Maret 23, 2020
0

www.idntimes.com


Setelah membuat latar belakang masalah..
Selanjutnya adalah membuat identifikasi masalah.

Apa itu identifikasi masalah?
Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi persoalan-persoalan atau masalah-masalah yang ada dalam obyek penelitian yang sesuai dengan judul penelitian.
Identifikasi masalah ini biasanya terkait dengan semua persoalan atau masalah yang menjadi fokus penelitian, yang diwujudkan dalam sebuah pertanyaan.

Berapa jumlah identifikasi masalah?
Jumlahnya sebanyak dengan fenomena yang disebut pada akhir latar belakang masalah.
Saat membuat latar belakang masalah, ada 4 point penting (seperti yang sudah dijelaskan dalam point: cara membuat latar belakang masalah).  Pada point ke tiga dijelaskan tentang persoalan-persoalan yang terjadi pada obyek penelitian.  Persoalan-persoalan yang dijelaskan pada point ketiga inilah yang dijadikan dasar pembuatan identifikasi masalah.
Persoalan apa yang terjadi?  Ada masalah apa?
Biasanya identifikasi masalah lebih dari tiga... atau  enam.... bahkan ada yang sekitar sepuluh identifikasi masalah.
Tergantung penguasaan penulis terkait topik dan persoalan yang terjadi di tempat penelitian.

Bagaimana cara membuat identifikasi masalah?
Penulisan setiap masalah yang didentifikasi dimulai dengan uraian singkat latar belakang masalahnya.  Lalu diakhiri dengan sebuah kalimat tanya, yang menanyakan hal tersebut.

KUNCI PENTING:
POINT-POINT YANG HARUS ADA DALAM IDENTIFIKASI MASALAH YAITU:
1. PERTANYAAN MENGENAI VARIABEL X
2. PERTANYAAN MENGENAI VARIABEL Y
3. PERTANYAAN TERKAIT HUBUNGAN VARIABEL X DAN Y

Contoh identifikasi masalah:
Judul: 
Pengaruh  Pembelajaran  Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Budi Pekerti dengan Strategi Inkuiri, Terhadap Minat Belajar Siswa Kristen Kelas VII-IX di SMP Negeri 2 Gedangan Sidoarjo

Identifikasi Masalah:
Dari uraian diatas, sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang masalah,  maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1.  Dilapangan ditemukan bahwa peserta didik bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran. Diindikasikan penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang tidak bervariasi. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dimunculkan pertanyaan, bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran inkuiri di SMP Negeri 2 Gedangan?
2.  Dilapangan ditemukan bahwa peserta didik mengalami kejenuhan dalam belajar. Diindikasikan bahwa peserta didik tidak berminat dalam belajar.   Bagaimanakah menumbuhkan minat belajar peserta didik?
3.   Dilapangan ditemukan bahwa adanya penggabungan jam pelajaran seperti kelas VII dan kelas IX dalam jam pelajaran yang sama dan satu ruangan yang sama, sehingga menyebabkan ketidak-efektifan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Diindikasikan bagian kurikulum kesulitan dalam mengatur jam pelajaran.
4.   Dilapangan ditemukan bahwa sebagian peserta didik kurang memenuhi standar kriteria ketuntasan minimum KKM dalam pembelajaran agama Kristen. Diindikasikan bahwa peserta didik kurang antusias  untuk belajar. Apakah yang menyebabkan kurangnya minat belajar peserta didik Kristen di SMP Negeri 2 Gedangan?
5.  Dilapangan ditemukan bahwa peserta didik tidak berminat untuk belajar pembelajaran PendidikanAgama Kristen dan Budi Pekerti. Diindikasikan bahwa didalam proses belajar mengajar masih menggunakan strategi pembelajaran satu arah. Maka menimbulkan pertanyaan, sejauhmana pengaruh strategi inkuiri dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti terhadap minat belajar peserta didik di SMP negeri 2 Gedangan?




0 komentar: