www.idntimes.com
CONTOH PROPOSAL
Oleh Soedarmi
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini peneliti akan membahas secara sistematis
tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penelitian meliputi kepentingan
teoritis dan kepentingan praktis, metodologi penelitian, definisi istilah, dan
sistematika penulisan.
Latar
Belakang Masalah
Hidup
berkeluarga dihayati oleh hampir seluruh umat manusia. Keluarga merupakan
kelompok terkecil dari kehidupan manusia di masyarakat yang umumnya terdiri
dari ayah, ibu dan anak. Mereka hidup
bersama dalam ikatan darah, perkawinan atau pengangkatan. Sesuai dengan
kejadian 2:24 : sebab itu seorang laki-laki berpisah dengan orang tua dan
bersatu dengan istrinya. Hidup dalam keluarga tidak hanya dilihat sebagai
urusan pribadi maupun urusan kemasyarakatan. Akan tetapi hidup dalam keluarga
sebagai cara hidup yang sesuai dengan rencana dan kehendak Allah. Sesuai dengan
kejadian 2:18 : manusia tidak baik hidup seorang diri Allah memberikan penolong
yang sepadan.
Keluarga merupakan
kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan terkecil yang ada pada
suatu sistem masyarakat. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi
anak.[1]
Dalam keluarga anak
melewati masa peka sehingga pendidikan yang diterimanya sangat penting atau
utama bagi pendidikan pada masa-masa selanjutnya. Bahkan rumah atau lingkungan keluarga menjadi
tempat yang sangat penting bagi penentuan kualitas kehidupan setiap anggotanya,
baik sebagai anak atau orang tua. Orang tua mempunyai
peranan mendidik anaknya untuk menciptakan anak yang berguna baik melalui pendidikan
formal maupun informal. Dalam lingkungan keluarga sendiri, orang tua dan
anggota keluarga lainnya diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif didalam
rumah, diantaranya adalah kebersamaan, saling pengertian dan kasih sayang dalam
pribadi setiap anggotanya agar tercipta suatu keluarga yang mempunyai hubungan
yang harmonis.
Hubungan yang
harmonis adalah hubungan yang dilaksanakan dengan selaras, serasi dan seimbang.[2]
Yaitu hubungan yang diwujudkan melalui jalinan pola sikap dan perilaku antara
suami-isteri yang saling peduli, saling menghormati, saling menghargai, saling
membantu, dan saling mengisi.” Sesuai
dengan Efesus 6:1-4 yaitu :
Hai anak-anak taatilah orang tuamu di dalam
Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah suatu
perintah yang penting. Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu. Hai Bapa-Bapa
janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakMu. Tetapi didiklah mereka
didalam ajaran dan nasehat Tuhan.
Berhasil
tidaknya, baik buruknya anak sangat bergantung pada orang tua sebagai figur
utama proses pendidikan dan pembentukan moral atau akhlak anak. Orang tua
adalah pembina pribadi yang utama dalam hidup. Kepribadian orang tua, sikap dan
cara hidup mereka merupakan unsur-unsur yang dengan sendirinya masuk kedalam
pribadi yang tumbuh.[3]
Pada kenyataannya keadaan
sebuah keluarga itu bermacam-macam, dilihat dari sudut pandang yang
bermacam-macam pula. Dilihat dari sudut pandang tempat tinggal, ada yang
bertempat tinggal di desa, di kota, di kawasan elit dan lain-lainnya. Dari
sudut pandang pekerjaan, ada yang buruh, petani, pegawai negeri, berdagang dan
sebagainya. Dari sudut pandang ekonomi, ada keluarga kaya, keluarga sedang dan
keluarga miskin. Kenyataan yang ada dan bermacam-macam ini memungkinkan pula
keanekaragaman suasana yang terjadi di dalam suatu keluarga. Berbeda-beda
tingkat kesejahteraan, ketentraman maupun kesulitan yang dihadapi.
Kenyataan tersebut,
belum dapat dikatakan pasti bahwa yang kaya hidupnya bahagia, yang miskin tidak
bahagia, yang pekerjaannya pegawai negeri suasana rumah tangganya harmonis,
yang pekerjaannya buruh rumah tangganya tidak harmonis, yang bertempat tinggal
di desa suasana keluarganya tidak pernah terjadi kemelut, sedang yang dikota
selalu terjadi kemelut. Tidak demikian, sebab kesejahteraan dan keharmonisan
ataupun terjadinya suatu kemelut dalam rumah tangga tidak hanya tergantung dari
kemampuan ekonomi, jenis pekerjaan serta tempat tinggal seseorang.
Sebagai sebuah
lembaga pendidikan non-formal, keharmonisan dalam keluarga sangat menentukan
kepribadian anak. Beberapa usaha untuk mewujudkan keluarga yang harmonis antara
lain dengan membina hubungan baik antar sesama anggota dalam keluarga yang
bernaung di dalam suatu rumah tangga. Hal tersebut meliputi hubungan baik
antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, ibu dengan anak dan antar sesama anak
dalam satu keluarga. Selain itu anggota keluarga juga harus mengerti dan mau
melaksanakan kewajiban sesuai dengan tanggung jawabnya serta menghindarkan diri
dari perbuatan yang tidak baik. Dengan demikian akan tercipta suasana keluarga
dimana semua anggota keluarga akan betah tinggal di rumah dan suasana rumah
menjadi tenang, terutama bagi anak.
Dengan terciptanya
keharmonisan keluarga maka akan berdampak positif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Lebih khusus lagi berkaitan dengan proses pendidikan dan
belajar anak. Hal ini akan berdampak pada jiwa anak untuk selalu termotivasi
melakukan aktivitas-aktivitas belajar yang dapat meningkatkan kemampuan atau
potensi yang dimilikinya secara optimal. Motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan munculnya tanggapan terhadap tujuan.[4]
Sedangkan motivasi sendiri merupakan dorongan untuk mendapatkan efek belajar
yang maksimal.
Dengan dukungan
kondisi keluarga yang harmonis juga dapat menstimulus siswa untuk meningkatkan
aktifitasnya dalam belajar agar prestasi belajarnya disekolah akan tercapai
dengan baik. Akan tetapi kadang sebagian orang tua beranggapan bahwa keadaan
didalam rumah dan kondisi keluarga tidak mempunyai peranan yang begitu besar
terhadap proses belajar anak dan hasil belajar anak disekolah. Mereka
menganggap bahwa setelah anak mendapatkan pendidikan disekolah maka lepaslah
hak dan kewajiban keluarga atau orang tua untuk memberikan pendidikan kepada
anaknya.
Keharmonisan
berkeluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor ekonomi.
Faktor ekonomi ini sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa. Dalam
kenyataan yang ada dapat kita ketahui bahwa dalam kehidupan ekonomi yang kurang
mencukupi, maka akan menimbulkan percecokan antara anggota keluarga. Hal ini
akan sangat mempengaruhi semangat anak-anak untuk belajar, sehingga akan
mengakibatkan menurunnya prestasi belajar mereka. Jika dalam keluarga hubungan
orang tua tidak harmonis maka akan menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan
dan diabaikan.
Pendidikan
anak dalam keluarga akan terhambat karena peran orang tua sebagai pendidik yang
pertama tidak bisa berfungsi secara maksimal dikarenakan kondisi
ketidakharmonisan dalam keluarga. Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki tercapai. Dengan kata lain adanya keharmonisan keluarga, anak akan
senantiasa termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar, baik dirumah maupun
disekolah.
