www.idntimes.com
CONTOH PROPOSAL
Oleh Sri Wahyuni Harefa
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Penelitian
Istilah
Pendidikan Agama Kristen (PAK) secara umum dapat diartikan sebagai usaha sadar
tujuan dan bersahaja untuk membimbing
dan memperlengkapi individu atau kelompok menuju kedewasaan baik dalam hal
berpikir, sikap, iman dan perilaku.[1] Secara khusus PAK adalah pendidikan yang
berdasar pada Alkitab dan menjadikan
Kristus sebagai pusat beritanya sehingga membawa peserta didik masuk dalam persekutuan iman yang hidup dengan
Tuhan sendiri dan semakin serupa dengan Kristus.[2] Oleh sebab itu PAK menuntut pemikiran dan
pemahaman serta pengelolaan yang
sungguh-sungguh dari para pengelolanya yaitu guru Pendidikan Agama Kristen
(PAK). PAK bukanlah pilihan atau program tambahan dan sampingan (ekstrakurikuler),
tetapi sesuatu pendidikan yang wajib untuk memberikan kontribusi bagi
peningkatan kualitas iman peserta didik.[3]
Salah
satu tujuan pembelajaran PAK yaitu membentuk spiritualitas siswa Kristen,
sehingga memiliki kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan, dapat
mempertahankan, mengembangkan, serta mewujudkan kehidupannya di tengah berbagai
persoalan nmaupun tantangan hidup. Dengan
memiliki spiritualitas , siswa Kristen dapat menjadi orang yang memiliki sikap
optimis, tabah, kuat, taat yang diaplikasikan dalam kehidupannya, mampu menjadi
manusia yang memahami makna keberadaannya dan berperan menjadi berkat bagi
orang lain, menghargai alam dan memuliakan
Allah dengan segala karyanya yang diwujudkan melalui tutur kata,
perilaku, pola pikir dan gaya hidup yang benar dan hidup dalam iman serta
ketaatan kepadaNya.[4]
Untuk
mewujudkan tujuan PAK, maka seorang guru
PAK Wajib memiliki kompetensi. Kompetensi
tersebut salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Berdasarkan Undang-undang (UU) RI tentang Guru
dan Dosen tahun 2005 No. 14 dan PP No.74
Bab II (pasal 3 ayat 4) :
Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.[5]
Artinya
bahwa kompetensi pedagogik ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran. Oleh sebab itu, tidak
semua orang bisa menjadi guru. Jabatan
guru hanya dipegang oleh orang yang memenuhi kualifikasi tersebut termasuk guru PAK. [6]
Mulyasa (2007) dan Kunandar
(2007) menginformasikan bahwa dalam konteks pendidikan nasional, kompetensi
pedagogik meliputi lima aspek yaitu pertama, pemahaman guru terhadap peserta
didik secara mendalam. Kedua, memahami landasan pendidikan. Ketiga, merancang pembelajaran dan strategi
yang dipilih dalam pembelajaran. Keempat, mampu mengevaluasi proses dan hasil
belajar dan memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan kualitas. Kelima, mampu memotifasi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya.[7]
Kompetensi pedagogik yang
dimiliki oleh seorang guru PAK dapat berpengaruh dalam meningkatkan spiritualitas
seorang siswa Kristen. Sebab dalam
kompetensi pedagogik, guru PAK berusaha untuk mengenal siapakah siswa yang akan
dilayaninya dan pengenalan ini dapat membantu dalam merumuskan tujuan, sasaran,
dan bahan pengajaran yang relevan sesuai kebutuhan siswanya. Selain itu juga dapat membantu merencanakan
strategi belajar mengajar, pendekatan yang lebih tepat sehingga mendorong
terjadinya proses belajar karena sudah memiliki
gambaran tentang karakteristik siswa itu.
