Januari 02, 2022
0

 

 

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Dalam pendahuluan ini akan dituliskan mengenai: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kepentingan penelitian, metodologi penelitian, definisi istilah, sistematika penulisan.

 

Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan rohani merupakan hal yang diinginkan Tuhan bagi setiap orang percaya.  Kenyataan Allah menciptakan manusia untuk menjadi serupa dengan Kristus.  Karena itu setiap orang percaya perlu untuk bertumbuh.  Secara jelas Rasul Petrus menjelaskan konsep ini dalam II Petrus 3:18, “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.  BagiNya kemuliaaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.[1]  Kata “bertumbuhlah” dalam bahasa Yunani menggunakan  auxanete” (auxanete).  Kata ini merupakan kata kerja yang terus menerus berlangsung dalam bentuk tindakan yang dikerjakan, orang kedua jamak yang berarti “kalian sedang bertumbuh”.[2] 

Pertumbuhan rohani sangatlah penting dalam kehidupan setiap orang Kristen.  Pertumbuhan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai bertambah besar atau berkembang.[3]  Sedangkan rohani diartikan sebagai sesuatu yang bersifat kerohanian.[4]  Jadi, arti pertumbuhan rohani adalah bertambah besar atau berkembang dalam kerohanian.  Dalam konteks Kekristenan pengertian pertumbuhan rohani dapat diuraikan sebagai proses seseorang menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus.  Proses tersebut meliputi ketaatan dan mentransformasikan diri sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.[5]  Ketaatan pada Allah mempunyai keterlibatan yang sangat berkuasa dalam setiap aspek hidup manusia.[6]

            Pertumbuhan rohani adalah komitmen bagi setiap orang percaya.  Setiap orang percaya dituntut untuk terus bertumbuh dalam kerohanian melalui beberapa sarana yang membantu proses seseorang membangun pertumbuhannya yaitu melalui pengenalan yang benar dengan Tuhan dan memberikan hasil nyata dari pertumbuhannya tersebut sebagai aplikasi dari setiap kebenaran.  Pertumbuhan rohani seseorang tidaklah secara instan tetapi membutuhkan proses yang mendasar pada pengenalan akan Allah melalui Alkitab.  Hal demikian sangat penting bagi orang percaya untuk melakukan hubungan yang mendalam dengan Tuhan Yesus dan mengalami pertambahan karakter Kristus di dalam dirinya.  Dalam proses pertumbuhan seseorang, biasanya memerlukan sarana untuk mencapai arah tertentu, pertumbuhan menuju kesempurnaan dengan Kristus pun demikian. 

Penyedia sarana pertumbuhan rohani bagi orang percaya bisa disediakan oleh gereja, organisasi Kristen dan lembaga-lembaga Kristen melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya mampu memberikan disiplin rohani seperti ibadah raya, penelaah Alkitab, renungan yang teratur, pembacaan Alkitab yang berkelanjutan, persekutuan doa, dan lain-lain.  Sarana tersebut berperan untuk melatih dan membawa umat Tuhan menjadi murid Kristus yang bertumbuh secara rohani bukan sebaliknya.  Karena setiap orang Kristen yang mau dipakai oleh Tuhan harus mengutamakan rencana bersekutu bersama-sama dengan Tuhan tiap-tiap hari.[7]

Salah satu kegiatan orang percaya yang dapat memberikan disiplin rohani adalah melakukan renungan pagi.  Renungan pagi sering juga disebut dengan istilah bersaat teduh di pagi hari.  Waktu teduh merupakan saat renungan.[8]  Renungan pagi adalah salah satu bentuk disiplin rohani yang dilakukan pada pagi hari dengan aktivitas berdoa, membaca Alkitab dan merenungkan Firman Tuhan.  Biasanya saat teduh lebih banyak dilakukan di pagi hari sebelum melakukan aktivitas.  Hal ini sebagai bentuk penyerahan diri seseorang dalam melaksanakan aktivitas sepanjang hari itu.[9]  Dalam Kekristenan, hal ini bukan satu hal yang baru tetapi telah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang Kristen sejati.  Renungan pagi bukan sebuah rutinitas dalam kekristenan tetapi merupakan satu bentuk kerendahan hati orang percaya untuk mencari Tuhan baik melalui pembacaan Alkitab, doa terlebih memberikan respon terhadap Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Renungan pagi bukan saja hanya merenungkan Firman Tuhan tetapi juga merenungkan betapa Tuhan sangat baik dalam pemeliharaaNya yang tidak terkira bagi orang percaya.

Renungan pagi sebagai salah satu disiplin rohani tentunya ada kontribusinya terhadap pertumbuhan spiritual orang percaya.  Dengan kata lain, akan membawa pengaruh yang baik bagi proses pertumbuhan rohani.  Dalam mencapai hal ini, renungan pagi harus dilakukan dengan adanya komitmen.  Komitmen merupakan bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat kepada orang lain, hal tertentu atau tindakan tertentu.  komitmen sendiri bisa dilakukan dengan cara suka rela atau tanpa unsur paksaan.  Berkomitmen dalam renungan pagi sebagai salah satu bukti mengasihi Allah dengan melakukan atas ketulusan, kerelaan atau tanpa paksa, atas kesadaran akan kerinduan mencari wajah Tuhan di pagi hari. 

Renungan pagi akan membawa pengaruh pada pertumbuhan rohani apabila memiliki komitmen sebagai wujud kerinduan kepada Tuhan dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan hidup.  Jika seorang Kristen memiliki komitmen dalam menerapkan renungan pagi, maka melakukan renungan pagi secara rutin, memuliakan Tuhan, dilakukan sebagai relasi iman kepada Tuhan.  Jika hal ini dapat diterapkan, maka akan menjadi proses yang membangun pertumbuhan iman seorang Kristen untuk semakin mencintai Tuhan, semakin mengenal kebenaran dan menjadi pelaku Firman.

Untuk itu mengapa harus ada komitmen ketika menerapkan renungan pagi karena ketika tidak ada komitmen maka penerapan renungan pagi hanya akan menjadi satu kegiatan yang dilakukan sebagai rutinitas, bisa saja dilakukan dengan asal-asalan, bisa saja dilakukan karena ada motivasi lain, bisa saja dilakukan untuk membanggakan diri sendiri, bisa saja dilakukan tanpa kerinduan kepada Tuhan dan tentunya hal ini tidak akan membawa pengaruh yang positif bagi pertumbuhan rohani seseorang.

Renungan pagi sebagai salah satu disiplin rohani telah diterapkan di salah satu asrama kampus Teologi yaitu Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata Sidoarjo (STTI Efrata Sidoarjo).  STTI Efrata Sidoarjo adalah salah satu Sekolah Tinggi Teologi Injili yang berada di Sidoarjo, Jawa Timur.  Pada awalnya STTI Efrata Sidoarjo didirikan pada tahun 1979 oleh Misi WEC Internasional bersama Gereja Sidang Persekutuan Injili Indonesia (GSPII) dengan nama Pusat pembinaan Rohani Kristen (Pusbinroh).  Seiring berjalannya waktu, Pusbinroh kemudian digantikan dengan nama Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata Sidoarjo yang bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan para hamba Tuhan yang sarjanawi, impartasi dan profesional (SIP).[10]  Salah satu upaya mempersiapkan para hamba Tuhan yang SIP adalah dengan mengadakan asrama (Boarding School).

Renungan pagi yang diterapkan di asrama STTI Efrata Sidoarjo merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa dan mahasiswi di pagi hari pukul 04:20 hingga pukul 05:00.[11]  Renungan pagi dilakukan dengan berkumpul secara bersama-sama oleh para mahasiswa dari asrama putra dan asrama putri di ruang makan STTI Efrata Sidoarjo.  Kemudian setelah berkumpul, masing-masing melakukan saat teduh dengan berdoa dan membaca Alkitab secara teratur dan terurut hingga pada waktu yang telah ditetapkan.  Sebagai konsekuensi dari peraturan STTI Efrata Sidoarjo jikalau tidak mengikut renungan pagi secara bersama-sama berdasarkan waktu yang telah ditentukan, maka akan dikenakan pendispilinan yang telah ditetapkan dari pemimpin asrama putra dan asrama putri berupa cuci piring.

Melalui renungan pagi ini, mahasiswa dan mahasiswi diharapkan dapat mengambil kesempatan untuk melakukan persekutuan secara pribadi kepada Tuhan dan mengalami pertumbuhan rohani yang baik.  Sebagai mahasiswa dan mahasiswi Teologi sistem pendidikanya diarahkan untuk menggeluti bidangnya dan menjadikan sebagai satu kebiasaan untuk melakukan kegiatan yang mendekatkan diri kepada Tuhan baik tentang akademis maupun praktis di asrama.  Demikian juga renungan pagi diterapkan untuk melatih para mahasiswa dan mahasiswi terbiasa untuk melakukan kegiatan yang membangun spiritualitasnya. 

Dalam pengamatan penulis, renungan pagi di STTI Efrata Sidoarjo dalam tiga tahun terakhir yaitu 2017-2020, terjadi perubahan berkaitan dengan penerapannya.  Berdasarkan pengamatan penulis, penulis menemukan beberapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum memahami makna mengikuti kegiatan renungan pagi yang sesungguhnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya dari mahasiswa dan mahasiswi yang menganggap sebagai rutinitas saja dan bahkan ada yang tidak melakukan renungan pagi.  Komitmen dalam menerapkan renungan pagi mulai berkurang dan hampir hilang dengan ditandainya sebagian mahasiswa dan mahasiswi malas dan tidak ikut dalam renungan pagi.  Bahkan ada yang ikut renungan pagi tetapi sesampai di ruang renungan, justru melakukan beberapa aktivitas lain seperti tidur, berbicara dengan teman, serta membuat keributan sehingga mahasiswa dan mahasiswi yang sedang melakukan renungan akan terganggu.  Selain itu, ada juga yang ikut renungan tetapi hanya secara rutinitas dan takut terhadap aturan.  Sehingga dalam pelaksanaannya, sebagian mahasiswa dan mahasiswi tidak melakukan renungan pagi dengan benar.[12]

