Maret 07, 2020
0
www.idntimes.com


CONTOH PROPOSAL
Oleh Soedarmi


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini peneliti akan membahas secara sistematis tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penelitian meliputi kepentingan teoritis dan kepentingan praktis, metodologi penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah
Hidup berkeluarga dihayati oleh hampir seluruh umat manusia. Keluarga merupakan kelompok terkecil dari kehidupan manusia di masyarakat yang umumnya terdiri dari  ayah, ibu dan anak. Mereka hidup bersama dalam ikatan darah, perkawinan atau pengangkatan. Sesuai dengan kejadian 2:24 : sebab itu seorang laki-laki berpisah dengan orang tua dan bersatu dengan istrinya. Hidup dalam keluarga tidak hanya dilihat sebagai urusan pribadi maupun urusan kemasyarakatan. Akan tetapi hidup dalam keluarga sebagai cara hidup yang sesuai dengan rencana dan kehendak Allah. Sesuai dengan kejadian 2:18 : manusia tidak baik hidup seorang diri Allah memberikan penolong yang sepadan.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan terkecil yang ada pada suatu sistem masyarakat. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak.[1]
Dalam keluarga anak melewati masa peka sehingga pendidikan yang diterimanya sangat penting atau utama bagi pendidikan pada masa-masa selanjutnya.  Bahkan rumah atau lingkungan keluarga menjadi tempat yang sangat penting bagi penentuan kualitas kehidupan setiap anggotanya, baik sebagai anak atau orang tua.                                                Orang tua mempunyai peranan mendidik anaknya untuk menciptakan anak yang berguna baik melalui pendidikan formal maupun informal. Dalam lingkungan keluarga sendiri, orang tua dan anggota keluarga lainnya diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif didalam rumah, diantaranya adalah kebersamaan, saling pengertian dan kasih sayang dalam pribadi setiap anggotanya agar tercipta suatu keluarga yang mempunyai hubungan yang harmonis.
Hubungan yang harmonis adalah hubungan yang dilaksanakan dengan selaras, serasi dan seimbang.[2] Yaitu hubungan yang diwujudkan melalui jalinan pola sikap dan perilaku antara suami-isteri yang saling peduli, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, dan saling mengisi.”  Sesuai dengan Efesus 6:1-4 yaitu :
Hai anak-anak taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah suatu perintah yang penting. Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu. Hai Bapa-Bapa janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakMu. Tetapi didiklah mereka didalam ajaran dan nasehat Tuhan.

