BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini akan dituliskan mengenai: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, kepentingan penelitian, metodologi penelitian, definisi istilah dan sistematika
penulisan.
Latar Belakang Masalah
Gereja Yesus Kristus terutama merupakan sebuah
organisme hidup dan kedua sebagai organisasi.
Segala sesuatu tentang gereja melibatkan kehidupan. Yesus Kristus, kepala gereja adalah
Juruselamat yang hidup. Gereja termasuk
individu yang dihidupkan secara rohani sebagai akibat dari kelahiran baru (Yoh.
3:3; Ef. 2:1-3) baik secara individu atau secara lembaga gereja didiami oleh
Roh yang hidup (Yoh. 14; I Kor. 3:16-17).
Karena gereja berdenyut seiring kehidupan orang percaya, Kristus
berharap gereja bertumbuh, kecuali pertumbuhannya dihambat oleh penyakit. Gereja telah bertumbuh sejak kelahirannya
pada hari Pentakosta. Gereja harus
bertumbuh karena gereja itu hidup.[1]
Keadaan sebuah gereja tidak selalu mengalami pertumbuhan yang
dinamis. Ada kalanya sebuah gereja
mengalami jatuh bangun yang membuat gereja tersebut tidak bisa bertumbuh
sebagaimana gereja yang sehat.
Hambatan-hambatan ini pun bisa akibat dari dalam maupun dari luar
gereja. Hal-hal ini tidak bisa dihindari
dalam sebuah gereja tetapi yang diperlukan adalah bagaimana pemimpin gereja dan
jemaat saling bergandengan tangan dalam menjalankan misi gereja.[2]
Hal-hal yang menghambat pertumbuhan gereja sebagaimana gereja pada
umumnya, juga dialami oleh GKKA-I (Gereja Kebangunan Kalam Allah - Indonesia)
yang terletak di Jontai, Kalimantan Timur.
GKKA-I Jontai berdiri sejak tahun 1997 oleh Pdt. Adam Amtaran, S.Th.
Sejak GKKAI-I Jontai berdiri, tidak pernah mengalami pergantian pemimpin selain
Pdt. Adam Amtaran, S.Th. Sebelum Injil
menyentuh tanah Jontai, kepercayaan yang ada di Jontai terdiri dari animisme
dan dinamisme dan selain itu yang masih dipercayakan sampai saat ini adalah
upacara belian.
Awal-awal GKKA-I Jontai berdiri jumlah jemaat tercatat 80 orang
tetapi jemaat yang aktif hadir di gereja hanya sekitar lima belas sampai dua
puluh lima orang. Kondisi jemaat GKKA-I
Jontai ini berlangsung sampai saat ini.
Setiap ibadah tidak ada pertambahan jemaat meskipun jemaat yang tercatat
mencapai 80 orang. GKKA-I Jontai tetap
stagnan, tidak mengalami pertumbuhan secara dinamis. Ketidakaktifan jemaat dalam setiap
persekutuan-persekutuan ibadah terutama pada hari Minggu, berakibat juga pada
kualitas iman jemaat GKKA-I Jontai.
Berdasarkan wawancara dari bapak gembala GKKA-I Jontai, Pdt. Adam Amtaran S.Th berkaitan dengan keadaan jemaat GKKA-I Jontai, mengatakan bahwa “Kondisi jemaat yang tidak bertumbuh baik secara kuantitas dan kualitas dikarenakan oleh kondisi jemaat yang masih dipengaruhi adat istiadat. Sehingga gembala sulit untuk mengatur, menegur, menasehati, membimbing jemaat ke dalam kebenaran. Jemaat lebih dominan pergi ke ladang dari pada pergi persekutuan-persekutuan dan ibadah hari minggu.[3] Hal ini berakibat pada pertumbuhan yang gereja yang tidak sehat baik dari segi pertambahan jumlah kehadiran jemaat maupun pada kualitas ini. Gembala akhirnya tidak bergairah di dalam melayani jemaat dan lebih terbengkalai karena gembala juga bekerja mengurus keluarga dan mengajar.”
