BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
bab pendahuluan ini peneliti
akan
membahas secara sistematis tentang :
latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, kepentingan penelitian meliputi manfaat teoritis, manfaat praktis, metodologi penelitian, definisi istilah dan
sistematika penulisan.
Latar Belakang Masalah
Di era Globalisasi dan
perkembangan
Iptek yang saat ini tidak terbendung sangat
mempengaruhi
pertumbuhan anak terutama pertumbuhan karakter dan
juga dalam sisi
pendidikannya, ini membawa dampak bagi perkembangan anak
terutama dalam
kerohaniannya yang
mulai tergeser
dengan
kecenderungan anak
lebih
fokus
pada gadgenya
dari pada
pendidikan
spiritualnya baik di rumah, di sekolah, dan di gereja.
Pendidikan Agama
Kristen merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk peningkatan
potensi spiritual serta membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia. Namun dalam penyampaian
pengajarannya
jika
guru
salah
menerapkan metode
yang
tepat
dan menganggap metode bukan
hal yang
penting
dalam
pengajarannya
akan
mengakibatkan pelajaran
Pendidikan Agama Kristen ini kurang
diminati oleh siswa, sehingga siswa mengalami kejenuhan
dan
prestasi belajar
pserta didik akan menurun.
Tuhan
Yesus adalah guru yang memberikan keteladanan bagi peserta
didik-Nya. Dia dapat membangkitkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri
peserta didik-Nya. Seperti yang diungkapkan
oleh John M. Nainggolan, bahwa:
Dalam
mengajar, Yesus membangkitkan perasaan ingin tahu yang besar sehingga
mendorong murid-murid untuk
mencaritahu setiap Firman yang
diajarkan-Nya. Pengajaran Yesus menimbulkan rasa haus yang dalam bagi
pendengar-Nya untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya.[1]
Tuhan Yesus adalah
guru yang sangat
kreatif, meskipun Dia hidup di masa lalu, namun
Tuhan
Yesus sudah menggunakan
strategi pembelajaran dan metode mengajar yang tepat. Pengajaran-Nya masih relevan
digunakan hingga masa kini. Oleh karena itu
media pembelajaran sangat diperlukan untuk menjadikan sebuah alat
bantu dalam proses pembelajaran.
Dalam pendidikan, terutama di sekolah tidak pernah lepas dari
kegiatan belajar dan mengajar. Mengajar adalah upaya pengajar untuk mentransfer
pengetahuan atau pandangan, keyakinan, dogma, doktrin, atau teologia yang dimiliki
kepada peserta didiknya.[2]
Pengajaran yang berhasil harus ditunjang dengan kemampuan
guru dalam mengembangkan
kompetensinya dengan belajar
sendiri tentang keguruan, membaca, menulis, dan berinteraksi dengan orang lain
(pakar), belajar dari pengalaman pribadi dan melakukan inovasi.
Tidak sedikit orang berpendapat
bahwa mengajar adalah pekerjaan
yang mudah. Bahkan banyak orang mau melakukannya,
baik dalam konteks sekolah maupun lingkungan,
sampai banyak orang menawarkan menjadi guru sukarelawan karena
telah memiliki gelar sarjana.
Ada yang merasa
karena
memiliki pengetahuan tertentu yang lebih
memadai, ada juga yang menganggap karena
dalam pendidikan sebelumnya sudah melihat berbagai model guru, bahkan merasa
mampu menunaikan tugas dan profesi itu.[3]
Dalam hal ini
banyak orang yang hanya melihat
kemudahan untuk menjalankan tugas namun tidak
memahami apakah yang dilakukan itu sudah
benar? Mengajar memang bukan hal yang
sulit tetapi ada
hal-hal yang penting diketahui dan dikuasai seorang pengajar sehingga pengajaran yang disampaikan mampu diterima
dengan maksimal
oleh peserta didiknya. Sebagai seorang guru, mengajar merupakan
hal yang utama dan dalam
profesinya seorang guru dituntut professional. Namun realitanya
banyak guru yang mengajar dengan kurang professional,
tidak memakai metode yang tepat
dan banyak menganggap metode bukan hal
yang penting.[4]
Dr. I.H Enklaar dan Dr. E.G. Homrighousen dalam buku Pendidikan
Agama Kristen menuliskan:
Separuh
orang berpendapat bahwa metode kurang penting.
Ada ahli teologi
yang menyangka bahwa hanya
ilmu teologi saja yang penting
dan perlu
dipelajari, soal metode tidak begitu penting. Dan ada pula pendeta-pendeta
yang tidak menaruh minat terhadap cara-cara yang harus dipergunakan
dalam berkhotbah atau mengajar.[5]
Berdasarkan pendapat diatas dapat
dilihat bahwa metode dalam mengajar kurang mendapat
perhatian. Banyak pengajar secara khusus
guru tidak mempergunakan metode yang tepat dalam
mengajar sehingga peserta didik merasakan suasana yang monoton
dan kurang menarik. Seorang guru harus mampu
memilih metode yang tepat dalam mengajar supaya menarik
perhatian sehingga membuat peserta didik mampu
berkonsentrasi dan menerima semua materi
yang disampaikan
dengan maksimal dan mendapat
prestasi yang memuaskan.[6]
Pendidikan Kristen
adalah pendidikan yang menekankan pada
seluruh aspek kehidupan kekristenan
yang memberikan pembentukan
dan penanaman nilai-nilai kekristenan
atau nilai-nilai budi pekerti yang
berdampak pada Alkitab.[7]
Jadi Pendidikan agama Kristen
adalah proses pengajaran
dan pembelajaran berdasarkan
Alkitab, berpusat kepada
Kristus dan bergantung
pada Kuasa Roh
Kudus. Dalam hal
ini setiap guru yang mengajar berperan dalam
mendidik peserta didik
untuk tetap mengenal
pengajaran dan nilai-nilai kekristenan untuk
membangun iman peserta didik.[8]
Metode mengajar
sangatlah penting dalam
tugas pendidikan dan
pembelajaran karena Yesus,
sebagai Guru Agung,
juga telah memberikan
teladan keguruan sebagaimana
dijelaskan oleh kitab
Injil. Metode mengajar
ini yang perlu
dikembangkan haruslah kreatif
sedemikian rupa. Pendekatan
mengajar kreatif itu
menekankan kegiatan peserta
didik (pelajar yang
aktif) sebagai pelaku
kegiatan belajar, sedangkan
guru hanya berperan
sebagai pembimbing, pemberi arah
dan bantuan seperlunya.
Kegiatan belajar kreatif
tentunya berlangsung dengan
beragam metode agar dapat
menumbuhkan kreaktivitas baru
dalam pemikiran, perasaan,
dan sikap peserta
didik sehingga terus
bergairah mengikuti kegiatan
belajar.[9]
Pada dasarnya
guru adalah seorang
pendidik. Pendidik adalah
orang dewasa dengan
segala kemampuan yang
dimilikinya untuk dapat
mengubah psikis dan
pola pikir anak didiknya
dari tidak tahu
menjadi tahu serta
mendewasakan anak didiknya.
Dalam hal ini yang
guru lakukan adalah dengan
mengajar di kelas.
Oleh sebab itu guru
dapat mengusai keadaan kelas
tercipta suasana belajar
yang menyenangkan. Dengan
demikian pendidik harus menerapkan
metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik
peserta didik.[10]
Metode demonstrasi
adalah metode mengajar
yang sangat efektif,
sebab membantu para
siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha
sindiri berdasarkan fakta
yang benar. Jadi,
metode demostrasi merupakan
suatu cara mengajar
dengan mempertunjukkan suatu
benda atau cara
kerja sesuatu. Benda
itu bisa berupa benda
sebenarnya atau suatu
model. Untuk itu,
benda yang dipertunjukkan
adalah dengan cara
menggunakan alat-alat atau
serangkaian percobaan. Untuk itu
metode demonstrasi ini
dapat dikembangkan dengan
kemampuan siswa untuk
mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan konsep,
prinsip atau prosedur
dan mengkomunikasikan kepada
siswa-siswa lainnya. Demonstrasi
ini dapat dilakukan
oleh pendidik atau
siswa yang sudah
dilatih sebelumnya. [11]
Pendekatan pembelajaran
merupakan suatu himpunan asumsi yang paling
berhubungan dan terkait
dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan
yang besifat pernyataan dan menggambarkan sifat-sifat
dan ciri khas
suatu pokok bahasan
yang diajarkan. Dalam
pengertian pendekatan pembelajaran
tergambarkan latar psikologis
dan latar pedagogis
dan pilihan metode
pembelajaran yang akan
digunakan dan diterapkan
oleh guru bersama
siswa.[12]
Metode pembelajaran
adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran termasuk pilihan
cara penilaian yang
akan dilaksanakan. Metode
pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu
prosedur atau proses
yang teratur, suatu jalan
atau cara yang
teratur untuk melakukan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran
ini adalah untuk mempersiapkan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan
pembuka atau awal, kegiatan
inti dan penutupnya, serta
media pembelajaran.
Dalam
bukunya Wina Sanjaya mengatakan :
Salah
satu masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita
adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran didalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak
untuk menghafal informasi: otak anak dipaksa
untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik
lulus dari sekolah,
mereka pintar secara teoritis, tetapi tidak miskin aplikasi.[13]
Dalam
proses belajar mengajar
terjadi interaksi antara
peserta didik dengan guru.
Interaksi ini sangat
penting didalam kelas untuk membuat suasana kelas tidak hening.
Dalam hal ini guru
harus mempunyai rencana atau perencanaan, memilih, membimbing, mengarahkan, dan mengajarkan
setiap siswa dalam kegiatan
peserta didik, demikian sebaliknya
peserta didik juga harus
berperan aktif dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan hasil
wawancara peneliti, berkaitan
dengan situasi dan kondisi
dalam proses belajar mengajar di SD Negeri 2
Tuhendrauwi, maka peneliti
menjelaskan bahwa peserta
didik yang mengikuti
proses belajar mengajar
agama Kristen dan
budi pekerti berjumlah 34 orang, terbagi atas tiga
kelas yaitu kelas
empat 10 orang, kelas
lima 12 orang
dan kelas enam
12 orang. Guru yang mengajar
khusus Pendidikan Agama Kristen
ada 2 orang. Pada proses
belajar mengajar (PBM)
menunjukkan aktivitas siswa
dalam proses belajar
mengajar rendah dan
bersifat pasif yaitu
cenderung hanya sebagai
penerima saja. Siswa kurang
memfokuskan dan kurang
memperhatikan saat guru
menyampaikan materi di depan kelas. Siswa kelihatan
tidak bersemangat, banyak
yang mengantuk dan
kurang memperhatikan materi
yang disampaikan guru. Siswa
kurang berminat dan
selama mengikuti proses
pembelajaran, siswa kurang
berani mengemukakan pendapatnya
bila diberi pertanyaan oleh guru.
Proses kegiatan belajar mengajar didominasi
dengan kegiatan mencatat dipapan
tulis dan ceramah.[14]
Dalam
proses belajar mengajar tidak menyenangkan
ketika guru sedang
mengajar didalam kelas
di karenakan, karna kurangnya keaktifan siswa
dalam belajar mengajar.
Sehingga siswa kurang
semangat dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Dalam
hal ini Siswa
kurang aktif dalam proses
belajar mengajar. Di dalam
proses belajar mengajar
khususnya pendidikan agama
Kristen metode yang sering digunakan oleh
guru dalam kelas adalah
hanya metode ceramah, dimana proses
belajar mengajar di dalam
kelas tidak ada variasi. Sehingga
membuat siswa tidak
begairah dalam mengikuti
proses belajar di
dalam kelas. Dalam
hal ini siswa-siswi
akan bosan, jenuh,
mengantuk untuk mendengarkan
apa yang disampaikan oleh
guru.[15]
Melihat
kondisi siswa ini
menunjukkan bahwa minat
belajar siswa rendah. Minat
belajar siswa ditunjukkan
dengan adanya perasaan
senang, perhatian dan
adanya aktivitas yang
merupakan akibat dari rasa senang dan
perhatian. Banyak hal yang
menyebabkan kondisi yang diatas terjadi,
misalnya berasal dari
pribadi siswa sendiri
dan dari luar pribadi
siswa sendiri yang
kemudian mempengaruhi minat
belajar siswa ketika
kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Beberapa hal yang
terjadi dalam pribadi
siswa yaitu siswa
mengalami masalah pribadi
yang bisa menurunkan
minat belajarnya, atau
yang berasal dari
luar pribadi siswa karna
guru hanya menggunakan
metode pembelajaran hanya
ceramah, dan mencatat dipapan
tulis atau bahkan bisa
berasal dari guru
sendiri sebagai pemberi materi.
Pada proses belajar
mengajar seorang pendidik
atau guru menginginkan
agar tujuan pembelajaran
dicapai secara efektif
dan efesien, maka
dari itu pendidik
harus mengusai berbagai
metode penyampaian materi
dan menggunakan metode
yang tepat dalam
mengajar sesuai meteri
yang diajarkan sehingga
siswa dapat memahami lebih mudah apa
yang disampaikan
sehingga siswa dapat
menerima dan mengerti.
Dalam hal ini
salah satu metode yang tepat untuk
membuat siswa dapat mengerti
dan mudah memahami proses belajar
adalah dengan metode
demostrasi dengan disertai
dengan alat peraga sehingga
siswa semangat dalam mengikuti
pendidikan agama Kristen.[16]
Minat
belajar siswa adalah
keinginan hati dari seorang peserta didik pada suatu mata
pelajaran sehingga
membuat dirinya rajin mengikuti
proses pembelajaran dan belajar pada mata
pelajaran tersebut yang
pada akhirnya membuatnya
dapat berprestasi pada mata
pelajaran tersebut.[17]
Berdasarkan uraian
diatas penulis tertarik
menulis skripsi dengan judul “Penggunaan Metode
Demonstrasi Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen
Dan Budi Pekerti
Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Kelas IV, V
Dan VI SD Negeri
2 Tuhendraowi
Nias Barat”. Harapan penulis,
bahwa melalui karya tulis
ini pembaca dapat
memahami betapa pentingnya
memilih, menentukan dan
merencanakan serta mendesain kegiatan
belajar dengan sebuah
pendekatan atau strategi
yang tepat dan metode dalam
proses pembelajaran di dalam
kelas khususnya pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas
maka penulis dapat
mengidentifikasi beberapa masalah
yang dianggap sangat
penting untuk dibahas
dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Pada pembelajaran
agama Kristen siswa kurang
memfokuskan dan
kurang memperhatikan saat guru
menyampaikan materi didepan
kelas. Hal ini
diindikasikan karena guru
kurang bervariasi dalam
menggunakan metode pembelajaran.
Dalam hal ini guru harus perlu melakukan
pendekatan pembelajaran aktif
dengan menggunakan metode
domonstrasi untuk membuat
suasana belajar mengajar
lebih menyenangkan. Untuk
itu maka muncullah pertanyaaan
apa yang di maksud dengan metode
demostrasi?
2. Anak-anak kurang
memiliki minat dan kurang
antusias dalam pembelajaran di dalam
kelas, hal ini
diindikasikan karena guru
hanya memakai satu
metode ketika mengajar di
dalam kelas yaitu dengan metode ceramah
sehingga peserta didik
bosan dan ngantuk.
Maka muncullah pertanyaan, Bagaimana
penggunaan metode demonstrasi
di SD Negeri 2 Tuhendrauwi Nias
Barat?
3. Peserta didik SD
Negeri 2 Tuhendrauwi
Nias Barat
menjadi bosan dan kurang
tertarik
dalam pembelajaran Agama Kristen
yang di
sampaikan. Dalam hal ini
diindikasikan karena guru
kurang menggunakan metode
yang tepat dalam pelajaran Agama Kristen. Oleh sebab itu
maka muncullah pertanyaan, sejauhmana
penggunaan metode demostrasi
dalam pendidikan agama
Kristen dan dudi
pekerti untuk meningkatkan minat belajar siswa
SD Negeri
2 Tuhendaowi Nias
Barat
4. Di SD Negeri 2 Tuhendrauwi
Nias Barat ditemukan bahwa
peserta didik kurang bergairah
dalam mengikuti proses
belajar mengajar terutama saat mengikuti pelajaran
pendidikan Agama Kristen.
Dalam hal ini, diindikasikan bahwa
peserta didik kurang
memiliki minat dalam
belajar. Bagaimana meningkatkan
minat belajar peserta
didik ?
5. Di
lapangan di temukan bahwa siswa
kurang berani mengemukakan
pendapatnya bila diberi
pertanyaan oleh guru. Diindikasikan
karena guru tidak memberi
kesempatan kepada siswa
untuk memberikan pendapatnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka muncullah pertanyaan bagaimanakah cara menumbuhkan agar peserta didik lebih
berani mengungkapkan pendapatnya?
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah
penulisan skripsi yang
berjudul Penggunaan Metode
Demonstrasi Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen Dan
Budi Pekerti Untuk
Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas IV, V
Dan VI SD
Negeri 2 Tuhendraowi Nias
Barat. Maka penulis membatasi
beberapa poin yang
dianggap penting dalam
penelitian skripsi ini
yaitu nomor (1), (2), dan (3).
1. Pada pembelajaran
agama Kristen siswa
kurang memfokuskan dan
kurang memperhatikan saat
guru menyampaikan materi
di depan kelas. Hal ini diindikasikan
karena guru kurang
bervariasi dalam menggunakan
metode pembelajaran. Dalam
hal ini guru harus perlu
melakukan pendekatan pembelajaran
aktif dengan menggunakan
metode domostrasi untuk
membuat suasana belajar
mengajar lebih menyenangkan. Untuk
itu maka muncullah pertanyaaan apa yang di maksud dengan
metode demostrasi?
2. Anak-anak
kurang memiliki minat dan kurang antusias dalam pembelajaran di dalam
kelas, hal ini
diindikasikan karena guru
hanya memakai satu
metode ketika mengajar di dalam
kelas yaitu dengan
metode ceramah sehingga peserta
didik bosan dan
ngantuk. Maka muncullah pertanyaan,
Bagaimana penggunaan metode
demonstrasi SD Negeri 2
Tuhendrauwi Nias Barat?
3. Peserta didik SD Negeri 2
Tuhendrauwi Nias Barat
menjadi bosan dan
kurang tertarik dalam pembelajaran
Agama Kristen yang di sampaikan.
Dalam hal ini
diindikasikan karena guru kurang
menggunakan metode yang
tepat dalam pelajaran
agama Kristen. Oleh
sebab itu maka muncullah pertanyaan, Sejauhmana
Penggunaan Metode Demostrasi
Dalam pendidikan agama
Kristen dan budi pekerti untuk
meningkatkan minat
belajar siswa SD
Negeri 2 Tuhendaowi
Nias Barat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi
dan batasan di atas,
maka berikut peneliti
menetapkan beberapa rumusan
masalah :
1. Apa yang
dimaksud dengan metode demonstrasi
?
2. Bagaimana penggunaan
metode demonstrasi SD Negeri 2 Tuhendrauwi Nias Barat ?
3. Sejauhmana
Penggunaan Metode
Demonstrasi Dalam Pendidikan
Agama Kristen dan
Budi Pekerti untuk
meningkatkan minat belajar siswa
SD Negeri
2 Tuhendaowi Nias
Barat ?
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka penulis memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui
apa yang dimaksud
dengan metode demonstrasi.
2. Untuk
mengetahui apa
yang menyebabkan kurangnya
minat belajar siswa SD Negeri 2 Tuhendrauwi
Nias Barat.
3. Untuk menjelaskan
penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan minat belajar siswa di SD Negeri
2 Tuhendaowi Nias Barat.
Kepentingan Penelitian
Dari hasil
penulisan penelitian skripsi
ini diharapkan membawa manfaat
sebagai berikut :
Manfaat
Teoritis
Manfaat secara
teoritis dalam penulisan ini
dapat memberikan pemahaman
dan informasi
tentang pengajaran Pendidikan
Agama Kristen dengan menggunakan
metode demonstrasi. Dengan
menerapkan metode demostrasi ini
dapat meningkatkan minat belajar siswa SD Negeri 2 Tuhendraowi Nias
Barat, terhadap Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti
Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Agar mempunyai
pemahaman tentang metode
demostrasi dalam Pendidikan Agama
Kristen yang dapat membawa
dampak terhadap minat
belajar peserta didik.
2. Bagi Guru-Guru
Pendidikan Agama Kristen
Supaya
dapat memberikan manfaat
yang baik dan
menambah wawasan peserta didik
serta dapat menjadi
referensi dalam mengajar
peserta didik supaya
anak-anak boleh mengalami
perubahan ketika di
terapkan oleh guru dan supaya suasana
kelas menjadi lebih
baik.
3.
Bagi Peserta didik SD
Negeri 2 Tuhendraowi Nias
Barat
Peserta
didik dapat belajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti dengan cara semangat
dan menyenangkan.
Peserta didik dapat berperan aktif dan kreaktif dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti,
sehingga dapat meningkatkan minat belajarnya.
4.
Bagi STTI Efrata
Supaya
dapat memberikan tambahan informasi bagi para pembaca dan menjadi referensi dalam mengembangkan
pendidikan, secara khusus untuk pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti. Metode demostrasi ini salah satu metode yang baik untuk
meningkatkan minat belajar peserta
didik.
