BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab
ini akan menjelaskan secara sistematis: latar belakang masalah, idenfikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan
penelitian meliputi manfaat teoritis, manfaat praktis, metodologi, definisi
istilah, dan sistematika penulisan.
Latar
Belakang Masalah
Salah
satu lembaga misi yang dikenal nama Compassion hadir di Indonesia pada tahun
1968, memiliki sebuah kerinduan untuk
membangun sebuah lembaga yang dapat menaungi dalam hal pelayanan anak,
sponsorship, menjamin kesehatan, dan pendidikan anak-anak, dalam hal ini
Compassion melibatkan Gereja lokal sebagai mitra.[1]
Secara
umum kemitraan, ialah suatu usaha kerja
sama antara dua pihak dengan hak dan kewajiban yang setara dan saling
menguntungkan. Hubungan kemitraan usaha
umumnya dilakukan antara dua pihak yang memiliki posisi sepadan dan memiliki
tujuan yang sama. Kemitraan seringkali dijumpai di dalam dunia bisnis.[2]
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan, institusi Kristen atau keagamaan
juga bisa mempraktekannya, karena istilah kemitraan dapat digunakan secara
umum. Pelayanan yang dihasilkan oleh Compassion dan Gereja yakni, Pusat
Pengembangan Anak (PPA).
PPA
ID-541 Agape Muara Tae berdiri pada tahun 2016, terletak di Muara Tae Kecamatan
Jempang, Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur, bekerja sama (bermitra) dengan
Gereja Persekutuan Injili Indonesia (GPMII) Jemaat Muara Tae.[3] Keanggotaan PPA terdiri dari penangungung
jawab, staf, komisi keuangan, komisi pengembangan, tutor serta mentor. Adapun
jumlah anak-anak di PPA ID-541
Agape Muara Tae secara keseluruhan 177
anak dan yang membimbing berjumlah dua
belas tutor, adapun anak-anak yang berusia 9-11 tahun berjumlah
86 anak dan yang membimbing ada empat tutor.[4]
Dalam
tugas pokok dan fungsi jabatan (TUPOKSI) PPA, Tutor merupakan tenaga pendidik
(pembimbing) untuk anak yang berusia 9-11 tahun, dan inilah yang membedakannya
dari tugas mentor yang membimbing anak usia 12-20 tahun. Sehingga yang bertanggung jawab untuk anak usia 9-11
tahun adalah tugas para tutor. Dalam
membina anak-anak, para tutor dilengkapi dengan pembinaan oleh pihak
Compassion, memiliki buku ajar, serta lembar tutorial sebagai bahan evaluasi
oleh staf.
PPA Agape
ID-541 Muara Tae memiliki Visi dan Misi menjangkau anak-anak untuk mengalami
kuasa dan kasih Kristus, sehingga setiap anak dapat mengekspresikan Kristus
dalam setiap kehidupan nyata, serta membimbing anak-anak secara rohani, dari berbagai latar belakang yang berbeda di
wilayah Muara Tae dan sekitarnya, dengan tujuan agar anak yang ada di wilayah
Muara Tae dan sekitarnya dapat bertumbuh dalam kerohanian.[5]
Masa
kanak-kanak merupakan hal yang sangat penting, karena di masa ini merupakan
masa yang paling dasar dan awal dalam proses pembentukan kerohanian anak. Selain itu di masa ini merupakan peristiwa
yang berbekas dan mengesankan. Jika seseorang sudah tua, ia akan mudah
melupakan segala hal yang baru dikenal dan dialaminya, tetapi ia tidak pernah
melupakan hal-hal dimasa kecil yang penah dialaminya. Pada masa kanak-kanak kejernihan dan daya
ingat otak mencapai optimal di usia 9-11
tahun. Masa kanak-kanak, khususnya dibawah 12 tahun adalah masa keemasan
pembentukan kehidupan yang mungkin menjadi wadah dimana Roh Kudus mengalirkan
berkat melalui anak tersebut kepada banyak jiwa.[6]
Sebelum
usia 12 tahun, seorang anak memiliki “modal” yang paling penting untuk
membentuk kehidupan pribadinya dan mempengaruhi hidup orang lain, diluar pribadinya
sendiri. Sebelum usia 12 tahun, masih ada kemungkinan seorang anak dibentuk
menjadi suatu wadah yang memiliki iman, pengharapan, dan kasih secara
berlimpah, sehingga bisa menjadi berkat bagi orang banyak.[7] Oleh karena itu masa kanak-kanak merupakan
masa yang penting sekali dalam pembentukan
karakter maupun kerohanian.
