www.idntimes.com
Setelah membuat latar belakang masalah..
Selanjutnya adalah membuat identifikasi masalah.
Apa itu identifikasi masalah?
Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi persoalan-persoalan atau masalah-masalah yang ada dalam obyek penelitian yang sesuai dengan judul penelitian.
Identifikasi masalah ini biasanya terkait dengan semua persoalan atau masalah yang menjadi fokus penelitian, yang diwujudkan dalam sebuah pertanyaan.
Berapa jumlah identifikasi masalah?
Jumlahnya sebanyak dengan fenomena yang disebut pada akhir latar belakang masalah.
Saat membuat latar belakang masalah, ada 4 point penting (seperti yang sudah dijelaskan dalam point: cara membuat latar belakang masalah). Pada point ke tiga dijelaskan tentang persoalan-persoalan yang terjadi pada obyek penelitian. Persoalan-persoalan yang dijelaskan pada point ketiga inilah yang dijadikan dasar pembuatan identifikasi masalah.
Persoalan apa yang terjadi? Ada masalah apa?
Biasanya identifikasi masalah lebih dari tiga... atau enam.... bahkan ada yang sekitar sepuluh identifikasi masalah.
Tergantung penguasaan penulis terkait topik dan persoalan yang terjadi di tempat penelitian.
Bagaimana cara membuat identifikasi masalah?
Penulisan setiap masalah yang didentifikasi dimulai dengan uraian singkat latar belakang masalahnya. Lalu diakhiri dengan sebuah kalimat tanya, yang menanyakan hal tersebut.
KUNCI PENTING:
POINT-POINT YANG HARUS ADA DALAM IDENTIFIKASI MASALAH YAITU:
1. PERTANYAAN MENGENAI VARIABEL X
2. PERTANYAAN MENGENAI VARIABEL Y
3. PERTANYAAN TERKAIT HUBUNGAN VARIABEL X DAN Y
Contoh identifikasi masalah:
Judul: Pengaruh
Pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen (PAK) dan Budi Pekerti dengan Strategi Inkuiri, Terhadap Minat Belajar
Siswa Kristen Kelas VII-IX di SMP Negeri 2 Gedangan Sidoarjo
Identifikasi Masalah:
Dari
uraian diatas, sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Dilapangan
ditemukan bahwa peserta didik bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran.
Diindikasikan penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang tidak
bervariasi. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dimunculkan pertanyaan,
bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran inkuiri di SMP Negeri 2 Gedangan?
2. Dilapangan
ditemukan bahwa peserta didik mengalami
kejenuhan dalam belajar. Diindikasikan bahwa peserta didik tidak berminat dalam belajar. Bagaimanakah
menumbuhkan minat belajar peserta didik?
3. Dilapangan ditemukan bahwa adanya penggabungan
jam pelajaran seperti kelas VII dan kelas IX dalam jam pelajaran yang sama dan
satu ruangan yang sama, sehingga menyebabkan ketidak-efektifan dalam
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen. Diindikasikan bagian kurikulum
kesulitan dalam mengatur jam pelajaran.
4. Dilapangan ditemukan bahwa sebagian peserta
didik kurang memenuhi standar kriteria ketuntasan minimum KKM dalam
pembelajaran agama Kristen. Diindikasikan bahwa peserta didik kurang antusias untuk belajar.
Apakah yang menyebabkan kurangnya minat belajar peserta didik Kristen di SMP
Negeri 2 Gedangan?
5. Dilapangan
ditemukan bahwa peserta didik tidak berminat untuk belajar pembelajaran PendidikanAgama Kristen dan Budi Pekerti.
Diindikasikan bahwa didalam proses belajar mengajar masih menggunakan strategi
pembelajaran satu arah. Maka menimbulkan pertanyaan, sejauhmana pengaruh strategi
inkuiri dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti terhadap
minat belajar peserta didik di SMP negeri 2 Gedangan?
0 komentar:
Posting Komentar