Adapun
indikator-indikator dalam variabel motivasi belajar adalah sebagai berikut: “Tekun
dalam mengerjakan tugas sekolah. Mempunyai jadwal khusus untuk belajar. Selalu
berusaha untuk meraih prestasi. Aktif dan konsentrasi dalam mengikuti
pelajaran. Menggunakan waktu luang untuk aktifitas belajar.”[5]
Dari
uraian diatas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa untuk mencapai suatu
motivasi belajar yang baik kemungkinan akan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dalam hal ini faktor tersebut meliputi keharmonisan keluarga. Untuk membuktikan
apakah faktor keharmonisan keluarga itu memiliki pengaruh dengan motivasi
belajar siswa, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh keharmonisan
keluarga terhadap motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah
11 Gedangan tahun pelajaran 2017/2018.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa yang beragama
Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan Sidoarjo:
1. Adanya
perbedaan tingkat ekonomi dan jenis pekerjaan serta tempat tinggal seseorang
kemungkinan berhubungan dengan terjadinya perbedaan situasi dan kondisi yang
mencerminkan kehidupan tiap – tiap keluarga. Dilapangan banyak ditemukan siswa
dengan keadaan orang tua yang sudah pisah diakibatkan perbedaan tingkat
pendapatan ayah dan ibu, dimana penapatan ibu lebih besar, sering terjadi percekcokan dan
akhirnya memutuskan untuk berpisah . Contoh kecil adalah seorang siswaa kelas 6
yang merupakan korban perpisahan dari orang tua dan akibatnya cara belajarnya
menjadi terganggu hingga selalu menjadi murid yang cara pemahaman pelajarannya
tertinggal di kelas. Bagaimana cara memotivasi belajar siswa yang orang tuanya
bercerai atau mengalami perceraian?
2. Akibat
perbuatan yang tidak dikehendaki dan kelalaian dalam melaksanakan tanggung
jawab masing – masing anggota keluarga kemungkinan dapat menimbulkan
percekcokan dalam suatu keluarga. Tingginya kesibukan orang tua terkadang
membuat perhatian terhadap anak berkurang. Sehingga cenderung tidak ada
komunikasi dan keharmonisan dalam hubungan keluarga, bahkan tidak jarang
terjadi percekcokan antar orang tua didepan anak. Sehingga hal ini menimbulkan
trauma tersendiri bagi anak. Bagaimana keharmonisan keluarga pada siswa yang
beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan?.
3. Dengan
adanya faktor keharmonisan dari setiap kehidupan rumah tangga kemungkinan akan
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Bagaimana pengaruh keharmonisan
keluarga terhadap motivasi belarar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah
11 Gedangan?
Pembatasan Masalah
Suatu penulisan akan lebih jelas dan spesifik apabila
dibatasi ruang lingkupnya. Unit penulisan hanya berfokus pada siswa kelas 1 – 6
SD Hang Tuah 11 yang beragama Kristen. Pemabatasan masalah pada penulisan
skripsi ini adalah:
1. Adanya
indikasi perbedaan tingkat ekonomi dan jenis pekerjaan serta tempat tinggal
seseorang kemungkinan berhubungan dengan terjadinya perbedaan situasi dan
kondisi yang mencerminkan kehidupan tiap – tiap keluarga. Dilapangan banyak
ditemukan siswa dengan keadaan orang tua yang sudah pisah diakibatkan perbedaan
tingkat ekonomi keluarga. Contoh kecil adalah seorang siswaa kelas 6 yang
merupakan korban perpisahan dari orang tua dan akibatnya cara belajarnya
menjadi terganggu hingga selalu menjadi murid yang cara pemahaman pelajarannya
tertinggal di kelas. Bagaimana cara memotivasi belajar siswa yang orang tuanya
bercerai atau mengalami perceraian?
2. Adanya
indikasi akibat perbuatan yang tidak dikehendaki dan kelalaian dalam
melaksanakan tanggung jawab masing – masing anggota keluarga kemungkinan dapat
menimbulkan percekcokan dalam suatu keluarga. Tingginya kesibukan orang tua
terkadang membuat perhatian terhadap anak berkurang. Sehingga cenderung tidak
ada komunikasi dan keharmonisan dalam hubungan keluarga, bahkan tidak jarang
terjadi percekcokan antar orang tua didepan anak. Sehingga hal ini menimbulkan
trauma tersendiri bagi anak. Bagaimana keharmonisan keluarga pada siswa yang
beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan?.
3. Terdapatnya
indikasi bahwa dengan adanya faktor keharmonisan dari setiap kehidupan rumah
tangga kemungkinan akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Bagaimana
pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belarar siswa yang beragama
Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan?
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
dipaparkan, muncul beberapa masalah pokok yang menjadi bahasan dalam penulisan
ini. Beberapa diantaranya :
1. Bagaimana
cara memotivasi belajar siswa yang orang tuanya bercerai ?
2. Bagaimana
keharmonisan keluarga siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan ?
3. Bagaimana
pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa yang beragama
Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan ?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang
diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi belajar siswa
beragama Kristen yang keluarganya dalam kondisi bercerai.
2. Untuk mengetahui keharmonisan keluarga siswa yang beragama
Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh keharmonisan keluarga terhadap
motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan.
Kepentingan Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengajukan
dua manfaat penelitian yang digolongkan dalam dua bagian, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis
Manfaat Teoritis
1.
Menambah
pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pengaruh keharmonisan keluarga
terhadap motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan.
2.
Hasil penulisan
ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi para pendidik dalam
upaya meningkat motivasi belajar siswa.
3.
Hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk kegiatan penelitian yang sejenis
pada waktu mendatang.
Manfaat Praktis
1. Bagi Orang
Tua Siswa
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua siswa, agar dapat
menciptakan keharmonisan keluarga yang menimbulkan dan meningkatkan motivasi
belajar siswa.
2. Bagi Guru
atau Sekolah
Dapat
memberikan masukan kepada guru untuk dapat ikut membantu motivasi belajar pada
siswa sehingga siswa mampu mencapai prestasi belajar yang optimal.
Metodologi Penelitian
Metodologi berasal dari kata method dan logos. Methode
berarti cara yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
sedangkan logos berarti ilmu. Metode
adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan
bahwasannya metode adalah cara atau jalan yang ditempuh guna mencapai tujuan
khusunya dalam kegiatan ilmiah.
Berdasarkan
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah kegiatan yang
terencana, sistematis dan mengikuti metode ilmiah dalam mencari jawaban atas
suatu masalah dengan tujuan untuk memperoleh pengertian, pengetahuan, dan
pemahaman dari gejala-gejala atau proses penyelidikan bidang tertentu.
Dengan
melihat arti metodologi dan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada hakekatnya metodologi penelitian adalah cara-cara ilmiah yang harus
dilakukan untuk mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka
untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif,
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan masalah dengan jalan
mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa, dan
menginterpretasikan data berupa angka dan skor. Jumlah responden yang digunakan
dalam penulisan ini sebanyak 85 siswa – siswi kelas 1 – 6 yang beragama
Kristen.
Dalam penulisan
skripsi ini penulis juga melakukan riset kepustakaan. Riset ini dilakukan untuk
memperoleh bahan yang bersifat teoritis tentang pokok pembahasan dalam skripsi
ini, penulis membaca, mempelajari dan meneliti dengan seksama berbagai buku, koran,
artikel di internet, kamus, ensiklopedi yang berhubungan dengan judul penulisan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan angket dengan skala Likert
yaitu dengan lima pilihan jawaban, antara lain STS (sangat tidak setuju), TS (
tidak setuju), RR (ragu-ragu), S (setuju), SS (sangat setuju). Data ini akan
didapat dengan cara responden mengisi angket. Skala Lickert adalah untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi terhadap sesuatu objek.[6]
Metode
analisa data adalah untuk menguji hipotesa dengan menggunakan bantuan regresi
linear sederhana dengan bantuan SPSS. Regresi sederhana adalah pengujian
hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y). [7]
sementara SPSS itu sendiri adalah singkatan dari Statiscal Product and Service
Solutions. Artinya salah satu program olah data statistik yang paling banyak
diminati oleh para peneliti.[8]
Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang keliru,
maka penulis merasa perlu mendefinisikan istilah untuk memberi kesamaan
pemahaman yang dipergunakan pada judul skripsi ini yaitu:
1. Keharmonisan
keluarga
Keharmonisan berasal dari kata harmonis, yang
diartikan selaras, serasi.[9] Keharmonisan
diartikan hal (keadaan) selaras atau serasi keselarasannya, keserasiannya.[10] Keluarga
adalah sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal bersama, dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi
mempengaruhi, memperhatikan, menyerah diri, melengkapi dan menyempurnakan. Dan
itu terkandung peran dan fungsi orang tua dalam keluarga.[11]
Keluarga sebagai sebuah pasangan suami istri atau
kelompok-kelompok keluarga orang dewasa yang mereka bekerja sama memenuhi
kebutuhan ekonomi dan dalam mendidik anak-anak, serta seluruh anggota atau
sebagian besar anggotanya bertempat tinggal (hidup) bersama.