Kepercayaan Dayak Benuaq lebih dari Animisme dan Dinamisme, tetapi meyakini bahwa alam semesta dan semua makhluk hidup mempunyai roh dan perasaan sama seperti manusia, kecuali soal akal.[4]Oleh sebab itu bagi Suku Dayak Benuaq segenap alam semesta termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan harus diperlakukan sebaik-baiknya dengan penuh kasih sayang. Dengan kepercayaan yang dianut orang Dayak Benuaq maka tidaklah heran bahwa orang Dayak begitu menghargai alam semesta termasuk berladang.[5] Masyarakat Dayak Benuaq begitu suka membuat ladang di gunung-gunung bagi orang Dayak alam semesta harus di pelihara dan diperlakukan dengan kasih sayang.
Konsep seperti di atas
terjadi dengan jemaat kampung Jontai, masyarakat kampung Jontai sangat
menghargai alam semesta seperti berladang oleh sebab itu masyarakat kampung
Jontai sekian rupa menjaga ladang seperti membuat rumah, menaman padi, menginap
di ladang berbulan-bulan, beternak ayam dan babi. Selain itu, masyarakat kampung Jontai masih
melakukan upacara belian (upacara penyembuhan),
tradisi kuno warga Dayak Benuaq penganut kepercayaan kaharingan ini digelar
untuk mencegah roh jahat, mengahalau bala, dan menyembuhkan penyakit. Prosesi
yang disebut Belian ini diselenggarakan karena sejumlah warga Benuaq yang
menetap di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.[6]
Mereka meyakini bahwa sakit penyakit muncul akibat gangguan roh-roh
jahat. Karena itu, warga setempat sepakat mengundang roh putih Hyang
Walib Jadi untuk mengusir dan memerangi roh jahat tersebut. Selama acara belian berlangsung, keluarga
yang sakit dan peserta hajatan berkumpul di rumah panjang atau lamin.
Gong, gendang, dan kelontangan dari rumah panjang terus ditabuh. Awir atau patung kayu di gantung di depan
balai-balai yang di penuhi sesaji prosesi belian dimulai.[7] Dengan adat istiadat yang begitu kuat yang
telah di jelaskan di atas maka sangatlah sulit untuk mengubah pandangan
masyarakat suku Dayak Benuaq terkhususnya masyarakat kampung Jontai atau jemaat
GKKA-I Jontai. Jadi dengan
kepercayaan yang di anut masyarakat kampung Jontai atau jemaat GKKA-I Jontai
masih di pengaruhi oleh adat istiadat. Jadi secara iman masih terbagi tidak
sepenuhnya percaya penuh kepada Yesus Kristus.
Berkaitan dengan pertumbuhan GKKA-I Jontai yang sudah lama
keberadaannya, tetapi mengalami persoalan atau kendala dalam pertumbuhannya,
ini merupakan masalah yang menjadi perhatian khusus bagi penulis. Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis memberikan judul karya ini Studi Kasus
Tentang Pertumbuhan Gereja Kebangunan Kalam Allah Indonesia Jontai: Analisa
Permasalahan Dan Pemecahannya.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada topik penelitian ini, serta menunjuk kepada latar
belakang masalah sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka peneliti
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Apa masalah sehingga
GKKA-I Jontai tidak mengalami pertumbuhan?
2.
Apa faktor-faktor
gembala tidak bergairah dalam melayani?
3.
Apa peran seorang
gembala dalam pelayanan?
4.
Apakah jemaat
GKKA-I Jontai bertumbuh secara kuantitas
dan kualitas?
5.
Apa penyebab jemaat
GKKA-I Jontai lebih memilih pergi ke ladang dari pada beribadah hari minggu?
6.
Bagaimana prilaku
jemaat dalam mengikuti ibadah hari minggu?
7.
Bagaimana kehidupan
sehari-hari jemaat?
8.
Apa masalah sehingga
jemaat tidak mau terlibat dalam pelayanan?
9.
Apa penyebab sehingga
jemaat masih terpengaruh adat istiadat?
10. Apa
masalah sehingga jemaat masih terlibat dalam upacara belian?
11. Apa
yang menjadi penghalang sehingga jemaat tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus?
Pembatasan Masalah
Menunjuk pada identifikasi masalah di atas, maka penulis skripsi
membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi sebagai berikut:
1. Apa
masalah sehingga GKKA-I Jontai tidak
mengalami pertumbuhan?
2. Apa
peran seorang gembala dalam pelayanan?
3. Apa
penyebab jemaat GKKA-I Jontai lebih memilih pergi ke ladang dari pada beribadah
hari minggu?
4. Apa
masalah sehingga jemaat tidak mau terlibat dalam pelayanan?
5. Apa
masalah sehingga jemaat masih terlibat dalam upacara belian?
Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka penulis
menetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apa
masalah sehingga GKKA-I Jontai tidak
mengalami pertumbuhan?
2. Apa
peran seorang gembala dalam pelayanan?
3. Apa
penyebab jemaat GKKA-I Jontai lebih memilih pergi ke ladang dari pada beribadah
hari minggu?
4. Apa
masalah sehingga jemaat tidak mau terlibat dalam pelayanan?
5. Apa
masalah sehingga jemaat masih terlibat dalam upacara belian?
Tujuan Penelitian
Dengan
mengacu kepada judul penelitian dan merunjuk kepada masalah penelitian di atas,
maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
menjelaskan apa masalah sehingga GKKA-I Jontai tidak mengalami pertumbuhan
2. Untuk
menjelaskan apa peran seorang gembala dalam pelayanan
3. Untuk
menjelaskan apa penyebab jemaat GKKA-I Jontai lebih memilih pergi ke ladang dari
pada beribadah hari minggu
4. Untuk
menjelaskan apa masalah sehingga jemaat tidak mau terlibat dalam pelayanan
5. Untuk
menjelaskan Apa masalah sehingga jemaat masih terlibat dalam upacara belian
Kepentingan Penulisan
Hasil penulisan
mengenai “Studi Kasus Tentang Pertumbuhan Gereja Kebangunan Kalam Allah
Indonesia Jontai: Analisa Permasalahan Dan Pemecahannya” ini diharapkan akan
membawa signifikansi yang nyata dalam lingkup dinamika kekristenan, baik
kepentingan secara teoritis maupun kepentingan secara praktis sebagai berikut.
Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penulisan mengenai pokok ini akan membawa
kepentingan yang signifikan, antara lain:
1. Skripsi ini secara teoritis diharapkan akan memberikan sumbangsih
yang penting bagi gembala dan jemaat terutama dalam pemahaman studi kasus
tentang pertumbuhan gereja.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai
pertumbuhan gereja yang benar dan memberikan pemahaman, pengembangan
pengetahuan serta wawasan para gembala dan jemaat tentang gereja yang sehat dan
bertumbuh.
Kepentingan Praktis
1.
Bagi
penulis, melalui penulisan karya tulis ini penulis dapat menambah wawasan,
pengetahuan terkait dengan judul karya tulis ini.
2. Bagi jemaat GKKA-I Jontai,
melaui penulisan karya tulis ini diharapkan jemaat lebih mengerti dan
memiliki pemahaman yang benar tentang pertumbuhan gereja yang sehat dan
bertumbuh.
3. Bagi gembala sidang, melaui penulisan karya tulis ini membuat
gembala lebih tahu dan lebih paham tentang pertumbuhan gereja yang benar.
4. Bagi mahasiswa teologi, untuk menambah wawasan tentang pertumbuhan
gereja yang sehat dan bertumbuh dengan baik, baik secara kuantitas dan
kualitas.
Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dijelaskan dua hal yaitu
metode penulisan dan metode pengumpulan data.
Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif. Usman mengatakan
bahwa metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia dalam suatu peristiwa tertentu.[8] Untuk metode penulisan, penelitian karya
tulis ini menggunakan metode deskriptif (descritive
research). Metode ini memberikan
gambaran mengenai suatu obyek (kasus, fakta-fakta, keadaan, peristiwa, dan
sebagainya) secara sistemastis, detail dan objektif. Muhamad Nazir memberikan pengertian tentang
metode deskriptif sebagai berikut:
“Sebagai suatu metode dalam status kelompok manusia, suatu obyek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang”.[9] Tujuannya adalah yakni untuk memaparkan suatu
pemahaman yang aktual yang benar-benar terjadi tentang pertumbuhan gereja
GKKA-I Jontai diwilayah Kecamatan Nyuatan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis berupa riset
lapangan, berupa wawancara kepada gembala sidang dan jemaat di GKKA-I Jontai
wilayah Kalimantan Timur, dengan tujuan wawancara yang ada kepada gembala
sidang, majelis dan jemaat untuk meminta
penjelasan mengenai gereja yang tidak bertumbuh.
Definisi Istilah
Pada bagian ini, penulis akan mendefinisikan beberapa kata penting
yang berkaitan pada judul skripsi ini.
1. Menurut C. Peter Wagner pertumbuhan gereja adalah pertumbuhan
gereja sebagai ilmu pengetahuan untuk menolong memaksimumkan penggunaan tenaga
dan kekayaan lainnya bagi kemuliaan Allah.[10]
2. Analisa berasal dari kata Yunani Kuno “analusis” yang berarti melepaskan.
Analuisis terbentuk dari dua
suka kata yaitu “ana” yang berarti
kembali dan “luein” yang berarti
melepaskan. Sehingga pengertian analisa
yaitu suatu usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau benda
dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen
tersebut untuk dikaji lebih lanjut.[11]
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan disusun secara sistematis sebagai
berikut:
Pada bab pertama, akan dibahas pendahuluan yang berkaitan dengan
latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metodologi penulisan,
definisi istilah dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berisi landasan kajian teori yaitu: definisi gereja,
pertumbuhan gereja, definisi pertumbuhan gereja, dasar pertumbuhan gereja, dan
ciri-ciri pertumbuhan gereja.
Bab tiga, berisi urian metodologi penelitian: tempat dan waktu
penelitian, teknik pengumpulan data, dokumentasi dan wawancara.
Bab empat, akan menjelaskan tentang deskripsi hasil penelitian dan
pembahasan.
Bab lima, berisi penutup yang didalamnya mencakup: kesimpulan, implikasi dan saran.
[1]Ron Jenson dan Jim Stevens, Dinamika Pertumbzuhan Gereja
(Malang : Gandum Mas, 1996), hlm 7.
[2]Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia (Jakarta : Bpk Gunung Mulia, 2013), hlm 1.
[3]Wawancara
Bapak Pdt. Adam Amtaran S.Th, Gembala Sidang Di Gereja Kebangunan Kalam Allah
Indonesia GKKA-I Jontai, Sidoarjo Mei 2019, 2:30 WIB.
[4]https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Benuaq.
[5]Reody Haryo Widjono AMZ, Dilema Transformasi Budaya Dayak, (Lembaga Literasi Dayak 2016), hlm 118-119.
[6]Reody Haryo Widjono AMZ, Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok, (Jakarta: Pt Gramedia 1998), hlm 89.
[7]https://www.liputan6.com/news/read/15737/belian-ritual-penyembuhan-dayak-benuaq, tanggal 15-10-2019. 10:15 WIB.
[8]Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta : Ghalia Indo, 1985), 13.
[9]Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1996), 81.
[10]C. Peter Wagner, Gereja Saudara dapat Bertumbuh (Malang : Gandum Mas, 1990), 40.
0 komentar:
Posting Komentar