Secara
umum seorang anak Kristen memiliki kebututuhan yang khusus dalam mencapai
pertumbuhan keperbadian dan kerohanian.
Kebutuhan yang penting untuk anak, bahwa anak harus tahu bagaimana Allah
berfirman dan menyatakan kasih-Nya kepada setiap anak. Kebutuhan yang kedua bagi anak peserta didik
adalah mendengarkan Yesus dan melakukan apa yang dikatakan-Nya. Mereka harus belajar untuk taat. Bahkan lebih baik lagi mereka belajar mencintai
hukum Allah.[8] Barulah anak-anak itu dapat dikatakan anak
yang bertumbuh secara keperbadian dan kerohanian.
Secara
spiritual, dengan cara yang sederhana anak-anak usia 9-11 tahun anak siap
menerima pengajaran tentang keselamatan. Orang tua dan guru dapat berperan
menjadi model melalui aktivitas mereka di Gereja. Dengan bimbingan yang benar, anak akan mampu
bertumbuh, bahkan bersaksi bagi Tuhan.[9] Adapun kesaksian yang dapat dilakukan anak
usia 9-11 tahun menurut capaian kompentensi idikator PPA adalah dalam hal, aktif dalam kegiatan sekolah minggu di
Gereja lokal serta anak bisa menceritakan kisah penciptaan dunia dan seluruh
isinya (Kejadian 1 dan 2), anak bisa menceritakan kisah manusia jatuh dalam dosa,
anak bisa menceritakan kehidupan dan kematian Yesus, anak terbiasa berdoa:
contohnya dalam hal doa makan, doa tidur dan sesudah bangun tidur, anak bisa
menjelaskan mamfaat ketaatan yang dilakukan tokoh-tokoh Alkitab, anak rajin
mengikuti ibadah Gereja lokal.[10]
Pada
hakekatnya pendidikan agama Kristen harus dapat membentuk keperbadian dan
kerohanian anak peserta didik, jika pendidikan Agama Kristen tidak dapat
membentuk keperbadian dan kerohanian anak perserta didik, pendidikan tersebut
belum dapat disebut sebagai pendidikan Agama Kristen yang sesungguhnya.[11]
Tujuan
utama sebagai para pendidik agama Kristenadalah menuntun anak-anak masuk kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Ada
dua alasan yang mendukung hal ini. Pertama, dalam kitab suci orang
Yahudi versi kerajaan Allah ditempatkan
sebagai visi dan rencana Allah sendiri bagi seluruh manusia dan
ciptaan-Nya. Kedua, dalam kesinambungan dangan tradisi orang Yahudi,
Yesus memberitakan kabar baik-Nya. Yesus, yang orang-orang Kristen kenal
sebagai Kristus, menjalani kehidupan-Nya dan memberitakan injil-Nya bagi
kerajaan Allah. Demikianlah
tujuan-Nya. Tujuan-Nya seharusnya juga
menjadi tujuan orang yang mendidik anak-anak dalam nama-Nya.[12]
Adapun
masalah yang seringkali terjadi dimasa kanak-kanak ialah merosotnya kerohanian
anak, hal ini tidak bisa dipisahkan dari banyaknya tantangan yang anak-anak
hadapi setiap hari. Banyak sekali aspek,
baik langsung maupun tidak langsung yang berpotensi melemahkan kerohanian anak.[13]
Dalam
pengamatan penulis kemerosotan kerohanian anak-anak usia 9-11 tahun di PPA ID-541
Agepe Muara Tae Kalimatan Timur, terlihat dalam hal: anak jarang datang beribadah, anak tidak
dapat berdoa, anak tidak dapat menceritakan kembali kisah-kisah dalam Alkitab.
Dalam hal ini jelas menunjukkan kurangnya kecakapan tutor dalam menerapkan metode pembelajaran
terhadap anak,sehingga membutuhkan metode-metode yang tepat untuk membantu para tutor dalam
mendidik anak-anak di PPA.[14]
Peran
tutor dalam memimbing serta mendidik anak selama ini masih kurang efektif dan
efisien, anak-anak PPA mengakui bahwa
jarang turun ke PPA dikarenakan tidak suka dengan metode mengajar tutor. Dalam
hal ini harus diakui bahwa bertumbuhnya kerohanian, karakter, bahkan sikap
sehari-hari anak tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh peran kemampuan tutor,
tetapi peran tutor juga mengambil porsi yang cukup signifikan dalam
perkembangan anak. Jika karena ketidak sukaan anak pada metode mengajar tutor,
sehingga ia tidak mau datang lagi ke kegiatan PPA, maka secara otomatis anak
tidak akan mendapat pendidikan apapun. Sehingga yang diperlukan adalah, tutor
harus bisa mengambil simpati anak, dan membuat anak-anak PPA merasa nyaman.[15]
Menurut
Piaget, tahap perkembangan kognitif anak usia 9-11 tahun adalah masuk pada
operasional konkrit, yang mana anak pada usia ini sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
telah memiliki kecakapan logis.[16] Sehingga
Motode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mendidik anak usia 9-11 tahun ialah metode yang bersifat kriatif dan variatif, dalam hal ini para
tutor perlu memberikan motode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
situasi lingkungan, serta sesuai dengan
kemampuan anak-anak yang di bimbing.
Adapun salah satu metode yang
sesuai dengan kemampuan anak usia 9-11 tahun di
PPA Agape ID-451 Kalimatan Timur ialah metode tanya jawab, yang mana
metode ini menuntut pendidik dan peserta
didik sama-sama aktif dalam pembelajaran.
Adapun karakteristik metode ini dapat digunakan dalam kondisi dan
situasi dimana saja, metode tanya jawab adalah suatu metode cara penyampaian
pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid
menjawab. Metode ini dimaksudkan untuk
meninjau pelajaran yang lalu agar para murid memusatkan lagi perhatiannya. Yang
mana akan memberikan pemahaman yang
mendalam kepada peserta didik. Dengan
demikian metode pembelajar juga mampu menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan,
sehingga anak termotivasi mengerjakan tugasnya dengan optimal, serta peserta
didik tidak dapat mudah melupakan setiap pembelajaran yang
telah disampaikan.[17]
Adapun
masalah lain yang memengaruhi kinerja para tutor dalam melakukan pelayanan anak
ialah, hadirnya wabah covid-19, yang mana para tutor memberikan keluhan mereka
dalam merealisasikan kegiatan di PPA ID-541 Muara Tae tidak sama seperti
biasanya. Yang menjadi keluhannya tutor
ialah: Para tutor kebingungan dalam
menerapkan metode mengajar dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan pembinaan kerohanian anak secara tatap muka. Namun dalam hal ini para tutor PPA masih
dapat melakukan pembinaan kerohanian anak dengan cara berkunjung ke
rumah-rumah, dalam hal inipun para tutor mengalami masalah yaitu; ada beberapa respon dari orang tua yang
dianggap tidak dapat bekerja sama dengan para tutor dalam membina kerohanian