Pada akhirnya guru PAK akan lebih mudah mengatasi kesulitan belajar
peserta didiknya dengan memberi pertolongan yang cocok bagi peserta didik
melalui kegiatan konseling pribadi maupun bimbingan kelompok.[8]
Pendapat seorang Cornelius
Jaarsma (1961) dalam tulisannya Human Development,
Learning & Teaching mengatakan bahwa guru dalam perspektif pendidikan
kristen harus memiliki pemahaman bahwa siswa Kristen bukanlah semata-mata
makhluk biologis, sosiologis, dan kultural, melainkan insan religius. Artinya bahwa di dalam diri siswa Kristen
terdapat potensi dan kerinduan untuk berelasi dengan Tuhan Penciptanya karena
di dalam dirinya ada Gambar dan Rupa Allah (Kej 1:26-27), Sehingga peristiwa
belajar bagi siswa merupakan perbuatan
agamawi. Oleh sebab guru PAK harus berupaya
sedemikian rupa untuk mangaktifkan segi-segi rasional, moral, sosial, estetika,
kebebasan dan tanggung jawab siswanya melalui pengajarannya. Manusia
diciptakan untuk menguasai dirinya sehingga dapat memainkan perannya dalam
mengembangkan potensinya dalam terang kehendak Allah. Oleh sebab itulah seorang Guru PAK sangat
membutuhkan intervensi ilahi dari Allah dalam melakukan kegiatan pembelajaran.[9]
Menurut pandangan iman
Kristen, dalam diri manusia ciptaan Allah terdapat sekaligus dua aspek natural
dan supranatural. Selain memiliki tubuh,
juga memiliki nafas kehidupan yang berasal dari Allah (Kej 2:7) bahkan memiliki
Roh dalam dirinya. Selain itu manusia
juga memiliki hati dimana di dalamnya ada pikiran, pertimbangan, perasaan, dan
sikap. Oleh aspek-aspek inilah manusia
memiliki kemampuan untuk bisa berkomunikasi dengan Allah dan ia wajib memenuhi
panggilan komunikasi itu serta terus menerus menyatakan dan menyadari dirinya
sebagai makhluk religius. PAK tidak
lepas dari keterkaitan dengan aspek-aspek yang ada dalam diri manusia sehingga
dalam menyajikannya perlu disajikan sedemikian rupa sehingga melibatkan dan
memperbaharui keutuhan pribadi.[10]
Melalui kompetensi
pedagogik, guru PAK dapat berperan banyak untuk menanamkan pemahaman dan
nilai-nilai religius baik sikap bersyukur, hormat dan takut kepada Tuhan,
memiliki kasih, kepedulian, dan keramahan terhadap sesama. Tentunya guru PAK harus memikirkan metode dan
strategi serta pendekatan yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai religius ini.[11]
Siswa-siswa Kristen
merupakan makhluk yang berada dalam dilema karena di dalam dirinya ada kecenderungan untuk menyimpang dari
kehendak Allah (Kej 3). Diakui oleh
Rasul Paulus bahwa dosa membuat manusia
tidak mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan ukuran Allah (Rm.
5:12;3:23). Oleh sebab itu Prof. Brian
V. Hill (1991) mengemukakan bahwa dalam setiap proses pembelajaran, setiap guru
PAK harus mengerti bahwa peserta didik adalah pribadi-pribadi dan kelompok yang
berpredikat dusty angels ( malaikat
yang sudah tercemar) dimana dosalah yang menyebabkan keadaan manusia berubah
sehingga kemuliaannya tercemar. Tetapi
bukan hanya hal negatif saja yang ada dalam diri peserta didik, tetapi juga
memiliki potensi moral, intelektual atau mental bahkan potensi keindahan. Peranan seorang guru PAK melalui kompetensi pedagogik yaitu membimbing
peserta didik untuk mengalami pendamaian dan pemulihan dengan Allah di dalam
Yesus Kristus karena dosa dan memotifasi agar siswanya mengaktualisasikan semua potensi yang ada
dalam dirinya.[12]
Pemahaman tentang
siswa-siswa Kristen dalam kompetensi pedagogik sangat membantu guru PAK untuk
merancang metode dan strategi yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran
PAK, sebab kebutuhannya berbeda antara satu dengan yang lain. Masing-masing berbeda dalam segi usia, gender
(kelamin), temperamen dan juga berbeda dari segi gaya belajarnya. Oleh sebab itu guru PAK harus melakukan