            Berhasil tidaknya, baik buruknya anak sangat bergantung pada orang tua sebagai figur utama proses pendidikan dan pembentukan moral atau akhlak anak. Orang tua adalah pembina pribadi yang utama dalam hidup. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur yang dengan sendirinya masuk kedalam pribadi yang tumbuh.[3]
Pada kenyataannya keadaan sebuah keluarga itu bermacam-macam, dilihat dari sudut pandang yang bermacam-macam pula. Dilihat dari sudut pandang tempat tinggal, ada yang bertempat tinggal di desa, di kota, di kawasan elit dan lain-lainnya. Dari sudut pandang pekerjaan, ada yang buruh, petani, pegawai negeri, berdagang dan sebagainya. Dari sudut pandang ekonomi, ada keluarga kaya, keluarga sedang dan keluarga miskin. Kenyataan yang ada dan bermacam-macam ini memungkinkan pula keanekaragaman suasana yang terjadi di dalam suatu keluarga. Berbeda-beda tingkat kesejahteraan, ketentraman maupun kesulitan yang dihadapi.
Kenyataan tersebut, belum dapat dikatakan pasti bahwa yang kaya hidupnya bahagia, yang miskin tidak bahagia, yang pekerjaannya pegawai negeri suasana rumah tangganya harmonis, yang pekerjaannya buruh rumah tangganya tidak harmonis, yang bertempat tinggal di desa suasana keluarganya tidak pernah terjadi kemelut, sedang yang dikota selalu terjadi kemelut. Tidak demikian, sebab kesejahteraan dan keharmonisan ataupun terjadinya suatu kemelut dalam rumah tangga tidak hanya tergantung dari kemampuan ekonomi, jenis pekerjaan serta tempat tinggal seseorang.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan non-formal, keharmonisan dalam keluarga sangat menentukan kepribadian anak. Beberapa usaha untuk mewujudkan keluarga yang harmonis antara lain dengan membina hubungan baik antar sesama anggota dalam keluarga yang bernaung di dalam suatu rumah tangga. Hal tersebut meliputi hubungan baik antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, ibu dengan anak dan antar sesama anak dalam satu keluarga. Selain itu anggota keluarga juga harus mengerti dan mau melaksanakan kewajiban sesuai dengan tanggung jawabnya serta menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak baik. Dengan demikian akan tercipta suasana keluarga dimana semua anggota keluarga akan betah tinggal di rumah dan suasana rumah menjadi tenang, terutama bagi anak.
Dengan terciptanya keharmonisan keluarga maka akan berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Lebih khusus lagi berkaitan dengan proses pendidikan dan belajar anak. Hal ini akan berdampak pada jiwa anak untuk selalu termotivasi melakukan aktivitas-aktivitas belajar yang dapat meningkatkan kemampuan atau potensi yang dimilikinya secara optimal. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan munculnya tanggapan terhadap tujuan.[4] Sedangkan motivasi sendiri merupakan dorongan untuk mendapatkan efek belajar yang maksimal.
Dengan dukungan kondisi keluarga yang harmonis juga dapat menstimulus siswa untuk meningkatkan aktifitasnya dalam belajar agar prestasi belajarnya disekolah akan tercapai dengan baik. Akan tetapi kadang sebagian orang tua beranggapan bahwa keadaan didalam rumah dan kondisi keluarga tidak mempunyai peranan yang begitu besar terhadap proses belajar anak dan hasil belajar anak disekolah. Mereka menganggap bahwa setelah anak mendapatkan pendidikan disekolah maka lepaslah hak dan kewajiban keluarga atau orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anaknya.
Keharmonisan berkeluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi ini sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa. Dalam kenyataan yang ada dapat kita ketahui bahwa dalam kehidupan ekonomi yang kurang mencukupi, maka akan menimbulkan percecokan antara anggota keluarga. Hal ini akan sangat mempengaruhi semangat anak-anak untuk belajar, sehingga akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar mereka. Jika dalam keluarga hubungan orang tua tidak harmonis maka akan menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan dan diabaikan.
Pendidikan anak dalam keluarga akan terhambat karena peran orang tua sebagai pendidik yang pertama tidak bisa berfungsi secara maksimal dikarenakan kondisi ketidakharmonisan dalam keluarga. Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Dengan kata lain adanya keharmonisan keluarga, anak akan senantiasa termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar, baik dirumah maupun disekolah.
Adapun indikator-indikator dalam variabel motivasi belajar adalah sebagai berikut: “Tekun dalam mengerjakan tugas sekolah. Mempunyai jadwal khusus untuk belajar. Selalu berusaha untuk meraih prestasi. Aktif dan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Menggunakan waktu luang untuk aktifitas belajar.”[5]
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa untuk mencapai suatu motivasi belajar yang baik kemungkinan akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam hal ini faktor tersebut meliputi keharmonisan keluarga. Untuk membuktikan apakah faktor keharmonisan keluarga itu memiliki pengaruh dengan motivasi belajar siswa, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan tahun pelajaran 2017/2018.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan Sidoarjo:
1.    Adanya perbedaan tingkat ekonomi dan jenis pekerjaan serta tempat tinggal seseorang kemungkinan berhubungan dengan terjadinya perbedaan situasi dan kondisi yang mencerminkan kehidupan tiap – tiap keluarga. Dilapangan banyak ditemukan siswa dengan keadaan orang tua yang sudah pisah diakibatkan perbedaan tingkat pendapatan ayah dan ibu, dimana penapatan ibu lebih  besar, sering terjadi percekcokan dan akhirnya memutuskan untuk berpisah . Contoh kecil adalah seorang siswaa kelas 6 yang merupakan korban perpisahan dari orang tua dan akibatnya cara belajarnya menjadi terganggu hingga selalu menjadi murid yang cara pemahaman pelajarannya tertinggal di kelas. Bagaimana cara memotivasi belajar siswa yang orang tuanya bercerai atau mengalami perceraian?
2.    Akibat perbuatan yang tidak dikehendaki dan kelalaian dalam melaksanakan tanggung jawab masing – masing anggota keluarga kemungkinan dapat menimbulkan percekcokan dalam suatu keluarga. Tingginya kesibukan orang tua terkadang membuat perhatian terhadap anak berkurang. Sehingga cenderung tidak ada komunikasi dan keharmonisan dalam hubungan keluarga, bahkan tidak jarang terjadi percekcokan antar orang tua didepan anak. Sehingga hal ini menimbulkan trauma tersendiri bagi anak. Bagaimana keharmonisan keluarga pada siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan?.
3.    Dengan adanya faktor keharmonisan dari setiap kehidupan rumah tangga kemungkinan akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Bagaimana pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belarar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan?

Pembatasan Masalah
Suatu penulisan akan lebih jelas dan spesifik apabila dibatasi ruang lingkupnya. Unit penulisan hanya berfokus pada siswa kelas 1 – 6 SD Hang Tuah 11 yang beragama Kristen. Pemabatasan masalah pada penulisan skripsi ini adalah:
1.    Adanya indikasi perbedaan tingkat ekonomi dan jenis pekerjaan serta tempat tinggal seseorang kemungkinan berhubungan dengan terjadinya perbedaan situasi dan kondisi yang mencerminkan kehidupan tiap – tiap keluarga. Dilapangan banyak ditemukan siswa dengan keadaan orang tua yang sudah pisah diakibatkan perbedaan tingkat ekonomi keluarga. Contoh kecil adalah seorang siswaa kelas 6 yang merupakan korban perpisahan dari orang tua dan akibatnya cara belajarnya menjadi terganggu hingga selalu menjadi murid yang cara pemahaman pelajarannya tertinggal di kelas. Bagaimana cara memotivasi belajar siswa yang orang tuanya bercerai atau mengalami perceraian?
2.    Adanya indikasi akibat perbuatan yang tidak dikehendaki dan kelalaian dalam melaksanakan tanggung jawab masing – masing anggota keluarga kemungkinan dapat menimbulkan percekcokan dalam suatu keluarga. Tingginya kesibukan orang tua terkadang membuat perhatian terhadap anak berkurang. Sehingga cenderung tidak ada komunikasi dan keharmonisan dalam hubungan keluarga, bahkan tidak jarang terjadi percekcokan antar orang tua didepan anak. Sehingga hal ini menimbulkan trauma tersendiri bagi anak. Bagaimana keharmonisan keluarga pada siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan?.
3.    Terdapatnya indikasi bahwa dengan adanya faktor keharmonisan dari setiap kehidupan rumah tangga kemungkinan akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Bagaimana pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belarar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan?

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, muncul beberapa masalah pokok yang menjadi bahasan dalam penulisan ini. Beberapa diantaranya :
1.    Bagaimana cara memotivasi belajar siswa yang orang tuanya bercerai ?
2.    Bagaimana keharmonisan keluarga siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan ?
3.    Bagaimana pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan ?

Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi belajar siswa beragama Kristen yang keluarganya dalam kondisi bercerai.
2.    Untuk mengetahui keharmonisan keluarga siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan.
3.    Untuk mengetahui pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan.

Kepentingan Penulisan
            Dalam penulisan skripsi ini penulis mengajukan dua manfaat penelitian yang digolongkan dalam dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis

Manfaat Teoritis
1.      Menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa yang beragama Kristen di SD Hang Tuah 11 Gedangan.
2.      Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi para pendidik dalam upaya meningkat motivasi belajar siswa.
3.      Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk kegiatan penelitian yang sejenis pada waktu mendatang.

Manfaat Praktis
1.     Bagi Orang Tua Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua siswa, agar dapat menciptakan keharmonisan keluarga yang menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.     Bagi Guru atau Sekolah
Dapat memberikan masukan kepada guru untuk dapat ikut membantu motivasi belajar pada siswa sehingga siswa mampu mencapai prestasi belajar yang optimal.

Metodologi Penelitian
Metodologi berasal dari kata method dan logos. Methode berarti cara yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan logos berarti ilmu.  Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.  Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwasannya metode adalah cara atau jalan yang ditempuh guna mencapai tujuan khusunya dalam kegiatan ilmiah.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah kegiatan yang terencana, sistematis dan mengikuti metode ilmiah dalam mencari jawaban atas suatu masalah dengan tujuan untuk memperoleh pengertian, pengetahuan, dan pemahaman dari gejala-gejala atau proses penyelidikan bidang tertentu.
Dengan melihat arti metodologi dan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya metodologi penelitian adalah cara-cara ilmiah yang harus dilakukan untuk mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan masalah dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa, dan menginterpretasikan data berupa angka dan skor. Jumlah responden yang digunakan dalam penulisan ini sebanyak 85 siswa – siswi kelas 1 – 6 yang beragama Kristen.
            Dalam penulisan skripsi ini penulis juga melakukan riset kepustakaan. Riset ini dilakukan untuk memperoleh bahan yang bersifat teoritis tentang pokok pembahasan dalam skripsi ini, penulis membaca, mempelajari dan meneliti dengan seksama berbagai buku, koran, artikel di internet, kamus, ensiklopedi yang berhubungan dengan judul penulisan.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan angket dengan skala Likert yaitu dengan lima pilihan jawaban, antara lain STS (sangat tidak setuju), TS ( tidak setuju), RR (ragu-ragu), S (setuju), SS (sangat setuju). Data ini akan didapat dengan cara responden mengisi angket. Skala Lickert adalah untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi terhadap sesuatu objek.[6]
Metode analisa data adalah untuk menguji hipotesa dengan menggunakan bantuan regresi linear sederhana dengan bantuan SPSS. Regresi sederhana adalah pengujian hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). [7] sementara SPSS itu sendiri adalah singkatan dari Statiscal Product and Service Solutions. Artinya salah satu program olah data statistik yang paling banyak diminati oleh para peneliti.[8]

Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang keliru, maka penulis merasa perlu mendefinisikan istilah untuk memberi kesamaan pemahaman yang dipergunakan pada judul skripsi ini yaitu:
1.     Keharmonisan keluarga
Keharmonisan berasal dari kata harmonis, yang diartikan selaras, serasi.[9] Keharmonisan diartikan hal (keadaan) selaras atau serasi keselarasannya, keserasiannya.[10] Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi mempengaruhi, memperhatikan, menyerah diri, melengkapi dan menyempurnakan. Dan itu terkandung peran dan fungsi orang tua dalam keluarga.[11]
Keluarga sebagai sebuah pasangan suami istri atau kelompok-kelompok keluarga orang dewasa yang mereka bekerja sama memenuhi kebutuhan ekonomi dan dalam mendidik anak-anak, serta seluruh anggota atau sebagian besar anggotanya bertempat tinggal (hidup) bersama.
Sedangkan yang dimaksud keharmonisan keluarga dalam penilaian ini adalah keselarasan atau keserasian hubungan dalam keluarga yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan dapat dilakukan dengan efektif, sehingga menunjang tercapainya kehidupan keluarga yang harmonis.[12]
2.    Pengaruh adalah daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dsb) yang berkuasa atau berkekuatan untuk mengubah. [13]
3.    Motivasi Belajar
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan munculnya tanggapan terhadap tujuan.[14]
Motivasi merupakan landasan awal seseorang dan niat yang akan mengantarkan perolehan prestasi atau hasil belajar bagi para siswa disekolah yang juga dijadikan standar bagi keberhasilan dalam mencari ilmu dan mencapai cita-cita.
Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepandaian atau suatu pengertian.[15]
Belajar adalah suatu aktivitas mental dan fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap perubahan itu bersifat secara relativ konstan dan berbekas.
4.    Sekolah Dasar Hang Tuah 11 Gedangan: Sekolah dibawah naungan Yayasan Hang Tuah Surabaya. Sekolah ini beralamatkan di Rumdis TNI AL Jl. Rencong No. 7 Tebel, Gedangan, kabupaten Sidoarjo.

Sistematika Penulisan
BAB I menjelaskan tentang Pendahuluan yabg berisi tentang:  Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Kepentingan Penulisan, Metode Penulisan, Definisi Istilah , Sistematika Penelitian.
BAB II menjelaskan tentang landasan teori yang berisi tentang kajian teori tentang keharmonisan keluarga dan motivasi belajar siswa, kerangka berpikir dan hipotesis.
BAB III menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisi tentang tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan pengolahan data.
Bab keempat: Menguraikan hasil penelitian serta penjelasan dari penelitian
Bab kelima: Kesimpulan. Implikasi dan saran.















[1] Sutja, A, Memaahami Lingkungan Keluarga dan Pendidikan Anak (Jambi: Bimbingan Konseling Universitas Jambi, 2011), hal. 4
[2] Subhan, S, Membina Keluarga Sakinah (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), hal. 34
[3] Zakiyah Darajat, Ilmu Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 12
[4] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raya Grafindo Persada, 1994), hal. 56
[5] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raya Grafindo Persada, 1994), hal. 78
[6]Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.69.
[7]Syahri Alhusin, Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 9 (Jakarta:Gramedia, 2001), hal.129.
[8]Ibid, hal.1.
[9] Poerwardaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1983), hal. 5
[10] Wojo Wasito, Kamus Lengkap (Bandung: Hasta, 1980), hal 76
[11] Muh. Shahib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 12
[12] Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama (Yogyakarta: Pustaka  Pelajar, 2002), hal. 3
[13] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Usaha Nasional, 1988), hal. 24
[14] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 87
[15] W.S Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta, Gramedia, 1987), hal. 23

0 komentar: