Januari 02, 2022
0


 

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini peneliti akan membahas secara sistematis tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, kepentingan penulisan; kepentingan teoritis, kepentingan praktis, metodologi penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

 

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang diberikan dengan sengaja oleh seseorang kepada orang lain  atau peserta didik untuk mencapai kedewasaan secara susila dalam membangkitkan baik itu  pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai sikap tersebut.[1]

Menurut E. G Homrighousen Istilah Pendidikan Agama Kristen adalah:

Usaha sadar gereja dalam mendidik anak didiknya dalam rangka pewarisan iman Kristen dengan segala kebenarannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab untuk melatih hidup sesuai dengan iman Kristen, supaya dapat menjadi anggota gereja yang dewasa yang menyadari dan meyakini imannya.[2]

 

Dengan demikian istilah pendidikan ini merupakan terjemahan dari education dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin  ducere  yang berarti membimbing.  Jadi arti dasar dari pendidikan ini adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar.[3]

Dalam setiap pendidikan umumnya memiliki kurikulum di dalam membuat suatu rencana pembelajaran.  Demikian pula dengan Sekolah Minggu, biasanya membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan kelas dengan bahan dipilih menurut jangka waktu yang ditetapkan.[4]

Kurikulum adalah bahan mengajar yang berisikan bahan-bahan yang akan disampaikan guru Sekolah Minggu kepada anak-anak termasuk cara penyampaian bahan tersebut.  Kurikulum ini diterbitkan sebagai bahan petunjuk bagi para guru pengajar anak Sekolah Minggu, untuk terus diolah dan dipersiapkan hingga siap dihidangkan kepada anak-anak.[5]

Sekolah Minggu merupakan kegiatan bersekolah yang diadakan pada hari minggu, kegiatan Sekolah Minggu itu diadakan di dalam lingkup gereja, dengan berbagai metode yang digunakan oleh seorang  guru pengajar.  Dengan demikiandapat dikatakan bahwa Sekolah Minggu itu diselenggarakan sebagai suatu usaha pekabaran Injil dengan tujuan mencapai anak atau orang dewasa.[6]

Wina Sanjaya dalam bukunya mengungkapkan bahwa:

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.  Dimana, dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal, otak anak dipaksa untuk mengingat.[7]

 

Paulus Lie mengatakan dalam bukunya, bahwa dalam penggabungan Sekolah Minggu, pemberian pelajaran kepada anak-anak tidak efektif, disebabkan oleh karena tidak dibagi secara lebih khusus dalam kelompok atau kelas Sekolah Minggu sesuai dengan usia dan kemampuan anak.[8] Demikianlah yang terjadi dengan anak-anak Sekolah Minggu di GKI Asemjajar.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti berkaitan dengan kondisi proses belajar mengajar di Gereja Kristus Injili, maka peneliti menemukan bahwa proses belajar mengajar tidak kondusif. Diindikasikan bahwa strategi mengajar yang digunakan tidak mendukung, sehingga anak-anak tidak berminat untuk belajar akan Firman Tuhan yang disampaikan.[9]  Dalam penggabungkan kelas Sekolah Minggu ini dari tingkat usia 8-13 menyebabkan situasi kelas tidak kondusif atau ramai.  Diindikasikan penggabungan kelas dilakukan karena gurunya terbatas.[10]

Di Sekolah Minggu GKI Asemjajar ini, seringkali anak-anak merasa bosan, bahkan sebagian dari anak-anak itu tidak membawa Alkitab. Hal ini disebabkan strategi yang digunakan strategi pembelajaran ekspositori dengan metode ceramah yang kurang kreatif.[11]

Dalam melaksanakan pembelajaran Sekolah Minggu sebenarnya ada banyak strategi pembelajaran yang dapat digunakan.  Beberapa strategi antara lain: strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB), strategi berbasis masalah (SPBM), strategi pembelajaran inkuiri (SPI), strategi pembelajaran kooperatif (SPK), dan strategi pembelajaran kontekstual (CTL).[12]

Dalam pembahasan ini penulis hanya fokus pada pembahasan strategi pembelajaran kooperatif, diindikasikan bahwa strategi kooperatif mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pembelajaran penyampaian Firman Tuhan.

Berdasarkan alasan tersebut diatas, peneliti mengambil judul skripsi: Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Terhadap Minat Belajar Anak Sekolah Minggu Usia 8-13 Tahun Di GKI Asemjajar Surabaya.

 

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang ini sebagaimana dipaparkan di atas, maka peneliti akan mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1.    Di lapangan ditemukan ada penggabungan kelas Sekolah Minggu dengan tingkat usia yang berbeda 8-13. Hal ini menyebabkan situasi kelas tidak kondusif atau ramai.  Berdasarkan kenyataan tersebut maka dimunculkan pertanyaan.  Apa yang menyebabkan situasi kelas Sekolah Minggu gabungan itu tidak kondusif atau ramai pada saat berlangsungnya pembelajaran?

2.    Di lapangan ditemukan seringkali anak-anak merasa bosan pada saat Firman Tuhan disampaikan kepada anak-anak.  Diindikasikan guru Sekolah Minggu dalam melaksanakan pembelajaran di Sekolah Minggu kurang menarik sehingga dapat dimunculkan pertanyaan:  Bagaimana cara membangkitkan minat belajar peserta didik di Sekolah Minggu GKI Asemjajar?

3.    Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, pembelajaran Sekolah Minggu tidak memiliki buku panduan bagi guru Sekolah Minggu.  Hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak tertata dengan baik.  Bagaimana agar pembelajaran Sekolah Minggu dapat tertata dengan baik?

4.    Di lapangan ditemukan bahwa strategi yang digunakan dalam pembelajaran Sekolah Minggu hanya menggunakan strategi ekspositori. Dalam melaksanakan pembelajaran Sekolah Minggu sebenarnya ada banyak strategi dan metode pembelajaran. Strategi apakah yang sesuai untuk diterapkan di Sekolah Minggu di GKI Asemjajar?

5.    Berdasarkan pengamatan penulis strategi pembelajaran kooperatif belum pernah digunakan dalam pembelajaran Sekolah Minggu Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya, Sehingga perlu di coba untuk digunakan.  Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar anak Sekolah Minggu usia 4-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya?

 

Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka penulis akan membatasi masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini 1, 2, 3, 5 sebagai berikut:

1.        Di lapangan di temukan ada penggabungan kelas Sekolah Minggu dengan tingkat usia yang berbeda 8-13.  Hal ini menyebabkan situasi kelas tidak kondusif atau ramai.  Berdasarkan kenyataan tersebut maka dimunculkan pertanyaan.  Apa yang menyebabkan situasi kelas Sekolah Minggu gabungan itu tidak kondusif atau ramai pada saat berlangsungnya pembelajaran?

2.        Di lapangan ditemukan seringkali anak-anak merasa bosan pada saat Firman Tuhan disampaikan kepada anak-anak. Diindikasikan guru Sekolah Minggu dalam melaksanakan pembelajaran di Sekolah Minggu kurang menarik sehingga dapat dimunculkan pertanyaan:  Bagaimana cara membangkitkan minat belajar peserta didik di Sekolah Minggu GKI Asemjajar?

3.        Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, pembelajaran Sekolah Minggu tidak memiliki buku panduan bagi guru Sekolah Minggu.  Hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak tertata dengan baik.  Bagaimana agar pembelajaran Sekolah Minggu dapat tertata dengan baik?

4.        Berdasarkan pengamatan penulis strategi pembelajaran kooperatif belum pernah digunakan dalam pembelajaran Sekolah Minggu Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya, Sehingga perlu di coba untuk digunakan.  Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar anak Sekolah Minggu usia 8-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya?

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis menetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1.        Apa yang menyebabkan situasi kelas Sekolah Minggu gabungan itu tidak kondusif atau ramai pada saat berlangsungnya pembelajaran?

2.        Bagaimana cara membangkitkan minat belajar peserta didik di Sekolah Minggu GKI Asemjajar?

3.        Bagaimana agar pembelajaran Sekolah Minggu dapat tertata dengan baik?

4.        Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatifterhadap minat belajar anak Sekolah Minggu usia 8-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya?

 

Tujuan penelitian

Sesuai dengan judul penelitian masalah di atas, maka peneliti memiliki tujuan sebagai berikut:

1.        Untuk menjelaskan penyebab situasi Sekolah Minggu gabungan yang tidak kondusif atau ramai.

2.        Untuk menjelaskan cara menumbuhkan minat belajar anak.

3.        Untuk menjelaskan cara agar pembelajaran Sekolah Minggu dapat tertata dengan baik.

4.        Untuk menjelaskan implementasi strategi pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar anak Sekolah Minggu usia 8-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar Surabaya.

 

Kepentingan Penulisan

Dalam penelitian ini kepentingan penulisan  akan dijelaskan dengan dua hal yaitu: kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.

 

Kepentingan Teoritis

Manfaat secara teoritis dalam penulisan ini dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang luas sebagai calon guru di Sekolah Minggu, bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif ini dapat menumbuhkan  minat belajar Anak sekolah minggu GKI Asemjajar.

 

Kepentingan Praktis

1.        Untuk Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata dalam menambah   wawasan, pemahaman pengetahuan tentang strategi dan metode mengajar di Sekolah Minggu.

2.        Bagi peneliti sendiri sebagai guru Sekolah Minggu dalam memberikan wawasan dan pengalaman praktis dalam mengajar Sekolah Minggu.

3.        Bagi pihak gereja sebagai bahan masukan supaya terus berupaya untuk melatih guru-guru Sekolah Minggu agar dapat mengajar dengan lebih tepat serta memilih strategi dan metode serta merencanakan pembelajaran yang akan diberi kepada anak.

4.        Bagi anak Sekolah Minggu sebagai sarana dalam menumbuhkan minat terhadap pembelajaran di sekolah Minggu Gereja Kristus Injili.

 

Metodologi Penelitian

Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode.  Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.[13]Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Metode kualitatif merupakan metode penelitian dimana data dan analisanya lebih bersifat kualitatif atau berbentuk data, skema gambar.[14]

Adapun bagian-bagian dari metodologi penelitian ini yaitu metode penulisan dan metode pengumpulan data.

 

 

 

Metode Penulisan

Dalam penelitian ini penulis akan memakai metode kualitatif untuk pengolahan data.  Metode kualitatif memberikan gambaran mengenai suatu objek atau fakta-fakta, keadaan, peristiwa, dan sebagainya secara sistematis, detail dan objektif.

Dalam penelitian ini adapun variabel-variabel yang akan diuji sebagai berikut:

1.        Variabel X            : Strategi pembelajaran kooperatif

2.        Variabel Y            : Minat belajar anak Sekolah Minggu

Tempat penelitian GKI Asemjajar, Surabaya.

 

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai penulis adalah: Observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Penulis akan mewawancarai Gembala dan guru-guru Sekolah Minggu dan juga anak-anak Sekolah Minggu usia 8-13 tahun, untuk mendapatkan data mengenai penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif dalam meningkatkan minat belajar anak sekolah minggu di GKI Asemjajar.

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.  Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data. Observasi merupakan proses yang kompleks yang tersusun dari proses biologis dan psikologis.[15]Wawancara, yang artinya tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar pikiran secara relevan.[16]  Kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.Dokumentasi, menurut Husaini Usman ialah suatu kegiatan penelitian dalam mengumpulkan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

Dalam bagian ini penulis akan mempraktekan strategi pembelajaran kooperatif dengan membagi dua kelas dari usia 8-10 dan 11-13 dengan bantuan guru Sekolah Minggu yang lain.  Selanjutnya penulis akan melakukan pengamatan terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran, setelah itu penulis akan membandingkan pembelajaran Sekolah Minggu yang biasa dilakukan dengan strategi ekspositori dengan strategi kooperatif.

 

Definisi Istilah

 Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi kelompok yang menjadi perhatian para pendidik untuk digunakan.  Pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil antara empat sampai enam orang. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif ini merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.[17]

Minat dapat diartikan sebagai perhatian, kesukaan atau kecenderungankepada sesuatu keinginan.[18] Minat belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.[19] Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.

 

Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pokok-pokok pembahasan kedalam lima bab.  Adapun dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab pertama: Pendahuluan yang terkait di dalamnya, latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metodologi penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Bab kedua: Berisi tentang kajian teori yang membahas tentang implementasi strategi pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar pada anak usia 4-13 tahun di Gereja Kristus Injili Asemjajar, kerangka berpikir dan pengajuan Hipotesa.

Bab ketiga: Berisi tentang metodologi penelitian yang meliputi tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan data, pengembangan instrument penelitian, dan teknik pengolahan data.

Bab keempat: Berisi tentang hasil penelitian, pembahasan, uji hipotesa

Bab kelima: Berisi kesimpulan, implikasi dan saran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1]Hardi Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen(Yogyakarta: Penerbit:Berita Hidup Seminary, Andi Offset, 2011), hlm. 2.

[2]Ibid. hlm. 6.

[3]Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen(Bandung, 2009), hlm. 8.

[4]Mavis L.Anderson, Pola Mengajar Sekolah Minggu(Bandung: Penerbit:Kalam Hidup, 1969), hlm. 29.

[5]Ruth S. Kadarmanto, Tuntunlah Ke Jalan Yang Benar(Jakarta: Penerbit:BPK Gunung Mulia, 2005),  hlm. 126.

[6]Ralph M. Riggs, Sekolah Minggu Yang Berhasil(Malang: Penerbit:Gandum Mas, 1980), hlm. 10.

[7]H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 1.

[8]Paulus Lie, Mereformasikan Sekolah Minggu(Yogyakarta: Penerbit:Andi, 2003), hlm. 117.

[9]Pengamatan Penulis: 28 Januari 2019.

[10]Wawancara kepada Ana Mantovani, 01 oktober 2019.

[11]Pengamatan Penulis 07 Februari 2019.

[12]H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 224.

[13]Husaini  Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial  (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 42

[14]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 14

[15]Husaini  Usman, dan Pronomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial  (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 54

[16]Ibid. 57-58

[17]H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 242

[18]W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm. 650

[19]Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: Yrama Widya, 2010), hlm. 38

0 komentar: