Januari 02, 2022
0

 




BAB I

PENDAHULUAN

 

Pada bab ini akan menjelaskan secara sistematis: latar belakang masalah, idenfikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penelitian meliputi manfaat teoritis, manfaat praktis, metodologi, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

 

Latar Belakang Masalah

Salah satu lembaga misi yang dikenal nama Compassion hadir di Indonesia pada tahun 1968,  memiliki sebuah kerinduan untuk membangun sebuah lembaga yang dapat menaungi dalam hal pelayanan anak, sponsorship, menjamin kesehatan, dan pendidikan anak-anak, dalam hal ini Compassion melibatkan Gereja lokal sebagai mitra.[1]

Secara umum kemitraan, ialah suatu usaha  kerja sama antara dua pihak dengan hak dan kewajiban yang setara dan saling menguntungkan.  Hubungan kemitraan usaha umumnya dilakukan antara dua pihak yang memiliki posisi sepadan dan memiliki tujuan yang sama.  Kemitraan  seringkali dijumpai di dalam dunia bisnis.[2] Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan, institusi Kristen atau keagamaan juga bisa mempraktekannya, karena istilah kemitraan dapat digunakan secara umum. Pelayanan yang dihasilkan oleh Compassion dan Gereja yakni, Pusat Pengembangan Anak (PPA).

PPA ID-541 Agape Muara Tae berdiri pada tahun 2016, terletak di Muara Tae Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur, bekerja sama (bermitra) dengan Gereja Persekutuan Injili Indonesia (GPMII) Jemaat Muara Tae.[3]  Keanggotaan PPA terdiri dari penangungung jawab, staf, komisi keuangan, komisi pengembangan,  tutor serta mentor.  Adapun  jumlah  anak-anak di PPA ID-541 Agape Muara Tae secara keseluruhan  177 anak  dan yang membimbing berjumlah dua belas  tutor, adapun  anak-anak yang berusia 9-11 tahun berjumlah 86 anak dan yang membimbing ada empat tutor.[4]

Dalam tugas pokok dan fungsi jabatan (TUPOKSI) PPA, Tutor merupakan tenaga pendidik (pembimbing) untuk anak yang berusia 9-11 tahun, dan inilah yang membedakannya dari tugas mentor yang membimbing anak usia 12-20 tahun. Sehingga  yang bertanggung jawab untuk anak usia 9-11 tahun  adalah tugas para tutor. Dalam membina anak-anak, para tutor dilengkapi dengan pembinaan oleh pihak Compassion, memiliki buku ajar, serta lembar tutorial sebagai bahan evaluasi oleh staf.

PPA Agape ID-541 Muara Tae memiliki Visi dan Misi menjangkau anak-anak untuk mengalami kuasa dan kasih Kristus, sehingga setiap anak dapat mengekspresikan Kristus dalam setiap kehidupan nyata, serta membimbing anak-anak secara rohani,  dari berbagai latar belakang yang berbeda di wilayah Muara Tae dan sekitarnya, dengan tujuan agar anak yang ada di wilayah Muara Tae dan sekitarnya dapat bertumbuh dalam kerohanian.[5]

Masa kanak-kanak merupakan hal yang sangat penting, karena di masa ini merupakan masa yang paling dasar dan awal dalam proses pembentukan kerohanian anak.  Selain itu di masa ini merupakan peristiwa yang berbekas dan mengesankan. Jika seseorang sudah tua, ia akan mudah melupakan segala hal yang baru dikenal dan dialaminya, tetapi ia tidak pernah melupakan hal-hal dimasa kecil yang penah dialaminya.  Pada masa kanak-kanak kejernihan dan daya ingat otak mencapai optimal  di usia 9-11 tahun. Masa kanak-kanak, khususnya dibawah 12 tahun adalah masa keemasan pembentukan kehidupan yang mungkin menjadi wadah dimana Roh Kudus mengalirkan berkat melalui anak tersebut kepada banyak jiwa.[6]

Sebelum usia 12 tahun, seorang anak memiliki “modal” yang paling penting untuk membentuk kehidupan pribadinya dan mempengaruhi hidup orang lain, diluar pribadinya sendiri. Sebelum usia 12 tahun, masih ada kemungkinan seorang anak dibentuk menjadi suatu wadah yang memiliki iman, pengharapan, dan kasih secara berlimpah, sehingga bisa menjadi berkat bagi orang banyak.[7]  Oleh karena itu masa kanak-kanak merupakan masa yang penting sekali dalam pembentukan  karakter maupun kerohanian.

Secara umum seorang anak Kristen memiliki kebututuhan yang khusus dalam mencapai pertumbuhan keperbadian dan kerohanian.  Kebutuhan yang penting untuk anak, bahwa anak harus tahu bagaimana Allah berfirman dan menyatakan kasih-Nya kepada setiap anak.  Kebutuhan yang kedua bagi anak peserta didik adalah mendengarkan Yesus dan melakukan apa yang dikatakan-Nya.  Mereka harus belajar untuk taat.  Bahkan lebih baik lagi mereka belajar mencintai hukum Allah.[8]  Barulah anak-anak itu dapat dikatakan anak yang bertumbuh secara keperbadian dan kerohanian.

Secara spiritual, dengan cara yang sederhana anak-anak usia 9-11 tahun anak siap menerima pengajaran tentang keselamatan. Orang tua dan guru dapat berperan menjadi model melalui aktivitas mereka di Gereja.  Dengan bimbingan yang benar, anak akan mampu bertumbuh, bahkan bersaksi bagi Tuhan.[9]  Adapun kesaksian yang dapat dilakukan anak usia 9-11 tahun menurut capaian kompentensi idikator PPA adalah dalam  hal, aktif dalam kegiatan sekolah minggu di Gereja lokal serta anak bisa menceritakan kisah penciptaan dunia dan seluruh isinya  (Kejadian 1 dan 2), anak bisa  menceritakan kisah manusia jatuh dalam dosa, anak bisa menceritakan kehidupan dan kematian Yesus, anak terbiasa berdoa: contohnya dalam hal doa makan, doa tidur dan sesudah bangun tidur, anak bisa menjelaskan mamfaat ketaatan yang dilakukan tokoh-tokoh Alkitab, anak rajin mengikuti ibadah Gereja lokal.[10]

Pada hakekatnya pendidikan agama Kristen harus dapat membentuk keperbadian dan kerohanian anak peserta didik, jika pendidikan Agama Kristen tidak dapat membentuk keperbadian dan kerohanian anak perserta didik, pendidikan tersebut belum dapat disebut sebagai pendidikan Agama Kristen yang sesungguhnya.[11]

Tujuan utama sebagai para pendidik agama Kristenadalah menuntun anak-anak masuk  kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Ada dua alasan yang mendukung hal ini. Pertama, dalam kitab suci orang Yahudi versi kerajaan Allah ditempatkan   sebagai visi dan rencana Allah sendiri bagi seluruh manusia dan ciptaan-Nya. Kedua, dalam kesinambungan dangan tradisi orang Yahudi, Yesus memberitakan kabar baik-Nya. Yesus, yang orang-orang Kristen kenal sebagai Kristus, menjalani kehidupan-Nya dan memberitakan injil-Nya bagi kerajaan Allah.  Demikianlah tujuan-Nya.  Tujuan-Nya seharusnya juga menjadi tujuan orang yang mendidik anak-anak dalam nama-Nya.[12]

Adapun masalah yang seringkali terjadi dimasa kanak-kanak ialah merosotnya kerohanian anak, hal ini tidak bisa dipisahkan dari banyaknya tantangan yang anak-anak hadapi setiap hari.  Banyak sekali aspek, baik langsung maupun tidak langsung yang berpotensi melemahkan kerohanian anak.[13]

Dalam pengamatan penulis kemerosotan kerohanian anak-anak usia 9-11 tahun di PPA ID-541 Agepe Muara Tae Kalimatan Timur, terlihat dalam hal:  anak jarang datang beribadah, anak tidak dapat berdoa, anak tidak dapat menceritakan kembali kisah-kisah dalam Alkitab. Dalam hal ini jelas menunjukkan kurangnya kecakapan   tutor dalam menerapkan metode pembelajaran terhadap anak,sehingga membutuhkan metode-metode  yang tepat untuk membantu para tutor dalam mendidik anak-anak  di PPA.[14]

Peran tutor dalam memimbing serta mendidik anak selama ini masih kurang efektif dan efisien, anak-anak  PPA mengakui bahwa jarang turun ke PPA dikarenakan tidak suka dengan metode mengajar tutor. Dalam hal ini harus diakui bahwa bertumbuhnya kerohanian, karakter, bahkan sikap sehari-hari anak tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh peran kemampuan tutor, tetapi peran tutor juga mengambil porsi yang cukup signifikan dalam perkembangan anak. Jika karena ketidak sukaan anak pada metode mengajar tutor, sehingga ia tidak mau datang lagi ke kegiatan PPA, maka secara otomatis anak tidak akan mendapat pendidikan apapun. Sehingga yang diperlukan adalah, tutor harus bisa mengambil simpati anak, dan membuat anak-anak PPA merasa nyaman.[15]

Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif anak usia 9-11 tahun adalah masuk pada operasional konkrit, yang mana anak pada usia ini sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.  Anak telah memiliki kecakapan logis.[16]  Sehingga  Motode  pembelajaran yang dapat digunakan dalam mendidik anak usia 9-11 tahun ialah metode yang bersifat  kriatif dan variatif, dalam hal ini para tutor perlu memberikan motode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan,  serta sesuai dengan kemampuan anak-anak yang di bimbing.  Adapun  salah satu metode yang sesuai dengan kemampuan anak usia 9-11 tahun di  PPA Agape ID-451 Kalimatan Timur ialah metode tanya jawab, yang mana metode ini  menuntut pendidik dan peserta didik sama-sama aktif dalam pembelajaran.  Adapun karakteristik metode ini dapat digunakan dalam kondisi dan situasi dimana saja, metode tanya jawab adalah suatu metode cara penyampaian pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.  Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar para murid memusatkan lagi perhatiannya. Yang mana akan memberikan pemahaman  yang mendalam kepada peserta didik.  Dengan demikian metode pembelajar juga mampu menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga anak termotivasi mengerjakan tugasnya dengan optimal, serta peserta didik tidak  dapat  mudah melupakan setiap pembelajaran yang telah disampaikan.[17]

Adapun masalah lain yang memengaruhi kinerja para tutor dalam melakukan pelayanan anak ialah, hadirnya wabah covid-19, yang mana para tutor memberikan keluhan mereka dalam merealisasikan kegiatan di PPA ID-541 Muara Tae tidak sama seperti biasanya.  Yang menjadi keluhannya tutor ialah:  Para tutor kebingungan dalam menerapkan metode mengajar dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan pembinaan kerohanian anak secara tatap muka.  Namun dalam hal ini para tutor PPA masih dapat melakukan pembinaan kerohanian anak dengan cara berkunjung ke rumah-rumah, dalam hal inipun para tutor mengalami masalah yaitu;  ada beberapa respon dari orang tua yang dianggap tidak dapat bekerja sama dengan para tutor dalam membina kerohanian anak, yang mana orang tua anak hanya menyerahkan tugas pembinaan kerohanian anak sepenuhnya kepada para tutor sehingga para tutor merasa kesulitan dalam membimbing anak tersebut.[18]

Sampai sejauh ini para tutor memaksimalkan diri, dengan mengikuti beberapa pelatihan yang secara  rutin diadakan oleh Compassion, namun masalahnya  adalah latar belakang pendidikan para tutor, yang hanya paling maksimal lulus sekolah menengah atas (SMA), memang secara umum Compassion telah menetapkan kualifikasi status pendidikan tertentu manimal sekolah menengah atas (SMA),  dan  lebih dilihat dari segi kerohanian, bahwa para tutor terlibat dalam pelayanan baik pemuda, maupun sekolah minggu di Gereja masing-masing. Namun dalam hal ini para tutor yang dipanggil menjadi pendidik dan pembina anak-anak PPA ID-541 di Muara Tae tidak mendapatkan pembelajaran pemahaman Alkitab maupun pelatihan terlebih dahulu, sehingga adanya sikap tutor yang merasa bahwa tugasnya di PPA hanya sebagai pekerjaan biasa dan bukan pelayanan, karena PPA juga memberikan honor bagi setiap tutor yang ada.[19]

Sehingga dari masalah-masalah diatas, penulis berkeinginan untuk menulis sebuah skripsi tentang:  “Peran Tutor Dalam  PembelajaranPendidikan Agama Kristen Dengan Pendekatan Metode Tanya Jawab Terhadap Pertumbuhan Kerohanian Anak Usia 9-11 Tahun Di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kalimatan Timur”.

Idenfikasi Masalah

Terkait pada topik penelitian dan latar belakang masalah diatas maka penulis mengidenfikasi beberapa masalah yang dianggap sangat penting oleh penulis yakni:

1.      Di lapangan ditemukan banyak anak PPA yang jarang datang beribadah, di indikasikan orang tua kurang memotivasi anak dalam mengkuti ibadah,  Sehingga dapat dimunculkan pertanyaan sejauh mana peran orang tua dalam memotivasi anak dalam hal mengikuti ibadah, sehingga mengalami pertumbuhan kerohanian  yang baik.?

2.      Di lapangan ditemukan banyak anak PPA yang tidak dapat berdoa serta tidak dapat menceritakan kisah-kisah dalam Alkitab, diindikasikan tutor kurang cakap dalam mengajar anak, sehingga dapat dimunculkan pertanyaan, Apakah Lembaga PPA mempersiapkan para calon tutor  dengan melakukan pelatihan  sebelum menjadi  tutor?

3.      Di lapangan ditemukan anak-anak PPA  mengakui jarang mengikuti pembelajaran PAK  di PPA dikarenakan tidak suka dengan metode mengajar tutor yang membimbing.  Diindikasikan tutor menggunakan metode yang tidak tepat dalam mengajar PAK.  Sehingga dapat dimunculkan pertanyaan metode apa yang tepat untuk melakukan pembejaran PAK pada anak usia 9-11 Tahun  di PPA Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?

4.      Di lapangan ditemukan para tutor mengalami kesulitan dalam membina anak di PPA secara tatap muka dikarenakan timbulnya wabah covid-19, yang mana hal ini mempengaruhi kinerja tutor dalam mendidik dan membimbing anak di  PPA. Diindikasikan tidak ada sarana yang memadai seperti jaringan internet dan laptop untuk melaksanakan pembelajaran secara daring.  Sehingga dapat dimunculkan pertanyaan bagaimana cara tutor mengatasi kendala mengajar dimasa pandemi virus corona sekarang ini?

5.      Di lapangan ditemukan orang tua anak PPA tidak dapat berkerja sama dengan tutor dalam membimbing dan mendidik anak sehingga mengalami pertumbuhan kerohanian dengan baik, di idikasikan orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada tutor untuk membina anak yang ada di PPA.  Bagaimana Peran tutor dalam Pendidikan Agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak Usia 9-11 tahun di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?

6.      Di lapangan ditemukan sikap tutor yang menganggap pelayanan di PPA adalah suatu pekerjaan biasa, di indikasikan bahwa tidak adanya pelatihan yang khusus bagi tutor yang baru masuk di PPA dan  kurangnya pemahaman akan kebenaran firman   Tuhan. Sehingga dapat timbul pertanyaan sejauh mana pemahaman tutor terhadap firman Tuhan.?

Pembatasan Masalah

            Berdasarkan pada latar belakang dan indenfikasi masalah pada skripsi berjudul “Peran Tutor Dalam  Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan Metode Tanya Jawab Terhadap Pertumbuhan Kerohanian Anak Usia 9-11 Tahun Di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kalimantan Timur”.  Penulis membatasi masalah pada nomor tiga, dan lima sebagai berikut:

1.      Di lapanagan ditemukan anak-anak PPA  mengakui jarang mengikuti pembelajaran PAK  di PPA dikarenakan tidak suka dengan metode mengajar tutor yang membimbing.  Diindikasikan tutor tidak menggunakan metode yang tepat dalam mengajar PAK.  Sehingga dapat dimunculkan pertanyaan metode apa yang tepat untuk melakukan  pembejaran PAK terhadap anak-anak usia 9-11 Tahun  di PPA Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?

2.      Di lapangan ditemukan orang tua anak PPA tidak dapat berkerja sama dengan tutor dalam membimbing dan mendidik anak sehingga mengalami pertumbuhan kerohanian dengan baik, di idikasikan orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada tutor untuk membina anak yang ada di PPA.  Sejauh mana peran tutor dalam Pendidikan Agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak Usia 9-11 tahun di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?

Rumusan Masalah

            Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa pokok masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1.      Sejauh mana efektifitas implementasi metode tanya jawa dalam pembelajaran PAK terhadap anak-anak usia 9-11 tahun di PPA Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?

2.      Sejauh mana peran tutor dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak Usia 9-11 tahun di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?

Tujuan Penulisan

            Dengan mengacu pada pokok judul penulis skripsi dan merujuk pada perumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Untuk memberikan penjelasansejauh mana efektifitas penerapanmetode metode tanya jawab dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap anak usia 9-11 Tahun.

2.      Untuk  memberikan penjelaskan sejauh mana peran tutor dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak usia 9-11 tahun di Pusat Pengembangan anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.

Signifikasi Penelitian

            Dalam bagian ini akan dijelaskan dua hal yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.

Kepentingan Teoritis

 Kontribuksi untuk bidang keilmuan:

1.      Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi pengembangan pendidikan mengenai peran tutor dalam membimbing dan mendidik anak.  Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat sebagai bahan referensi, bahan pengetahuan dan bahan pengembangan bagi riset selanjutnya di bidang yang sejenis. 

Kepentingan Praktis

1.      Bagi penulis sendiri, supaya penulis melihat masalah ini sebagai pembelajaran di masa mendatang dan berguna bagi kehidupan penulis dalam pelayanan penulis.

2.      Bagi para pembaca yang membimbing dan mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di PPA ID-541 Muara Tae Kalimantan Timur, untuk mengetahui dan mengingatkan  tugasnya sebagai Tutor PAK.

3.      Dapat menjadi masukan bagi Tutor PAK dalam memperhatikan dan memperdulikan anak-anak yang berasal dari latar belakang yang berbeda.

Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan  metode kualitatif. Dalam penelitian lapangan metode kualitatif cenderung terarah pada gejala-gejala atau  fanomena-fanomena yang faktual, benar-benar nyata terjadi di tengah-tengah kelompok masyarakat tertentu. Dengan metode kualitatif penulis berusaha memahami dan menjelaskan sejelas-jelasnya tentang suatu kegiatan belajar mengajar antara tutor dan anak-anak di PPA ID-541 Muara Tae Kalimatan Timur.  Adapun  tujuan penulis untuk memapaparkan apa yang benar-benar terjadi dalam pertumbuhan kerohanian anak-anak PPA dengan pola bimbingan dan didikan para tutor. [20]

Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulisan mengunakan metode kualiatitif deskriptif analitis, dengan sumber-sumber yang relevan dan mendukung, serta penelitian untuk memperoleh gambar tentang “Peran Tutor Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan  Metode Tanya Jawab  Terhadap Pertumbuhan Kerohanian Anak Usia 9-11 Tahun Di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-451 Muara Tae Kalimatan Timur”.

Metode Pengumpulan Data

            Metode pengumpulan data berupa cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam mengungkapkan dan mejelaskan  sejauh mana efektivitas peran tutor dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak. Maka dengan ini penulis melakukan pengumpulan data berdasarkan dua sumber  yakni studi litaratur dengan menggunakan buku-buku yang terkait dan relevan dengan topik.[21] Yang kedua penulis akan melakukan secara observasi langsung maupun tidak langsung, kemudian melakukan wawancara dengan empat  tutor dan sepuluh anak PPA yang berusia 9-11 tahun yang mengalami kemerosatan kerohanian.  Adapun tujuan wawancara untuk meminta penjelasan tentang bimbingan dan pendidikan yang dilakukan oleh para tutor.

Definisi Istilah

            Judul dari skripsi ini adalah “Peran Tutor Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan Metode Tanya Jawab Terhadap Pertumbuhan Kerohanian Anak Usia 9-11 Tahun Di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kalimantan Timur”  untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan istilah kata-kata yang dipergunakan, berikut uraian batasan-batasan pengertian dan lingkup cakup permasalahannya adalah:

1.      Tutor adalah secara khusus digunakan untuk menyebut pembimbing belajar, yang juga dipahami sebagai orang yang mengajarkan adab, etika pemikiran dan etika perilaku. Seorang tutor melaksanakan fungsinya sebagai pengajar dan bertindak sebagai pembimbing pribadi.[22]

2.      Pendidikan Agama Kristen adalah penyampaian kebenaran yang dinyatakan Tuhan dalam Alkitab.[23] Pendidikan agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus bergantung pada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pada pertumbuhan,  melalui pembelajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melelui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid.[24]

3.      Metode adalah merupakan alat yang digunakan oleh pengajar untuk mengemunikasikan pengetahuan, ide, atau kebenaran. Dari pendekatan PAK metode merupakan saranan yang dipakai untuk membawa murid mengenal Tuhan Yesus dan firman-Nya.[25]

4.      Pertumbuhan kerohanian adalah proses seseorang semakin serupa dengan Kristus.  Gagasan tentang suatu awal perkembangan yang berbeda dengan bidang-bidang perkembangan lain.[26]

Sistematis Penulisan

Dalam bab pertama, telah menjabarkan mengenai pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang masalah, idenfikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulis, kepentingan teoriti, kepentingan praktis, definisi istilah, metode penulisan dan sistematis penulisan.

Pada bab dua berisi tentang kajian teori, kerangka berfikir yang membahas tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu masalah peran tutor  PAK dalam membimbing anak didik dan pengajuan hipotesis.

Pada bab tiga, metode penelitian menyajikan tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sample penelitian, metode pengumpulan data,  analisa data dan kesimpulan.

Pada bab empat, menjelaskan hasil dari penelitian akan analisis peran tutor PAK dalam mengembangkan pertumbuhan kerohanian anak perserta didik.

Bab lima berisi kesimpulan, implikasi dan saran, bagian ini akan dijelaskan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan.



[1]Buku Panduang kemitraan versi 2.0 2012, (Bandung: Compassion Indonesia),  20-57.

[2]Sudadi Martodireso, Widada Agus Suryanto, MM, Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama, (Jakarta: Kanisius (Anggota IKAPI) 2002),  12.

[3]Wawancara penulis dengan, Asmaja Christanto. Penanggung jawab PPA Muara Tae, kalimatan Timur.   jam, 18:46, hari kamis 09-04-2020. 

[4]Wawancara penulis  dengan,  Erness Kondo. Seketaris PPA Muara Tae, Kalimatan Timur.  jam 10:00-10:30, kamis 14-01-2021.

[5]wawancara penulis dengan, Selvi. Koordinator PPA Muara Tae Kalimatan Timur. jam, 17:48, hari rabu, 15 April 2020.

[6]Stephen Tong, Aspek Jiwa 1, (Surabaya: Momentum, 2018),  5.

[7]Ibid, Stephen Tong,  6.

[8]Phyllis Kilbour, Children In Crisis A New Commitment, (Songgokerto: Yayasan Sunfokus Indonesia 2002), 188-190.

[9]Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI (Anggota IKAPI) 2006), 91-92.

[10]Compassion,  Buku pencapaian  Indikator anak PPA.

[11]Mary Setiawani, Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen, (Surabaya: Momentum 2017), 93-94.

[12]Thomas H. Groome, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 49.

[13]E. B Surbakti, Kenalilah Anak remaja Anda, (Jakarta: PT  Elex Media Komputindo, 2009), 277.

[14]Pengamatan penulis di Pusat pengembangan Anak (PPA) desa Muara Tae, pertengahan mei hingga akhir juli 2018, melalui Praktek magang.

[15]Wawancara penulis dengan  Rofa. Tutor PPA Muara Tae Kalimatan timur.  jam 19:40, Jumat, 24-04-2020.

[16]Admila Rosada, Menjadi Guru Kriatif: Praktik-Praktik Pembelajaran, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2018), hlm, 108-109.

[17]Muhamad Anas, Mengenal Metode Pembelajaran, (Semarang: UNISSULA PRESS, 2013), hlm, 18.

[18]Wawancara penulis  dengan,  Erness Kondo.  Seketaris PPA Muara Tae, Kalimatan Timur. jam 09:09-10:30, kamis 05-11-2020.

[19]Pengamatan pecnulis di Pusat pengembangan Anak (PPA) desa Muara Tae, pertengahan mei hingga akhir juli 2018, melalui Praktek magang.

[20]Husaini Usman dan Pronomo Setiandi Akbar, Metode Penelitian Sosial,  (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81.

[21]J. R Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo, 1998), hlm, 103.

[22]George A. Makdisi, Cita Humanisme Islam, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Sastra, 2005), 427.

[23]B Samuel Sidjabat, ­Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1994), 36.

[24]Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI (Anggota IKAPI), 2006), 4.

[25]Ibid, Paulus Lilik Kristanto, hlm, 82

[26]Paul D. Meier, Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen, (Yogyakarta: (PBMR) ANDI, 1991),  109.

0 komentar: