BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
bab pendahuluan ini peneliti akan membahas secara sistematis tentang: latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penelitian, kepentingan penulisan; kepentingan
teoritis, kepentingan praktis, metodologi penelitian, definisi istilah, dan
sistematika penulisan.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan usaha sadar yang diberikan dengan sengaja oleh seseorang kepada orang
lain atau peserta didik untuk mencapai
kedewasaan secara susila dalam membangkitkan baik itu pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai
sikap tersebut.[1]
Menurut
E. G Homrighousen Istilah Pendidikan Agama Kristen adalah:
Usaha sadar gereja dalam mendidik anak didiknya dalam rangka pewarisan iman
Kristen dengan segala kebenarannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab
untuk melatih hidup sesuai dengan iman Kristen, supaya dapat menjadi anggota
gereja yang dewasa yang menyadari dan meyakini imannya.[2]
Dengan
demikian istilah pendidikan ini merupakan terjemahan dari education dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin ducere yang berarti membimbing. Jadi arti dasar dari pendidikan ini adalah
suatu tindakan untuk membimbing keluar.[3]
Dalam
setiap pendidikan umumnya memiliki kurikulum di dalam membuat suatu rencana
pembelajaran. Demikian pula dengan Sekolah
Minggu, biasanya membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
kelas dengan bahan dipilih menurut jangka waktu yang ditetapkan.[4]
Kurikulum
adalah bahan mengajar yang berisikan bahan-bahan yang akan disampaikan guru
Sekolah Minggu kepada anak-anak termasuk cara penyampaian bahan tersebut. Kurikulum ini diterbitkan sebagai bahan
petunjuk bagi para guru pengajar anak Sekolah Minggu, untuk terus diolah dan
dipersiapkan hingga siap dihidangkan kepada anak-anak.[5]
Sekolah
Minggu merupakan kegiatan bersekolah yang diadakan pada hari minggu, kegiatan
Sekolah Minggu itu diadakan di dalam lingkup gereja, dengan berbagai metode
yang digunakan oleh seorang guru pengajar. Dengan demikiandapat dikatakan bahwa Sekolah
Minggu itu diselenggarakan sebagai suatu usaha pekabaran Injil dengan tujuan
mencapai anak atau orang dewasa.[6]
Wina
Sanjaya dalam bukunya mengungkapkan bahwa:
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dimana,
dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir. Proses pembelajaran diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal,
otak anak dipaksa untuk mengingat.[7]
Paulus
Lie mengatakan dalam bukunya, bahwa dalam penggabungan Sekolah Minggu,
pemberian pelajaran kepada anak-anak tidak efektif, disebabkan oleh karena
tidak dibagi secara lebih khusus dalam kelompok atau kelas Sekolah Minggu
sesuai dengan usia dan kemampuan anak.[8] Demikianlah
yang terjadi dengan anak-anak Sekolah Minggu di GKI Asemjajar.
Berdasarkan
hasil pengamatan peneliti berkaitan dengan kondisi proses belajar mengajar di
Gereja Kristus Injili, maka peneliti menemukan bahwa proses belajar mengajar
tidak kondusif. Diindikasikan bahwa strategi mengajar yang digunakan tidak
mendukung, sehingga anak-anak tidak berminat untuk belajar akan Firman Tuhan
yang disampaikan.[9] Dalam penggabungkan kelas Sekolah Minggu ini dari
tingkat usia 8-13 menyebabkan situasi kelas tidak kondusif atau ramai. Diindikasikan penggabungan kelas dilakukan
karena gurunya terbatas.[10]
Di
Sekolah Minggu GKI Asemjajar ini, seringkali anak-anak merasa bosan, bahkan
sebagian dari anak-anak itu tidak membawa Alkitab. Hal ini disebabkan strategi
yang digunakan strategi pembelajaran ekspositori dengan metode ceramah yang
kurang kreatif.[11]
Dalam
melaksanakan pembelajaran Sekolah Minggu sebenarnya ada banyak strategi
pembelajaran yang dapat digunakan.
Beberapa strategi antara lain: strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir (SPPKB), strategi berbasis masalah (SPBM), strategi
pembelajaran inkuiri (SPI), strategi pembelajaran kooperatif (SPK), dan
strategi pembelajaran kontekstual (CTL).[12]
Dalam
pembahasan ini penulis hanya fokus pada pembahasan strategi pembelajaran
kooperatif, diindikasikan bahwa strategi kooperatif mempengaruhi minat belajar
siswa terhadap pembelajaran penyampaian Firman Tuhan.
Berdasarkan
alasan tersebut diatas, peneliti mengambil judul skripsi: Implementasi Strategi
Pembelajaran Kooperatif Terhadap Minat Belajar Anak Sekolah Minggu Usia 8-13
Tahun Di GKI Asemjajar Surabaya.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang ini sebagaimana dipaparkan di atas, maka peneliti akan
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Di lapangan ditemukan
ada penggabungan kelas Sekolah Minggu dengan tingkat usia yang berbeda 8-13. Hal
ini menyebabkan situasi kelas tidak kondusif atau ramai. Berdasarkan kenyataan tersebut maka
dimunculkan pertanyaan. Apa yang
menyebabkan situasi kelas Sekolah Minggu gabungan itu tidak kondusif atau ramai
pada saat berlangsungnya pembelajaran?
2.
Di lapangan
ditemukan seringkali anak-anak merasa bosan pada saat Firman Tuhan disampaikan
kepada anak-anak. Diindikasikan guru
Sekolah Minggu dalam melaksanakan pembelajaran di Sekolah Minggu kurang menarik
sehingga dapat dimunculkan pertanyaan: Bagaimana
cara membangkitkan minat belajar peserta didik di Sekolah Minggu GKI Asemjajar?
3.
Berdasarkan
pengamatan penulis dilapangan, pembelajaran Sekolah Minggu tidak memiliki buku
panduan bagi guru Sekolah Minggu. Hal
ini menyebabkan proses pembelajaran tidak tertata dengan baik. Bagaimana agar pembelajaran Sekolah Minggu
dapat tertata dengan baik?
4.
Di lapangan
ditemukan bahwa strategi yang digunakan dalam pembelajaran Sekolah Minggu hanya
menggunakan strategi ekspositori. Dalam melaksanakan pembelajaran Sekolah
Minggu sebenarnya ada banyak strategi dan metode pembelajaran. Strategi apakah
yang sesuai untuk diterapkan di Sekolah Minggu di GKI Asemjajar?
5.
Berdasarkan
pengamatan penulis strategi pembelajaran kooperatif belum pernah digunakan
dalam pembelajaran Sekolah Minggu Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya,
Sehingga perlu di coba untuk digunakan.
Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar
anak Sekolah Minggu usia 4-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar
Surabaya?
Pembatasan Masalah
Sesuai
dengan identifikasi masalah di atas, maka penulis akan membatasi masalah yang
akan dibahas dalam karya tulis ini 1, 2, 3, 5 sebagai berikut:
1.
Di lapangan di
temukan ada penggabungan kelas Sekolah Minggu dengan tingkat usia yang berbeda 8-13. Hal ini menyebabkan situasi kelas tidak
kondusif atau ramai. Berdasarkan
kenyataan tersebut maka dimunculkan pertanyaan. Apa yang menyebabkan situasi kelas Sekolah
Minggu gabungan itu tidak kondusif atau ramai pada saat berlangsungnya
pembelajaran?
2.
Di lapangan
ditemukan seringkali anak-anak merasa bosan pada saat Firman Tuhan disampaikan
kepada anak-anak. Diindikasikan guru Sekolah Minggu dalam melaksanakan
pembelajaran di Sekolah Minggu kurang menarik sehingga dapat dimunculkan
pertanyaan: Bagaimana cara membangkitkan
minat belajar peserta didik di Sekolah Minggu GKI Asemjajar?
3.
Berdasarkan
pengamatan penulis dilapangan, pembelajaran Sekolah Minggu tidak memiliki buku
panduan bagi guru Sekolah Minggu. Hal
ini menyebabkan proses pembelajaran tidak tertata dengan baik. Bagaimana agar pembelajaran Sekolah Minggu
dapat tertata dengan baik?
4.
Berdasarkan
pengamatan penulis strategi pembelajaran kooperatif belum pernah digunakan
dalam pembelajaran Sekolah Minggu Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya, Sehingga
perlu di coba untuk digunakan. Bagaimana
implementasi pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar anak Sekolah Minggu
usia 8-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya?
Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah
tersebut di atas, maka penulis menetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.
Apa yang
menyebabkan situasi kelas Sekolah Minggu gabungan itu tidak kondusif atau ramai
pada saat berlangsungnya pembelajaran?
2.
Bagaimana cara
membangkitkan minat belajar peserta didik di Sekolah Minggu GKI Asemjajar?
3.
Bagaimana agar
pembelajaran Sekolah Minggu dapat tertata dengan baik?
4.
Bagaimana
implementasi pembelajaran kooperatifterhadap minat belajar anak Sekolah Minggu
usia 8-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya?
Tujuan penelitian
Sesuai dengan judul penelitian masalah di atas, maka
peneliti memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk menjelaskan penyebab
situasi Sekolah Minggu gabungan yang tidak kondusif atau ramai.
2.
Untuk menjelaskan cara
menumbuhkan minat belajar anak.
3.
Untuk menjelaskan cara
agar pembelajaran Sekolah Minggu dapat tertata dengan baik.
4.
Untuk menjelaskan
implementasi strategi pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar anak
Sekolah Minggu usia 8-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya.
Kepentingan
Penulisan
Dalam
penelitian ini kepentingan penulisan
akan dijelaskan dengan dua hal yaitu: kepentingan teoritis dan
kepentingan praktis.
Kepentingan
Teoritis
Manfaat
secara teoritis dalam penulisan ini dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang
luas sebagai calon guru di Sekolah Minggu, bahwa dengan menerapkan strategi
pembelajaran kooperatif ini dapat menumbuhkan
minat belajar Anak sekolah minggu GKI Asemjajar.
Kepentingan
Praktis
1.
Untuk Mahasiswa
Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata dalam menambah wawasan, pemahaman pengetahuan tentang
strategi dan metode mengajar di Sekolah Minggu.
2.
Bagi peneliti
sendiri sebagai guru Sekolah Minggu dalam memberikan wawasan dan pengalaman
praktis dalam mengajar Sekolah Minggu.
3.
Bagi pihak gereja
sebagai bahan masukan supaya terus berupaya untuk melatih guru-guru Sekolah
Minggu agar dapat mengajar dengan lebih tepat serta memilih strategi dan metode
serta merencanakan pembelajaran yang akan diberi kepada anak.
4.
Bagi anak Sekolah
Minggu sebagai sarana dalam menumbuhkan minat terhadap pembelajaran di sekolah
Minggu Gereja Kristus Injili.
Metodologi
Penelitian
Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan suatu metode. Jadi,
metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.[13]Metode
penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif.Metode kualitatif merupakan metode penelitian dimana data dan
analisanya lebih bersifat kualitatif atau berbentuk data, skema gambar.[14]
Adapun bagian-bagian dari metodologi penelitian ini yaitu
metode penulisan dan metode pengumpulan data.
Metode Penulisan
Dalam penelitian ini penulis akan memakai metode kualitatif
untuk pengolahan data. Metode kualitatif memberikan gambaran mengenai suatu
objek atau fakta-fakta, keadaan, peristiwa, dan sebagainya secara sistematis,
detail dan objektif.
Dalam penelitian ini adapun
variabel-variabel yang akan diuji sebagai berikut:
1.
Variabel
X : Strategi pembelajaran
kooperatif
2.
Variabel
Y : Minat belajar anak Sekolah
Minggu
Tempat penelitian GKI Asemjajar,
Surabaya.
Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai penulis adalah: Observasi,
wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Penulis akan mewawancarai
Gembala dan guru-guru Sekolah Minggu dan juga anak-anak Sekolah Minggu usia
8-13 tahun, untuk mendapatkan data mengenai penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif
dalam meningkatkan minat belajar anak sekolah minggu di GKI Asemjajar.
Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Observasi menjadi salah satu
teknik pengumpulan data. Observasi merupakan proses yang kompleks yang tersusun
dari proses biologis dan psikologis.[15]Wawancara, yang artinya tanya jawab lisan antara dua
orang atau lebih secara langsung untuk bertukar pikiran secara relevan.[16] Kemudian satu persatu diperdalam dalam
mengorek keterangan lebih lanjut.Dokumentasi, menurut Husaini Usman ialah suatu
kegiatan penelitian dalam mengumpulkan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.
Dalam bagian ini penulis akan mempraktekan strategi
pembelajaran kooperatif dengan membagi dua kelas dari usia 8-10 dan 11-13
dengan bantuan guru Sekolah Minggu yang lain.
Selanjutnya penulis akan melakukan pengamatan terhadap peserta didik
dalam proses pembelajaran, setelah itu penulis akan membandingkan pembelajaran
Sekolah Minggu yang biasa dilakukan dengan strategi ekspositori dengan strategi
kooperatif.
Definisi
Istilah
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan
strategi kelompok yang menjadi perhatian para pendidik untuk digunakan. Pembelajaran kooperatif ini merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil antara
empat sampai enam orang. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif ini
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang
selama ini memiliki kelemahan.[17]
Minat
dapat diartikan sebagai perhatian, kesukaan atau kecenderungankepada sesuatu keinginan.[18] Minat
belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan.[19] Kegiatan
yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang.
Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan skripsi ini penulis membagi pokok-pokok pembahasan kedalam lima
bab. Adapun dari masing-masing bab
adalah sebagai berikut:
Bab
pertama: Pendahuluan yang terkait di dalamnya, latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, definisi istilah, dan sistematika
penulisan.
Bab
kedua: Berisi tentang kajian teori yang membahas tentang implementasi strategi
pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar pada anak usia 4-13 tahun di
Gereja Kristus Injili Asemjajar, kerangka berpikir dan pengajuan Hipotesa.
Bab
ketiga: Berisi tentang metodologi penelitian yang meliputi tempat dan waktu
penelitian, metode penelitian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan data,
pengembangan instrument penelitian, dan teknik pengolahan data.
Bab
keempat: Berisi tentang hasil penelitian, pembahasan, uji hipotesa
Bab
kelima: Berisi kesimpulan, implikasi dan saran
[1]Hardi
Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama
Kristen(Yogyakarta: Penerbit:Berita Hidup Seminary, Andi Offset, 2011),
hlm. 2.
[2]Ibid. hlm. 6.
[3]Daniel
Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama
Kristen(Bandung, 2009), hlm. 8.
[4]Mavis L.Anderson,
Pola Mengajar Sekolah Minggu(Bandung:
Penerbit:Kalam Hidup, 1969), hlm. 29.
[5]Ruth S.
Kadarmanto, Tuntunlah Ke Jalan Yang Benar(Jakarta:
Penerbit:BPK Gunung Mulia, 2005), hlm.
126.
[6]Ralph M.
Riggs, Sekolah Minggu Yang Berhasil(Malang:
Penerbit:Gandum Mas, 1980), hlm. 10.
[7]H. Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 1.
[8]Paulus Lie, Mereformasikan Sekolah Minggu(Yogyakarta:
Penerbit:Andi, 2003), hlm. 117.
[9]Pengamatan
Penulis: 28 Januari 2019.
[10]Wawancara
kepada Ana Mantovani, 01 oktober 2019.
[11]Pengamatan
Penulis 07 Februari 2019.
[12]H. Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 224.
[13]Husaini Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 42
[14]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 14
[15]Husaini Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 54
[16]Ibid. 57-58
[17]H. Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 242
[18]W.J.S
Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm. 650
[19]Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: Yrama
Widya, 2010), hlm. 38
0 komentar:
Posting Komentar