pembelajaran sesuai dengan perbedaan yang dimiliki. Misalnya, anak usia Sekolah Dasar berbeda kebutuhannya dengan remaja. Kemudian
masing-masing peserta didik berbeda juga dalam hal temperamen. Ada yang temperamen sanguin, kolerik,
melankolis dan flegmatik. Semua
informasi ini harus diketahui oleh
seorang guru PAK. Kalau tidak memiliki
kompetensi pedagogik, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran PAK
tidak bisa terlaksana.[13]
Tuhan Yesus sebagai Sang
Guru Agung telah memberikan teladan
kepada setiap guru PAK dalam mengajar melalui seluruh kehidupanNya. Keteladanan yang diberikan oleh Yesus dalam
mengajar yaitu dia memiliki tujuan dalam mengajar yaitu pertobatan dan
perubahan hidup serta dapat mempraktikkannya mengajar dan membimbing
mereka. Hasil dari didikan Yesus membuat
murid-murid menjadi manusia yang terdidik dan berkepribadian kuat, dapat
menghargai pribadi orang lain maupun diri sendiri bahakan bisa menjadi berkat
bagi banyak orang baik dari segi pengajaran maupun keteladanan hidup.[14]
Oleh sebab itu penulis akan
membuat sebuah karya ilmiah dengan judul: Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru
Pendidikan Agama Kristen (PAK) Dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap
Spiritualitas Siswa Kristen Smp Negeri Di Kota Sidoarjo. Penulis menemukan fakta di lapangan bahwa
sampai sekarang ini masih ada guru PAK SMP Negeri Sidoarjo yang belum mengerti dan menerapkan kompetensi pedagogik dalam
pembelajaran PAK terhadap siswa contohnya tidak mampu mengembangkan kurikulum
atau silabus dan RPP terkait dengan
pelajaran PAK, tidak bisa menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dan
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik dan kesulitan untuk mengevaluasi proses dan
hasil belajar siswa, tidak mampu merancang strategi atau metode yang tepat
sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan siswa. Beberapa alasan guru PAK SMP Negeri di
Sidoarjo ketika ditanyai yaitu mereka belum
pernah belajar tentang ilmu kependidikan, tentang teori dan praktik khusus PAK. Mengajar siswa Kristen di SMP Negeri hanya
untuk membantu siswa Kristen yang tidak memiliki guru PAK.[15] Sedangkan menjadi guru PAK lebih berat dan tinggi tuntutannya daripada
mengajarkan pelajaran lainnya, karena dampak yang harus dicapai bagi siswa
Kristen dalam pengajaran PAK yaitu membawa siswa-siswa Kristen untuk mengalami
perubahan hidup dan rindu membina
persekutuan pribadi dengan Tuhan Yesus sehingga nyata dalam sikap dan perbuatan
setiap hari.[16]
Penulis
mengamati bahwa sekarang ini banyak siswa Kristen yang gampang pesimis ketika
menghadapi masalah, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang tidak benar untuk
mencari solusi permasalahan yang mereka hadapi misalnya, pemakaian obat
terlarang. Juga sikap hidup dan tutur
kata tidak mencerminkan seorang yang hormat dan takut Tuhan, bahkan tidak
peduli dengan sesama, tidak punya kasih, malas-malasan untuk beribadah. Tidak hormat kepada gurunya di sekolah maupun
kepada orang tua di rumah, tidak bisa
menjaga kekudusan hidup. Banyak siswa
Kristen yang tidak mampu menerima keberadaan dirinya bahkan gampang terpengaruh
dengan kenikmatan duniawi untuk menutupi kelemahannya.[17] Semua tindakan yang terlihat dari banyak
siswa Kristen, menandakan bahwa spiritualitasnya tidak bertumbuh dengan
baik. Seorang guru PAK berperan
penting dan bertanggungjawab untuk bisa
membawa siswa Kristen untuk mengalami perjumpaan yang sungguh-sungguh dengan
Kristus, salah satu caranya yaitu melalui penerapan kompetensi pedagogik ketika
melakukan pembelajaran.[18]
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah bahwa PAK bukanlah program tambahan atau sampingan
(ekstrakurikuler), tetapi sesuatu pendidikan yang wajib untuk memberikan kontribusi
bagi peningkatan mutu siswa-siswa Kristen.