Sedangkan yang dimaksud keharmonisan keluarga dalam penilaian
ini adalah keselarasan atau keserasian hubungan dalam keluarga yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan dan dapat dilakukan dengan efektif, sehingga menunjang
tercapainya kehidupan keluarga yang harmonis.[12]
2. Pengaruh adalah daya atau kekuatan yang timbul
dari sesuatu (orang, benda, dsb) yang berkuasa atau berkekuatan untuk mengubah.
[13]
3. Motivasi Belajar
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahului dengan munculnya tanggapan terhadap tujuan.[14]
Motivasi merupakan landasan awal seseorang dan niat yang akan
mengantarkan perolehan prestasi atau hasil belajar bagi para siswa disekolah
yang juga dijadikan standar bagi keberhasilan dalam mencari ilmu dan mencapai
cita-cita.
Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan kepandaian atau suatu pengertian.[15]
Belajar adalah suatu aktivitas mental dan fisik yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap
perubahan itu bersifat secara relativ konstan dan berbekas.
4. Sekolah Dasar Hang Tuah 11 Gedangan: Sekolah
dibawah naungan Yayasan Hang Tuah Surabaya. Sekolah ini beralamatkan di Rumdis
TNI AL Jl. Rencong No. 7 Tebel, Gedangan, kabupaten Sidoarjo.
Sistematika Penulisan
BAB I menjelaskan tentang Pendahuluan yabg berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Kepentingan Penulisan, Metode Penulisan,
Definisi Istilah , Sistematika Penelitian.
BAB II menjelaskan tentang landasan teori yang berisi tentang
kajian teori tentang keharmonisan keluarga dan motivasi belajar siswa, kerangka
berpikir dan hipotesis.
BAB III menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisi
tentang tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan pengolahan data.
Bab
keempat: Menguraikan hasil penelitian serta penjelasan dari penelitian
Bab
kelima: Kesimpulan. Implikasi dan saran.
[1] Sutja, A, Memaahami Lingkungan Keluarga dan Pendidikan Anak (Jambi: Bimbingan
Konseling Universitas Jambi, 2011), hal. 4
[2] Subhan, S, Membina Keluarga Sakinah (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004),
hal. 34
[3] Zakiyah Darajat, Ilmu Agama (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), hal. 12
[4] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raya Grafindo
Persada, 1994), hal. 56
[5] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raya Grafindo
Persada, 1994), hal. 78
[6]Husaini Usman, dan Purnomo
Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.69.
[7]Syahri Alhusin, Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 9
(Jakarta:Gramedia, 2001), hal.129.
[8]Ibid, hal.1.
[9] Poerwardaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1983), hal. 5
[10] Wojo Wasito, Kamus Lengkap (Bandung: Hasta, 1980), hal 76
[11] Muh. Shahib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Anak Mengembangkan Disiplin Diri
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 12
[12] Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan
Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002), hal. 3
[13] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Usaha Nasional, 1988), hal. 24
[14] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994), hal. 87
[15] W.S Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta, Gramedia, 1987), hal. 23
0 komentar:
Posting Komentar