anak, yang mana orang tua anak hanya menyerahkan tugas pembinaan kerohanian
anak sepenuhnya kepada para tutor sehingga para tutor merasa kesulitan dalam
membimbing anak tersebut.[18]
Sampai
sejauh ini para tutor memaksimalkan diri, dengan mengikuti beberapa pelatihan
yang secara rutin diadakan oleh
Compassion, namun masalahnya adalah
latar belakang pendidikan para tutor, yang hanya paling maksimal lulus sekolah
menengah atas (SMA), memang secara umum Compassion telah menetapkan kualifikasi
status pendidikan tertentu manimal sekolah menengah atas (SMA), dan
lebih dilihat dari segi kerohanian, bahwa para tutor terlibat dalam
pelayanan baik pemuda, maupun sekolah minggu di Gereja masing-masing. Namun
dalam hal ini para tutor yang dipanggil menjadi pendidik dan pembina anak-anak
PPA ID-541 di Muara Tae tidak mendapatkan pembelajaran pemahaman Alkitab maupun
pelatihan terlebih dahulu, sehingga adanya sikap tutor yang merasa bahwa
tugasnya di PPA hanya sebagai pekerjaan biasa dan bukan pelayanan, karena PPA
juga memberikan honor bagi setiap tutor yang ada.[19]
Sehingga
dari masalah-masalah diatas, penulis berkeinginan untuk menulis sebuah skripsi
tentang: “Peran Tutor Dalam PembelajaranPendidikan
Agama Kristen Dengan Pendekatan Metode Tanya Jawab Terhadap Pertumbuhan
Kerohanian Anak Usia 9-11 Tahun Di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541
Muara Tae Kalimatan Timur”.
Idenfikasi Masalah
Terkait
pada topik penelitian dan latar belakang masalah diatas maka penulis
mengidenfikasi beberapa masalah yang dianggap sangat penting oleh penulis
yakni:
1.
Di lapangan ditemukan banyak anak PPA yang jarang datang
beribadah, di indikasikan orang tua kurang memotivasi anak dalam mengkuti
ibadah, Sehingga dapat dimunculkan
pertanyaan sejauh mana peran orang tua dalam memotivasi anak dalam hal
mengikuti ibadah, sehingga mengalami pertumbuhan kerohanian yang baik.?
2. Di lapangan ditemukan banyak
anak PPA yang tidak dapat berdoa serta tidak dapat menceritakan kisah-kisah
dalam Alkitab, diindikasikan tutor kurang cakap dalam mengajar anak, sehingga dapat
dimunculkan pertanyaan, Apakah Lembaga PPA mempersiapkan para calon tutor dengan melakukan pelatihan sebelum menjadi tutor?
3.
Di lapangan ditemukan
anak-anak PPA mengakui jarang mengikuti
pembelajaran PAK di PPA dikarenakan
tidak suka dengan metode mengajar tutor yang membimbing. Diindikasikan tutor menggunakan metode yang
tidak tepat dalam mengajar PAK. Sehingga
dapat dimunculkan pertanyaan metode apa yang tepat untuk melakukan pembejaran
PAK pada anak usia 9-11 Tahun di PPA
Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?
4.
Di lapangan ditemukan para tutor mengalami kesulitan dalam
membina anak di PPA secara tatap muka dikarenakan timbulnya wabah covid-19,
yang mana hal ini mempengaruhi kinerja tutor dalam mendidik dan membimbing anak
di PPA. Diindikasikan tidak ada sarana yang memadai seperti
jaringan internet dan laptop untuk melaksanakan pembelajaran secara
daring. Sehingga dapat dimunculkan
pertanyaan bagaimana cara tutor mengatasi kendala mengajar dimasa pandemi virus
corona sekarang ini?
5.
Di lapangan ditemukan orang tua anak PPA tidak dapat berkerja
sama dengan tutor dalam membimbing dan mendidik anak sehingga mengalami pertumbuhan
kerohanian dengan baik, di idikasikan orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada
tutor untuk membina anak yang ada di PPA. Bagaimana Peran tutor dalam Pendidikan Agama Kristen terhadap
pertumbuhan kerohanian anak Usia 9-11 tahun di Pusat Pengembangan Anak (PPA)
Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?
6.
Di lapangan ditemukan sikap tutor yang menganggap pelayanan
di PPA adalah suatu pekerjaan biasa, di indikasikan bahwa tidak adanya pelatihan yang khusus bagi tutor yang
baru masuk di PPA dan kurangnya pemahaman
akan kebenaran firman Tuhan. Sehingga
dapat timbul pertanyaan sejauh mana pemahaman tutor terhadap firman Tuhan.?
Pembatasan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang dan indenfikasi masalah pada skripsi berjudul “Peran Tutor
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan
Metode Tanya Jawab Terhadap Pertumbuhan Kerohanian Anak Usia 9-11 Tahun Di
Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kalimantan Timur”.
Penulis membatasi masalah pada nomor tiga, dan lima sebagai berikut:
1.
Di lapanagan ditemukan
anak-anak PPA mengakui jarang mengikuti
pembelajaran PAK di PPA dikarenakan
tidak suka dengan metode mengajar tutor yang membimbing. Diindikasikan tutor tidak menggunakan metode
yang tepat dalam mengajar PAK. Sehingga
dapat dimunculkan pertanyaan metode apa yang tepat untuk melakukan pembejaran PAK terhadap anak-anak usia 9-11
Tahun di PPA Agape ID-541 Muara Tae
Kaliamantan Timur.?
2.
Di lapangan ditemukan orang tua anak PPA tidak dapat berkerja
sama dengan tutor dalam membimbing dan mendidik anak sehingga mengalami
pertumbuhan kerohanian dengan baik, di idikasikan orang tua menyerahkan
sepenuhnya kepada tutor untuk membina anak yang ada di PPA. Sejauh mana peran tutor dalam
Pendidikan Agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak Usia 9-11 tahun
di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa pokok masalah
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Sejauh mana efektifitas implementasi metode
tanya jawa dalam pembelajaran PAK terhadap
anak-anak usia 9-11 tahun di PPA Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?
2. Sejauh mana peran tutor dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
terhadap pertumbuhan kerohanian anak Usia 9-11 tahun di Pusat Pengembangan Anak
(PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.?
Tujuan Penulisan
Dengan
mengacu pada pokok judul penulis skripsi dan merujuk pada perumusan masalah
penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan
penjelasansejauh mana efektifitas penerapanmetode metode tanya jawab dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen terhadap anak usia 9-11 Tahun.
2. Untuk memberikan penjelaskan sejauh mana peran tutor dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
terhadap pertumbuhan kerohanian anak usia 9-11 tahun di Pusat Pengembangan anak
(PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kaliamantan Timur.
Signifikasi Penelitian
Dalam bagian ini akan dijelaskan dua
hal yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.
Kepentingan Teoritis
Kontribuksi untuk bidang keilmuan:
1. Secara teoritis hasil
penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi pengembangan pendidikan
mengenai peran tutor dalam membimbing dan mendidik anak. Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat
sebagai bahan referensi, bahan pengetahuan dan bahan pengembangan bagi riset
selanjutnya di bidang yang sejenis.
Kepentingan Praktis
1. Bagi penulis sendiri, supaya
penulis melihat masalah ini sebagai pembelajaran di masa mendatang dan berguna
bagi kehidupan penulis dalam pelayanan penulis.
2. Bagi para pembaca yang
membimbing dan mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di PPA ID-541 Muara Tae
Kalimantan Timur, untuk mengetahui dan mengingatkan tugasnya sebagai Tutor PAK.
3. Dapat menjadi masukan bagi
Tutor PAK dalam memperhatikan dan memperdulikan anak-anak yang berasal dari
latar belakang yang berbeda.
Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian lapangan
metode kualitatif cenderung terarah pada gejala-gejala atau fanomena-fanomena yang faktual, benar-benar
nyata terjadi di tengah-tengah kelompok masyarakat tertentu. Dengan metode
kualitatif penulis berusaha memahami dan menjelaskan sejelas-jelasnya tentang
suatu kegiatan belajar mengajar antara tutor dan anak-anak di PPA ID-541 Muara
Tae Kalimatan Timur. Adapun tujuan penulis untuk memapaparkan apa yang
benar-benar terjadi dalam pertumbuhan kerohanian anak-anak PPA dengan pola
bimbingan dan didikan para tutor. [20]
Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulisan mengunakan metode
kualiatitif deskriptif analitis, dengan sumber-sumber yang relevan dan mendukung,
serta penelitian untuk memperoleh gambar tentang “Peran Tutor Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan
Metode Tanya Jawab Terhadap
Pertumbuhan Kerohanian Anak Usia 9-11 Tahun Di Pusat Pengembangan Anak (PPA)
Agape ID-451 Muara Tae Kalimatan Timur”.
Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data berupa cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data dalam mengungkapkan dan mejelaskan
sejauh mana efektivitas peran tutor dalam pembelajaran pendidikan agama
Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak. Maka dengan ini penulis melakukan
pengumpulan data berdasarkan dua sumber
yakni studi litaratur dengan menggunakan buku-buku yang terkait dan
relevan dengan topik.[21]
Yang kedua penulis akan melakukan secara observasi langsung maupun tidak
langsung, kemudian melakukan wawancara dengan empat tutor dan sepuluh anak PPA yang berusia 9-11
tahun yang mengalami kemerosatan kerohanian.
Adapun tujuan wawancara untuk meminta penjelasan tentang bimbingan dan
pendidikan yang dilakukan oleh para tutor.
Definisi Istilah
Judul
dari skripsi ini adalah “Peran Tutor Dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen Dengan Metode Tanya Jawab Terhadap Pertumbuhan Kerohanian Anak Usia
9-11 Tahun Di Pusat Pengembangan Anak (PPA) Agape ID-541 Muara Tae Kalimantan Timur” untuk menghindari kesalahpahaman dalam
mengartikan istilah kata-kata yang dipergunakan, berikut uraian batasan-batasan
pengertian dan lingkup cakup permasalahannya adalah:
1. Tutor adalah secara khusus
digunakan untuk menyebut pembimbing belajar, yang juga dipahami sebagai orang
yang mengajarkan adab, etika pemikiran dan etika perilaku. Seorang tutor
melaksanakan fungsinya sebagai pengajar dan bertindak sebagai pembimbing
pribadi.[22]
2. Pendidikan Agama Kristen
adalah penyampaian kebenaran yang dinyatakan Tuhan dalam Alkitab.[23]
Pendidikan agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus bergantung pada Roh Kudus, yang
membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pada pertumbuhan, melalui pembelajaran masa kini kearah
pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melelui Kristus dalam
setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif,
yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para
murid.[24]
3. Metode adalah merupakan alat
yang digunakan oleh pengajar untuk mengemunikasikan pengetahuan, ide, atau
kebenaran. Dari pendekatan PAK metode merupakan saranan yang dipakai untuk
membawa murid mengenal Tuhan Yesus dan firman-Nya.[25]
4. Pertumbuhan kerohanian adalah
proses seseorang semakin serupa dengan Kristus.
Gagasan tentang suatu awal perkembangan yang berbeda dengan
bidang-bidang perkembangan lain.[26]
Sistematis Penulisan
Dalam bab pertama, telah menjabarkan
mengenai pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang masalah, idenfikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulis, kepentingan
teoriti, kepentingan praktis, definisi istilah, metode penulisan dan sistematis
penulisan.
Pada bab dua berisi tentang kajian
teori, kerangka berfikir yang membahas tentang konsep-konsep yang berkaitan
dengan penelitian ini, yaitu masalah peran tutor PAK dalam membimbing anak didik dan pengajuan
hipotesis.
Pada bab tiga, metode penelitian
menyajikan tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan
sample penelitian, metode pengumpulan data,
analisa data dan kesimpulan.
Pada bab empat, menjelaskan hasil dari
penelitian akan analisis peran tutor PAK dalam mengembangkan pertumbuhan
kerohanian anak perserta didik.
Bab lima berisi kesimpulan, implikasi
dan saran, bagian ini akan dijelaskan berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan.
[1]Buku Panduang kemitraan versi 2.0 2012, (Bandung: Compassion
Indonesia), 20-57.
[2]Sudadi Martodireso, Widada Agus Suryanto, MM, Agribisnis Kemitraan
Usaha Bersama, (Jakarta: Kanisius (Anggota IKAPI) 2002), 12.
[3]Wawancara penulis dengan, Asmaja Christanto. Penanggung jawab PPA Muara Tae, kalimatan Timur. jam, 18:46, hari kamis 09-04-2020.
[4]Wawancara penulis dengan, Erness Kondo. Seketaris PPA Muara Tae, Kalimatan Timur. jam 10:00-10:30, kamis 14-01-2021.
[5]wawancara penulis dengan, Selvi. Koordinator PPA Muara Tae Kalimatan Timur. jam, 17:48, hari rabu, 15 April 2020.
[6]Stephen Tong, Aspek Jiwa 1, (Surabaya: Momentum, 2018), 5.
[7]Ibid, Stephen Tong, 6.
[8]Phyllis Kilbour, Children In Crisis A New Commitment, (Songgokerto:
Yayasan Sunfokus Indonesia 2002), 188-190.
[9]Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama
Kristen, (Yogyakarta: ANDI (Anggota IKAPI) 2006), 91-92.
[10]Compassion, Buku pencapaian Indikator anak PPA.
[11]Mary Setiawani, Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen, (Surabaya:
Momentum 2017), 93-94.
[12]Thomas H. Groome, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011), 49.
[13]E. B Surbakti, Kenalilah Anak remaja Anda, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), 277.
[14]Pengamatan penulis di Pusat pengembangan Anak (PPA) desa Muara Tae,
pertengahan mei hingga akhir juli 2018, melalui Praktek magang.
[15]Wawancara penulis dengan Rofa. Tutor PPA Muara Tae Kalimatan timur. jam 19:40, Jumat, 24-04-2020.
[16]Admila Rosada, Menjadi Guru Kriatif: Praktik-Praktik Pembelajaran, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2018), hlm, 108-109.
[17]Muhamad Anas, Mengenal Metode
Pembelajaran, (Semarang: UNISSULA
PRESS, 2013), hlm, 18.
[18]Wawancara penulis dengan, Erness Kondo. Seketaris PPA
Muara Tae, Kalimatan Timur. jam 09:09-10:30, kamis 05-11-2020.
[19]Pengamatan pecnulis di Pusat pengembangan Anak (PPA) desa Muara Tae,
pertengahan mei hingga akhir juli 2018, melalui Praktek magang.
[20]Husaini Usman dan Pronomo Setiandi Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81.
[21]J. R Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo, 1998),
hlm, 103.
[22]George A. Makdisi, Cita Humanisme Islam, (Jakarta: PT Serambi Ilmu
Sastra, 2005), 427.
[23]B Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta:
Yayasan ANDI, 1994), 36.
[24]Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta:
ANDI (Anggota IKAPI), 2006), 4.
[25]Ibid, Paulus Lilik Kristanto, hlm, 82
[26]Paul D. Meier, Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen, (Yogyakarta:
(PBMR) ANDI, 1991), 109.
0 komentar:
Posting Komentar