Metodologi Penelitian
Metodologi
adalah sutau ilmu tentang
metode, yang secara substansial berisi
asas-asas umum atau
prinsip-prinsip yang berlaku umum terhadap metode.
Jadi metodologi adalah
fondasi dari suatu metode. Sebagai ilmu tentang metode,
metodologi meletakkan dasar-dasar
umum yang harus ada dalam suatu metode secara alamiah.[18]Metode
penelitian yang digunakan penulis
dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data
melalui observasi (pengamatan),
wawancara, dan dokumentasi berupa hasil
rekaman wawancara dan foto.[19]
Untuk mencari data
yang aktual dan valid, penulis
melakukan penelitian dan
pengamatan langsung.
Metode Penulisan
Dalam penulisan
skripsi ini penulis
menggunakan metode kualitatif
untuk pengolahan data.
Penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang riset yang
bersifat deskiptif dan
cenderung menggunakan analisis,
dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemadu agar
fokus penelitian sesuai
dengan fakta dilapangan.
Selain itu landasan
teori juga bermanfaat
untuk memberikan gambaran
umum tentang latar
penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil
penelitian. [20] Tempat penelitian
SD Negeri 2 Tuhendraowi Nias Barat.
Yang menjadi responden
dalam penelitian ini
adalah peserta didik
dari kelas IV,
Kelas V, Kelas
VI, dengan jumlah
siswa 34 orang. Dan guru
2 orang.
Metode Pengumpulan
Data
Dalam penelitian
ini penulis menggunakan
metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data
melalui observasi (pengamatan), wawancara dan dokumentasi
berupa hasil rekaman wawancara dan
foto, untuk mencari
data yang actual
dan valid, penulis
melakukan penelitian dan
pengamatan langsung.
Observasi adalah
studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan
pengamatan dan pencatatan. [21] Jadi observasi merupakan pengamatan
dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala
yang diteliti.[22]
Wawancara
adalah suatu bentuk
tanya jawab dengan
narasumber dengan mendapatkan
keterangan, pendapat, fakta, bukti,
tentang suatu masalah atau
suatu peristiwa. [23]
Definisi Istilah
Pada bagian
ini penulis akan
mendefenisikan beberapa kata penting yang ada
pada judul skripsi ini.
Tujuan penjelasan ini
yaitu untuk mengerti
arah penulisan dari skripsi ini.
Penggunaan adalah
proses, cara, perbuatan
menggunakan sesuatu dan pemakaian.[24] Metode
adalah cara kerja
ilmiah yang secara
dipergunakan sebagai alat atau
sarana dalam suatu penelitian.
Dapat dikatakan bahwa metode lebih menekankan pada
aspek teknis penelitian,
sehingga fungsinya sangat urgen dalam suatu pelaksanaan
penelitian.[25] Pembelajaran adalah
perpanduan dari dua aktivitas
belajar dan mengajar. Aktivitas
belajar secara metodologis
cenderung lebih dominan
pada siswa, sementara mengajar
secara instruksional di lakukan
oleh guru. Jadi
pembelajaran adalah penyederhanaan dari
kata belajar dan mengajar
(BM), proses belajar
mengajar (PBM), atau
kegiatan belajar mengajar
(KBM).[26]
Demonstrasi adalah strategi
penyanyian bahan
pembelajaran melalui peragaan
dengan menunjukkan suatu
proses, prosedur kerja,
atau langkah-langkah kegiatan.
Jadi demonstrasi merupakan
pertunjukkan tentang bagaimana
sesuatu dengan baik dan benar, memperagakan langkah demi
langkah untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dari suatu proses.
Demonstrasi dilakukan ketika
peserta didik diarahkan
untuk mampu melakukan,
menunjukkan, mempraktikan suatu kegiatan. Peragaan ini
sangat penting untuk
membuat konsep dan
prosedur kerja yang
masih abstrak untuk
dibuat konkret.[27]
Pendidikan Agama
Kristen adalah pendidikan agama, maka ia memusatkan perhatiannya
kepada di mensi religius manusia
yaitu bagaimana manusia
memiliki hubungan yang
harmonis dengan Allah.
Inilah harapan dan
doa setiap guru
PAK yang maksud
pekerjaan-Nya ialah supaya
Tuhan dapat memakainya untuk
menanam dan memelihara
bibit iman itu di dalam
hati segala anak
didiknya, sehingga iman itu bertumbuh
dan berbuah dalam
hidup anak-anak. [28]
Minat belajar
siswa adalah sebagai
suatu kesukaan, kegemaran
atau kesenangan atau
sesuatu. Menurut Sudirman
minat adalah suatu
kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri
atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Dalam hal
ini menunjukkan bahwa minat
belajar siswa merupakan kecendrungan
jiwa seseorang terhadap
sesuatu objek, biasanya disertai dengan
perasaan senang, karena
itu merasa ada
kepentingan dengan sesuatu
itu.[29]
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan
skripsi ini penulis
membagi pokok-pokok pembahasan
kedalam lima bab.
Adapun pembagian dari
masing-masing bab adalah sebagai
berikut:
Bab pertama,
menguraikan tentang pendahuluan,
meliputi: Latar Belakang,
Identifikasi masalah, Pembatasan
Masalah,
Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian,
Kepentingan Penelitian, Metodologi Penelitian,
Definisi Istilah dan
Sistematika Penelitian.
Bab kedua
menguraikan kajian teori yang berisi
penjelasan tentang beberapa teori
dan beberapa pendangan
yang menjadi dasar
atau dilaksanakannya penelitian,
kerangka berpikir dan hipotesa.
Bab ketiga
menguraikan tentang metodologi penelitian,
yang terdiri dari
tujuan yang dilaksanakannya penelitian,
waktu dan lokasi
penelitian, metode penelitian,
teknik pengumpulan data
dan teknik analisa data.
Bab keempat,
menguraikan tentang hasil penelitian dan
analisa data.
Bab kelima,
memuat kesimpulan, saran
dan implikasi yang
dapat bermanfaat baik
pembaca maupun bagi
penulis pada khususnya.
[1]John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen
(Bandung : Generasi Info Media, 2007), hlm. 23.
[3]Ibid.
hlm. 15.
[4]Sidjabat, Menjadi Guru Profesional (Bandung :Yayasan Kalam Hidup, 2000), hlm. 15.
[5]Enklaar dan Homrighousen, Pendidikan
Agama Kristen ( Jakarta
: BPK Gunung Mulia, 2002), hlm .72.
[6]Sidjabat, Mengajar Secara Profesional
(Bandung
: Yayasan Kalam Hidup, 2009), hlm. 229.
[7]Hardi Budiyana,
Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Kristen, (Solo : Berita Hidup Seminary, 2011), hlm. 6.
[8]Dien Sumiyatiningsih,
Mengajar dengan Kreatifdan Menarik, (Yogyakarta
: Majalah Rohani, 2006), hlm. 1-3.
[10]Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,( Yogyakarta : Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2017), hlm. 183.
[12]Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm, 18-19
[13]H,Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta : Kencana, 2012), hlm,1.
[14]Wawancara, Bapak RG
sebagai guru Pendidikan Agama Kristen di SD Tuhendraowi, selasa, 08 Desember 2020, Pukul 13:20 Wib.
[15]Wawancara, Ibu AG
sebagai guru pendidikan agama Kristen di
SD Tuhendraowi, jumaat 17 April 2020, Pukul 11: 06 Wib.
[16]AchmadAfandi,
Buku Ajar Pendidikan dan Perkembangan Motorik,
(Sidoarjo : Uwais Inspirasi Indonesia, 2019 ), hlm, 100.
[17]Halid Hanafi, La Adu & H Muzakkir, Profesionalisme Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Di Sekolah,(Yogyakarta:
Deepublis, Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2012 ), hlm, 154.
[19]Husaini Usman, dan Purnomo
Setiedy Akbar, Metodologi Penelitian Sosial
(Jakarta: Akbar, 1996), hlm 81.
[21]Zulfikar,
Nyoman Budi antara, Manajemen Riset dengan
Pendekatan Komputasi Statistika(Yogyakarta: Deepublish, Grup Penerbitan CV
Budi Utama 2014), hlm 106`
[22]Husaini
Usman, dan Purnomo Setiedy Akbar, Metodologi
Penelitian Sosial (Jakarta : Akbar, 1996), hlm 57.
[23]MutiSiahaan,
Terampil Berwicara Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia.
( Bandung : Grasindo 1997), hlm 7
[24]
Kamus
Besar Bahasa Indonesia“arti kata penggunaan”, kamus bahasa Indonesia Online
(April 2020), http/kamus bahasa
indonesia.orgpenggunaan (diunduh 23
November 2020).
0 komentar:
Posting Komentar