamping satu sebagai pemimpin ibadah, pendamping dua sebagai pembaca
warta jemaat, pendamping tiga sebagai pendamping pendeta untuk membacakan
firman Tuhan, pelayanan multimedia, dan pemandu pujian. Semua yang terlibat
dalam pelayanan ini ialah dari interdenominasi gereja yang berbeda dan bahkan
jemaat biasa sekalipun terlibat dalam pelayanan ini. Tujuan utama Persekutuan
Oikumene Juanda melibatkan semua anggota jemaat dalam pelayanan adalah untuk
memperlengkapi anggota jemaat yang ada supaya terlibat juga dalam pelayanan di
gereja asal masing-masing.
Secara umum oikumene merujuk pada pengertian yang
universal dan terdiri dari berbagai denominasi gereja-gereja. Namun pada
kenyataannya dengan banyaknya denominasi yang bergabung dalam Persekutuan
Oikumene Juanda membuat beberapa pemisah antar denominasi yang satu dengan
denominasi yang lainnya. Meskipun demikian, doktrin atau pengajaran yang dibawa
ke dalam Persekutuan Oikumene Juanda bersifat interdenominasi. Hanya saja,
karena ini bersifat persekutuan maka penekanan pengajarannya lebih bersifat
praktis dan mudah dimengerti oleh anggota jemaat dan tidak menyimpang dari
doktrin denominasi gereja lainnya.
Persekutuan Oikumene Juanda juga memiliki kelebihan
yang membuatnya berbeda dengan gereja pada umunya. Pada umumnya dalam suatu
gereja pembawa firman harus dari gereja dengan doktrin yang sama, para pelayan
haruslah para penatua atau majelis yang sudah ditentukan sehingga jemaat tidak
pernah terlibat sama sekali dalam pelayanan. Namun, dalam Persekutuan Oikumene
Juanda anggota jemaat yang senantiasa hadir diberi kesempatan untuk terlibat
dalam pelayanan kecuali pelayanan firman Tuhan karena pelayanan firman Tuhan
dilayani oleh hamba-hamba Tuhan atau pendeta yang diundang dari gereja-gereja
relasi setempat. Persekutuan Oikumene
Juanda juga sedikit berbeda dengan gereja pada umumnya karena Persekutuan
Oikumene Juanda memiliki dukungan penuh dari pemerintah setempat. Meskipun
demikian, tantangan yang dihadapi oleh Persekutuan Oikumene Juanda sama halnya
yang dialami oleh gereja-gereja pada umumnya. Sebab dalam mempersatukan budaya,
doktrin dan yang lainnya tidaklah mudah.
Beberapa kompleksitas masalah lain yang dihadapi
oleh Persekutuan Oikumene Juanda. Pertama, karena Persekutuan Oikumene Juanda
tidak bersifat menjadikan anggota jemaat menjadi anggota jemaat tetap di
Persekutuan Oikumene Juanda maka Persekutuan Oikumene Juanda memiliki kesulitan
dalam menjadwal anggota jemaat yang hadir untuk terlibat dalam pelayanan.
Kedua, Persekutuan Oikumene Juanda tidak memiliki pengerja-pengerja tetap
seperti gereja atau lembaga-lembaga lain pada umumnya. Ketiga, Persekutuan
Oikumene Juanda tidak pernah berharap sampai saat ini untuk memiliki seorang
gembala atau pendeta. Sebab Persekutuan Oikumene Juanda menyadari bahwa tujuan
awal terbentuknya persekutuan ini bukanlah bersifat mengikat tetapi hanyalah
tempat pendalaman Alkitab bagi semua anggota jemaat yang hadir. Keempat,
Persekutuan Oikumene Juanda tidak dapat memperkirakan berapa jumlah anggota
jemaat yang akan hadir tiap minggunya. Alasannya adalah karena anggota jemaat
yang hadir memang bukanlah anggota jemaat yang tetap dan terikat dengan
Persekutuan Oikumene Juanda.
Persekutuan Oikumene Juanda tidak leluasa mengadakan
pelayanan kunjungan seperti yang dilakukan gereja pada umumnya. Sebab kunjungan
adalah tanggung jawab gereja anggota jemaat masing-masing. Namun, Persekutuan
Oikumene Juanda hanya dapat melakukan kunjungan kepada orang-orang sakit dan
anggota jemaat yang baru melahirkan. Selain itu Persekutuan Oikumene Juanda
tidak memiliki hak untuk berkunjung ke rumah anggota jemaat kecuali dapat izin dari
gereja setempat. Terkait beberapa hal di atas, Persekutuan Oikumene Juanda
sangat berharap bahwa pelayanan dalam persekutuan terlaksana dengan baik dan
semestinya.
Gereja-gereja relasi memberi dukungan penuh atas
jalannya Persekutuan Oikumene Juanda baik berupa tenaga maupun materi.
Keterlibatan anggota jemaat dalam kepengurusan Persekutuan Oikumene Juanda dan
dalam pelayanan merupakan izin dari gereja-gereja relasi. Akan tetapi sebagai
konsekuensinya adalah Persekutuan Oikumene Juanda tidak dapat melibatkan
anggota jemaat sepenuhnya dalam pelayanan. Sebab anggota jemaat tersebut juga
terlibat dalam pelayanan di gereja masing-masing. Oleh karena itu, hal inilah
yang merupakan sebagian tantangan yang
dihadapi oleh Persekutuan Oikumene Juanda.
Adapun harapan Persekutuan Oikumene Juanda yakni
memperlengkapi anggota jemaat dengan cara mengadakan seminar-seminar pelayanan.
Hal demikian belum juga terwujud hingga saat ini. Hal ini di sebabkan oleh
beberapa faktor baik faktor dari dalam Persekutuan Oikumene Juanda itu sendiri
maupun faktor kurangnya dukungan dari gereja-gereja relasi. Harapan lainnya
adalah memperkenalkan anggota jemaat pentingnya terlibat dalam pelayanan misi.
Tujuannya adalah supaya pelayanan Persekutuan Oikumene Juanda bukan hanya fokus
pada Persekutuan Oikumene Juanda saja, namun pelayanan di luar Persekutuan
Oikumene Juanda juga sangat penting.
Melihat fenomena ini, maka penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan metode SWOT. Metode SWOT kepanjangan dari:
Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Sedangkan Strength sendiri artinya kekuatan yaitu menilai dan memperhitungkan kekuatan daya yang ada pada
suatu institusi atau organisasi. Weakness
artinya kelemahan yaitu menggali dan mengenali faktor kelemahan yang ada dan
yang dapat menjadi kendala untuk maju. Opportunity
artinya peluang yaitu kejelian
untuk menemukan serta menggunakan peluang yang ada atau mungkin ada. Threat artinya ancaman yaitu kejelian untuk melihat
potensi-potensi ancaman yang datang dari berbagai sumber yang dapat menghambat
pencapaian tujuan dari suatu organisasi. Sedangkan fungsi dari SWOT itu sendiri
yaitu menolong setiap organisasi guna memahami dengan melihat dirinya,
mengevaluasi serta mengetahui fakta yang ada.[9]
Dalam bukunya “Menejemen Strategik Keorganisasian Publik”
Heene Aime, mengatakan:
SWOT merupakan suatu bentuk
pemikiran yang lebih luas, karena mampu menemukan kelemahan, serta
penguatan-penguatan yang dapat diupayakan untuk menciptakan suatu kreatifitas
nilai kemasa depan yang lebih baik.[10]
Sedangkan dalam bukunya “Manajemen Strategik” Amir TaufiQ, mengatakan:
SWOT merupakan suatu teknik yang
relative sederhana berupa alat yang dapat memudahkan dalam menganalisis dan
merumuskan strategi yang hendak dilakukan melalui pembuatan kolom-kolom yang
memuat daftar tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi
dalam organisasi”.[11]
SWOT merupakan salah satu teknik atau metode yang relative sederhana yang dapat
digunakan untuk membentuk suatu strategi dan kebijakan bagi setiap industri.
SWOT hanya alat yang dapat memudahkan dalam menganalisis dan merumuskan suatu
strategi.[12] SWOT juga memiliki
jangkauan pemikiran yang lebih luas, dalam arti bahwa SWOT dapat digunakan
dalam berbagai macam bidang. Misalnya, bidang industri, perusahaan, kesehatan,
pendidikan dan kerohanian.
Sebab dari metode SWOT, memberi arahan kepada
organisasi untuk:
1.
Mendata
barang-barang milik organisasi, baik secara kuantitas dan kualitas dari
sarana-sarana finansial, sumber daya manusai dan sarana.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana perkembangan yang bersifat khusus, serta pengkordinasian dan
pencatatan sarana-sarana yang mempengaruhi kemampuan penciptaan nilai-nilai
dari organisasi.
3.
Memfokuskan diri
terhadap lingkungan eksternal suatu organisasi yang menentukan sesuatu yang
berubah-ubah, dan kekuatan yang menentukan strategikal organisasi serta yang
mempengaruhi alternative strateginya.
4.
Dapat mengetahui
peluang-peluang yang menyediakan kesempatan untuk mewujudnyatakan rencana
organisasi dengan lebih lancar, cepat serta dengan biaya yang lebih ringan.[13]
Melihat penjelasan-penjelasan di atas, SWOT
merupakan salah satu bentuk metode yang memiliki jangkauan yang lebih luas
dalam arti dapat digunakan dalam berbagai macam bidang untuk membuat suatu
program kerja, menganalisis suatu kondisi yang berubah-ubah. Metode ini pun
dengan mudah digunakan untuk dapat mengetahui segala kelebihan, kekurangan,
peluang dan hambatan. Yang bekerja secara terfokus pada sasaran, dengan cara
yang sistematis yang mampu meneliti lingkungan internal maupun eksternal
keorganisasian.
Oleh karena itu penulis akan membahas skripsi
tentang: “Analisa SWOT Terhadap Persekutuan Oikumene di Puspenerbal Juanda dan
Implikasinya Terhadap Perkembangan Persekutuan Kedepan.”
Identifikasi Masalah
Mengacu pada topik penelitian ini dan latar belakang
masalah di atas, maka penulis akan mengidentifikasikan beberapa masalah yang
penulis anggap sangat penting untuk dibahas dalam penelitian ini yakni:
1.
Bagaimanakah
sistem kepemimpinan yang ada dalam Persekutuan Oikumene Juanda?
2.
Apakah Persekutuan
Oikumene
bertumbuh dan berkembang baik secara kualitatif maupun kuantitatif sama seperti
gereja, organisasi atau lembaga pada umumnya?
3.
Apabila dalam
sebuah gereja dipimpin atau digembalakan oleh seorang pendeta, lalu bagaimanakah
dengan pastoral konseling dalam Persekutuan Oikumene Juanda bilamana hanya
dipumpin oleh orang awam dan bukanlah seorang pendeta?
4.
Bagaimana
peranan Persekutuan Oikumene Juanda dalam mengatasi setiap anggota jemaat yang
tidak pernah mengikuti sakramen sedangkan dalam Persekutuan Oikumene Juanda
tidak mengadakan sakramen sama sekali?
5.
Bagaimanakah
dengan ADRT dari Persekutuan Oikumene Juanda?
6.
Apa yang menjadi
Strength yakni kekuatan dari Persekutuan
Oikumene Juanda?
7.
Apa yang menjadi
Weakness yakni kelemahan dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
8.
Apa yang menjadi
Opportunity yakni peluang dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
9.
Apa yang menjadi
Threat yakni ancaman yang dapat
membuat Persekutuan Oikumene tidak dapat bertumbuh dan berkembang.
10. Apa yang menjadi prospek untuk perkembangan
Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi beberapa masalah saja yang
menurut penulis sangat penting untuk dibahas dalam penelitian ini. Adapun
pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang menjadi
Strength yakni kekuatan dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
2.
Apa yang menjadi
Weakness yakni kelemahan dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
3.
Apa yang menjadi
Opportunity yakni peluang dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
4.
Apa yang menjadi
Threat yakni ancaman yang dapat
membuat Persekutuan Oikumene tidak dapat bertumbuh dan berkembang.
5.
Apa yang menjadi
prospek untuk perkembangan Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis menetapkan
rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1.
Apa yang menjadi
Strength yakni kekuatan dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
2.
Apa yang menjadi
Weakness yakni kelemahan dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
3.
Apa yang menjadi
Opportunity yakni peluang dari
Persekutuan Oikumene Juanda?
4.
Apa yang menjadi
Threat yakni ancaman yang dapat
membuat Persekutuan Oikumene tidak dapat bertumbuh dan berkembang.
6.
Apa yang menjadi
prospek untuk perkembangan Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan skripsi ini dapat di uraikan sebagai berikut:
1.
Untuk menjelaskan
apa kekuatan (strength) Persekutuan Oikumene Juanda.
2.
Untuk menjelaskan
apa yang menjadi kelemahan (weakness) Persekutuan Oikumene Juanda.
3.
Untuk
menjelaskan peluang (opportunity) apa yang dimiliki Persekutuan Oikumene
Juanda.
4.
Untuk menguraikan
ancaman (threat) yang kemungkinan besar ada dalam Persekutuan Oikumene Juanda.
5.
Untuk menjelaskan
prospek perkembangan Persekutuan Oikumene Juanda ke depan.
Signifikansi
Penulisan
Hasil penulisan mengenai “Analisa SWOT Terhadap
Persekutuan Oikumene Di Puspenerbal Juanda Dan Implikasinya Terhadap Pelayanan
Ke Depan” ini diharapkan akan membawa dampak yang nyata bagi pelayanan Kristen
masa kini, khususnya dalam pemahaman yang kritis tentang kompleksitas masalah
dalam persekutuan, baik kepentingan secara teoritis maupun kepentingan secara
praktis seperti berikut ini:
Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penulisan skripsi ini akan membawa
kepentingan yang signifikan, diantaranya:
Pertama, melalui skripsi ini akan membawa dampak besar
bagi semua orang untuk lebih memahami bagaimana caranya mengevaluasi pelayanan
dengan menggunakan metode SWOT.
Kedua, melalui skripsi ini penulis berharap akan memberi
wawasan baru bagi siapapun untuk menyadari masalah yang ada dalam persekutuan.
Ketiga, skripsi ini dapat
menjadi bahan masukan, bahan kajian yang penting dalam mengevaluasi
pelayanan-pelayanan dalam persekutuan, organisasi, lembaga, gereja maupun di
luar gereja.
Keempat, melalui skripsi
ini penulis berharap akan memberi sumbangsih bagi para pelayan-pelayan atau
hamba-hamba Tuhan supaya benar-benar memahami Strength
(kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity (kesempatan atau peluang) Threat
(ancaman)
dalam persekutuan ataupun dalam gereja pada umumnya.
Kepentingan Praktis
Sedangkan secara praktis, hasil penulisan skripsi ini
akan membawa kepentingan-kepentingan yang signifikan, sebagai berikut:
Pertama, bagi pembaca siapapun orangnya, yang akan
melayani maupun yang sedang melayani di Persekutuan Oikumene Juanda, di gereja
ataupun lembaga-lembaga kerohanian lainnya agar dapat melihat pekerjaan Tuhan
secara universal.
Kedua, bagi Persekutuan Oikumene Juanda, supaya dapat
memiliki pemahaman yang kritis tentang kompleksitas masalah dalam persekutuan.
Ketiga, bagi penulis sendiri, supaya dapat memiliki pemahaman yang kritis
terhadap analisa SWOT pada suatu persekutuan, lembaga ataupun gereja pada
umumnya dan juga dapat membuka
wawasan penulis untuk mempersiapkan diri dalam pelayanan di persekutuan di masa
yang akan datang.
Metodologi
Penelitian
Dalam
metodologi
penelitian, penulis menggunakan
metode yakni:
Metode penulisan
Dalam penulisan skripsi
ini,
penulis akan memakai metode kualitatif. Metode kualitatif yakni metode yang berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia
dalam suatu peristiwa tertentu.[14]
Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data melalui riset lapangan dengan cara wawancara kepada beberapa
anggota jemaat, pemimpin atau pembina serta para tua-tua yang sudah lama
mengabdikan diri di Persekutuan Oikumene Juanda serta pengamatan secara
langsung.
Definisi Istilah
Untuk
mempermudah memahami istilah-istilah sulit maka akan dijelaskan dibawah ini:
SWOT yaitu
kepanjangan dari Strength, Weakness, Opportunity, Threat.[15]
Strength : Kekuatan yaitu menilai dan memperhitungkan
kekuatan daya pada satu institusi persekutuan atau
organisasi.[16]
Weakness : Kelemahan yaitu menggali dan mengenali
faktor kelemahan yang ada dan yang dapat menjadi kendala untuk maju.[17]
Opportunity : Peluang
yaitu kejelian untuk menemukan serta menggunakan peluang yang ada atau mungkin
ada.[18]
Threat :
Ancaman yaitu kejelian untuk melihat potensi-potensi ancaman yang datang dari
berbagai sumber yang dapat menghambat pencapaian tujuan dari satu organisasi.[19]
Analisa : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan dan lain-lain).[20]
Prospek : kemungkinan atau harapan ke depan.[21]
Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan telah disusun oleh penulis sebagai berikut:
Bab
I, penulis akan membahas tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metodologi
penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.
Bab
II, kajian teori dari metode SWOT yang mencakup: pengertian, latar belakang
sejarah munculnya, kelebihan dan kelemahannya serta prinsip yang dapat
dipahami.
Bab
III, metodologi penelitian atau riset lapangan terhadap perkembangan
Persekutuan Oikumene di Puspenerbal Juanda.
Bab
IV, analisa data dengan pendekatan SWOT dan pemecahan masalah
Bab V adalah penutup
yang menguraikan kesimpulan, implikasi dan saran.
[1] Sutardi,“Sejarah
Awal Mula
Berdirinya Persekutuan Oikumene,” Wawancara Oleh Septinus
Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 20 September 2015.
[2] Puspenerbal dan Lanudal adalah
singkatan dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut dan Landasan Udara dan Angkatan
Laut.
[3] ABRI adalah singkatan dari
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
[4] Sutardi,“Sejarah
Awal Mula
Berdirinya Persekutuan Oikumene,” Wawancara Oleh Septinus
Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 20 September 2015.
[5] Sutardi, “Alasan
Disebut Persekutuan dan Bukan Gereja,” Wawancara Oleh Septinus Waruwu,
Sidoarjo, Indonesia, 06
Februari 2016.
[6]
Addendum Perjanjian Kerja Sama Gereja Oikumene dengan Pangkalan Utama
TNI AL V.
[7] Sutardi, “Sejarah
Awal Mula
Berdirinya Persekutuan Oikumene,” Wawancara Oleh Septinus
Waruwu, Sidoarjo, Indonesia, 06 Februari 2016.
[9] Dr. Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Malang:
Penerbit Gandum Mas, 1997), 180.
[10] Heene Aime, Menejemen Strategik Keorganisasian Publik, (Bandung: PT Rapika Adi
Tama, 2011), 148.
[11] Amir TaufiQ, Manajemen Strategik, (Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2011), 105.
[12] Ibid. 107.
[13]
Heene Aime, op cit. 148-149.
[14] Dr. Husaini Usman dan Purnomo
Setiady Akbar, Metotologi Penelitian
Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81.
[20] Anton M. Moelino, et al., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), 32.
[21]
Ibid. 703.
0 komentar:
Posting Komentar