Secara khusus PAK bertujuan untuk
membentuk spiritualitas siswa sehingga mereka memiliki kekuatan untuk mempertahankan, mengembangkan serta
mewujudkan kehidupannya di tengah
berbagai persoalan maupun tantangan hidup,
memiliki sikap optimis, tabah,
kuat, taat. Oleh sebab itu sangat
dibutuhkan sekali kemampuan atau yang disebut sebagai kompetensi salah satunya
pedagogik dari seorang guru PAK untuk bisa mencapai tujuan tersebut.
Beberapa masalah yang
ditemukan di lapangan yaitu:
1. Di
lapangan ditemukan bahwa sampai sekarang ini masih ada guru PAK SMP Negeri di
Kota Sidoarjo yang masih belum mampu mengembangkan kurikulum, silabus dan
RPP. Diindikasikan bahwa diantara Guru
PAK tidak memiliki kompetensi pedagogik.
Dari kenyataan di atas dimunculkan pertanyaan, apakah yang dimaksud
dengan kompetensi guru PAK?
2. Di
lapangan ditemukan diantara guru PAK mengalami kesulitan dalam mengembangkan
kurikulum, silabus, RPP dan mengevaluasi
proses dan hasil belajar siswa, tidak mampu merancang strategi atau metode yang
tepat sesuai latar belakang dan kebutuhan siswa. Diindikasikan bahwa diantara guru PAK tidak
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran PAK dengan benar. Dari kenyataan di atas dimunculkan pertanyaan
apakah usaha guru agar dapat merancang pembelajaran PAK dengan baik?
3. Di
lapangan ditemukan bahwa sekarang ini banyak siswa Kristen yang gampang pesimis
ketika menghadapi masalah. Diindikasikan
bahwa siswa Kristen spiritualnya tidak mengalami pertumbuhan. Dari kenyataan ini dimunculkan pertanyaan
apakah pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap pertumbuhan spiritual
siswa Kristen SMP Negeri di Sidoarjo?
4. Di
lapangan ditemukan bahwa ada guru PAK yang mengajar siswa Kristen di SMP Negeri
hanya untuk membantu siswa Kristen yang tidak memiliki guru PAK. Diindikasikan bahwa guru PAK tidak merasa
terpanggil menjadi guru PAK untuk membimbing siswa mengalami perubahan dan
memiliki persekutuan dengan Tuhan Yesus.
Dari kenyataan ini dimunculkan pertanyaan bagaimana pengaruh kompetensi
pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar terhadap spiritualitas siswa
Kristen SMP Negeri di Kota Sidoarjo?
5. Di
lapangan ditemukan masih ada siswa
Kristen yang tidak berminat untuk mengikuti pembelajaran PAK. Diindikasikan bahwa dalam melaksanakan
pembelajaran, guru PAK tidak memahami latar belakang setiap siswa yang
diajarinya. Dalam hal ini dimunculkan
bagaimana kompetensi pedagogik guru PAK memotifasi siswa Kristen di SMP Negeri di kota Sidoarjo
agar berminat untuk mengikuti pembelajaran PAK?
6. Di
lapangan ditemukan bahwa pemakaian dan pemanfaatan kecanggihan teknologi dalam
pembelajaran PAK masih kurang. Diindikasikan
masih ada guru PAK yang belum mengerti pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
PAK. Dari kenyataan ini dimunculkan
pertanyaan bagaimana guru PAK menggunakan teknologi dalam membelajarkan siswa
di SMP Negeri Kota Sidoarjo?
Pembatasan
Masalah
Penulis
membatasi ruang lingkup masalah yang akan diteliti menjadi dua masalah karena
bahasan tentang kompetensi pedagogik guru PAK dan spiritualitas siswa Kristen sangat
luas yaitu pada nomor: 3 dan 4.
1. Apakah
pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap pertumbuhan spiritual siswa Kristen
SMP Negeri di Sidoarjo?
2. Bagaimana
pengaruh pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar terhadap
spiritualitas siswa Kristen SMP Negeri di Kota Sidoarjo?
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan
pembatasan masalah, maka penulis menetapkan rumusan masalah yang akan
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
penelitian:
1. Apakah
pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap pertumbuhan spiritual siswa
Kristen SMP Negeri di Sidoarjo?
2. Bagaimana
pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar terhadap
spiritualitas siswa Kristen SMP Negeri di Kota Sidoarjo?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Untuk
mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap pertumbuhan
spiritualitas siswa.
2. Bagaimana
pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar terhadap
spiritualitas siswa Kristen Negeri di Kota Sidoarjo.
Kepentingan penelitian
Kepentingan Teoritis
Penelitian
ini memiliki kepentingan teoritis yaitu:
1. Menjadi
pedoman dalam meningkatkan pelaksanaan pembelajaran PAK di Sekolah-sekolah.
2. Mengetahui
pengaruh kompetensi pedagogik terhadap spiritualitas siswa.
3. Memberi
pengetahuan bahwa pentingnya seorang guru menguasai kompetensi pedagogik dalam
melaksanakan pembelajaran.
Kepentingan
praktis
Penelitian
ini memiliki kepentingan praktis yaitu,
1. Bagi
penulis: Memotifasi penulis untuk lebih melatih kemampuan kompetensi pedagogik
dan menjadi bahan masukan dalam melaksanakan pembelajaran PAK.
2. Bagi
Guru PAK: Menjadi acuan bagi guru PAK yang sudah mengajar di Sekolah SMP Negeri
dalam mengevaluasi keberhasilan kompetensi pedagogik yang dimilikinya maupun spiritualitas siswanya.
3. Bagi
Mahasiswa Prodi PAK STTIE Efrata: Memperluas wawasan mahasiswa prodi PAK tentang
kompetensi pedagogik dan hubungannya dengan spiritualitas siswa.
Metodologi
Metode pengumpulan data
Dalam
penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner (angket) yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan
kepada guru PAK SMP Negeri di Kota Sidoarjo dan siswa Kristen yang dibina oleh
guru tersebut untuk dijawab.[19] untuk mengukur sikap atau pendapat dan persepsi
guru-guru PAK SMP Negeri di Sidoarjo tentang pengaruh kompetensi pedagogik dalam
proses belajar mengajar terhadap siswa, menggunakan skala likert. [20]
Dalam
skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen mulai dari selalu, sering, kadang-kadang,
hampir tidak pernah, tidak pernah dan skor tertinggi diberikan kepada jawaban
selalu.[21]
Metode Penulisan
Penulis akan menganalisa kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar terhadap spiritualitas siswa
Kristen SMP Negeri di Kota Sidoarjo
dengan menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian
yang melihat sebuah permasalahan dapat diklasifikasikan, relatif tetap,
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu dan dalam pengumpulan data menggunakan instrument penelitian.[22]
Proses
penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan
konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis kemudian diuji melalui pengumpulan
data di lapangan.[23]
Definisi Istilah
Pengaruh
adalah suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu baik itu orang maupun
benda serta segala sesuatu yang ada di Alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang
ada di sekitarnya.[24]
Kompetensi adalah kemampuan yang ditunjukkan dalam penampilan atau unjuk kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan (rasional) dalam mencapai suatu tujuan. [25]
Pedagogik
adalah ilmu atau teori tentang mendidik mulai dari anak-anak sampai menuju
kedewasaan ke arah tujuan tertentu.[26]
Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.[27]
Pendidikan Agama Kristen
adalah pendidikan yang berdasar pada Alkitab sebagai Firman Allah dan Kristus
sebagai pusat beritanya sehingga peserta didik semakin dewasa di dalam iman dan
semakin serupa dengan Kristus.[28]
Belajar adalah
proses yang dialami seseorang, dimana melibatkan salah satu atau keseluruhan
kepribadiannya sehingga mengalami perubahan baik dalam segi emosi, intelek,
rohani, keterampilan dan segi-segi fisik, kemudian berlangsung terus
menerus atau seumur hidup baik melalui
lembaga formal maupun non formal.[29]
Mengajar
adalah upaya pengajar untuk untuk mentransfer pengetahuan, keyakinan yang
dimiliki kepada siswa sehingga mereka dapat menemukan konsep diri yang benar
dan situasi sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi diatur dan
dikelola oleh pengajar.[30]
Spiritualitas
adalah kualitas gaya hidup seseorang sebagai hasil dari kedalaman hubungannya
atau kedekatan dan keakrabannya dengan Allah.[31]
Siswa Kristen SMP Negri di
Kota Sidoarjo adalah subjek dan objek dari proses
pembelajaran pendidikan Agama Kristen, dimana mereka merupakan pribadi yang
unik satu dengan yang lain dan memiliki kebutuhan yang berbeda sesuai dengan
perkembangannya. Usianya berkisar antara 12-15 Tahun.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan
skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I
adalah Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kepentingan penelitian,
metodologi, metode penulisan, definisi istilah, sistematika penulisan.
Bab
II berisi tentang kajian teori, kerangka
berpikir, pengajuan hipotesis yang membahas konsep-konsep penting dari ahli
berkaitan dengan penelitian yaitu masalah pengaruh kompetensi pedagogik guru
PAK dalam proses belajar mengajar terhadap siswa Kristen SMP Negeri di Kota
Sidoarjo, hipotesis penelitian.
Bab
III membahas tentang metodologi
penelitian diantaranya: tempat, waktu penelitian, metode penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen, kisi-kisi
instrumen, kalibrasi instrumen, instrumen final, analisis data, deskripsi
kompetensi pedagogik pendidik di sekolah-sekolah, spritualitas anak didik dan
mengkaji pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar
terhadap siswa Kristen SMP Negeri di kota Sidoarjo.
Bab
IV membahas deskripsi hasil
penelitian dan pembahasan tentang deskripsi hasil penelitian dan uji hipotesis.
Bab
V adalah penutup
yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
[1] B.S Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yokyakarta: Andi, 1999), hlm 58.
[2] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen,
(Yokyakarta: Andi, 2010), hlm 5.
[3] B.S Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yokyakarta: Andi, 1999), 58.
[4] John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Jawa Barat:
Generasi Info media, 2007), hlm 16.
[5] Undang-undang Guru Dan Dosen, (Bandung: Fokus Media, 2011), 66.
[6] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), 7-9.
[7]B.S Sidjabat, Mengajar
Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 81-83.
[8] B.S Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Sebuah Perspektif
Kristiani, (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 51.
[9] B.S Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yokyakarta:
Andi, 1999), 75.
[10] B.S Sidjabat, Mengajar Secara Profesional ((Bandung:
Kalam Hidup, 1993)), 134-135.
[11] Ibid, hlm 135.
[13] B.S Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Dalam Perspektif
Kristiani (Bandung: Kalam Hidup,
1993), 55-65.
[14] B.S Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Dalam Perspektif
Kristiani (Bandung: Kalam Hidup,
1993), 129-134.
[15] Wawancara dengan Bapak. Peniel
Zebua, Guru PAK SMPN. 2 Sedati, 25 Maret 2014, pukul 10.00 Wib,di Jln. Jenggolo
III/133 Pucang Sidoarjo.
[16] E.G. Homrighousen & I.H.
Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996), 153.
[17] Mengajar langsung siswa-siswi
Kristen di SMPN 1. Tanggulangin Sidoarjo,
mengamati sikap remaja dalam kelas Sekolah Minggu di Gepekris Jenggolo
Sidoarjo, Jln Jenggolo III/133 Pucang Sidoarjo.
[18]
John M. Nainggolan, Menjadi Guru
Agama Kristen, (Jawa Barat: Generasi Info media, 2007), 6.
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan , (Bandung: Alfabeta, 2013), 199.
[20] Ibid, hlm 199 .
[21] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2013), 135.
[22] Ibid, hlm 14.
[23] Ibid, hlm 14.
[24] Yosi abdian, Bahasa Dan Sastra Indonesia; Pengertian
Pengaruh, Yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/1, diakses tanggal 5 Maret
2015 pukul 11.00 WIB.
[25] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2012), 18.
[26] Moelyoto, Ilmu Pendidikan, (Malang: Diktat, 2009), 1.
[27] B.S Sidjabat, Mengajar Secara Profesional, (Bandung:
Kalam Hidup, 1993), 9.
[28] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agama Kristen
(Yokyakarta: Andi, 2010), 5.
[29] B.S Sidjabat, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:
Kalam Hidup, 1993), 9-10.
[30] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), 96-99.
[31] John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Jawa Barat:
Generasi Info media, 2007), 2.
0 komentar:
Posting Komentar