            Dalam beberapa prapenelitian penulis terhadap mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo mengatakan bahwa renungan pagi yang diterapkan di STTI Efrata Sidoarjo sangat efektif untuk anak asrama putra dan putri yaitu memiliki kesempatan untuk bersaat teduh pribadi dengan Tuhan namun, di sisi lain renungan pagi dilakukan hanya seperti rutinitas saja karena takut terhadap hukuman yang telah ditetapkan oleh kampus yaitu cuci piring.[13]  Renungan pagi di STTI Efrata Sidoarjo sangat bermanfaat karena bisa mengambil waktu secara pribadi kepada Tuhan yaitu berdoa dan membaca Alkitab namun, di sisi lain renungan pagi hanya dilakukan sebagai rutinitas saja biar dapat penilaian dan biar tidak dihukum.[14]

            Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan dan pranelitian terhadap beberapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo, renungan pagi di STTI Efrata Sidoarjo yang dengan tujuan untuk membangun pertumbuhan rohani dan karakter mahasiswa dan mahasiswi, belum diterapkan secara efektif.  Beberapa memahami renungan pagi sebagai rutinitas setiap pagi, dilakukan karena motivasi yang berbeda, dilakukan atas dasar takut terhadap aturan atau menghindari pendisplinan sehingga membawa pengaruh atau dampak kurang baik pada pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo. 

            Kenyataan ini menjadi masalah yang serius bagi penulis, sekaligus menjadi keprihatinan penulis terkait dengan pemahaman dan komitmen penerapan renungan pagi oleh beberapa mahasiswa dan mahasiswi Teologi dan PAK (Pendidikan Agama Kristen).  Asrama kampus STTI Efrata Sidoarjo telah memfasilitasi tetapi terabaikan dalam penerapnnya.  Jikalau hal ini terus dibiarkan dan dibiasakan, maka akan berdampak bagi kebiasaan untuk tidak menggunakan waktu berteduh dengan baik dan membawa pengaruh yang kurang efektif pada karakter mahasiswa dan mahasiswi baik ketika telah berada di ladang pelayanan dan maupun dampaknya bagi mahasiswa-mahasiswa baru ke depan.

Melalui skripsi ini penulis akan meneliti sejauhmana komitmen mahasiswa dan mahasiswi dalam menerapkan renungan pagi bagi pertumbuhan rohani serta membangun kembali pemahaman mahasiswa dan mahasiswi tentang apa itu renungan pagi, apa itu pertumbuhan rohani serta pentingnya komitmen mahasiswa dan mahasiswi dalam menerapkan renungan pagi untuk pertumbuhan rohani sebagai calon-calon hamba Tuhan di STTI Efrata Sidoarjo.  Untuk itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Komitmen Renungan Pagi Terhadap Pertumbuhan Rohani Mahasiswa - Mahasiswi Di Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata Sidoarjo”.

 

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada topik penelitian ini, serta menunjuk kepada latar belakang masalah sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1.    Di lapangan ditemukan bahwa beberapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum memahami makna mengikuti kegiatan disiplin renungan pagi yang sesungguhnya, hal ini dibuktikan dengan mereka banyak yang menganggap sebagai rutinitas saja dan bahkan ada yang tidak mengikuti disiplin renungan pagi.  Apa yang dimaksud dengan renungan pagi?

2.    Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan mahasiswi ketika melaksanakan aktivitas renungan pagi tidak menjalankannya dengan benar karena kebanyakan memilih berbicara dengan teman daripada berdoa dan membaca Alkitab.  Mengapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak bisa menjalankan disiplin renungan pagi dengan benar?

3.    Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak semua melakukan disiplin renungan pagi atas dasar kerinduan untuk membangun hubungan dengan Tuhan, tetapi kebanyakan melakukannya karena rutinitas saja.  Mengapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak melaksanakan renungan pagi atas dasar kesadaran bahwa disiplin renungan pagi adalah sarana untuk membangun pertumbuhan rohani?

4.    Di lapangan ditemukan bahwa kebanyakan mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo melaksanakan disiplin renungan pagi karena takut terhadap aturan.  Mengapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo takut terhadap aturan daripada kepada Tuhan?

5.    Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum mampu melaksanakan dan mengaplikasikan renungan pagi dalam pertumbuhan rohani mereka.  Bagaimana komitmen terhadap renungan pagi mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo?

 

Pembatasan Masalah

Menunjuk pada identifikasi masalah di atas, maka penulis skripsi membatasi masalah yang akan dibahas  dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut:

1.    Di lapangan ditemukan bahwa beberapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum memahami makna mengikuti kegiatan renungan pagi yang sesungguhnya, hal ini dibuktikan dengan mereka banyak yang menganggap sebagai rutinitas saja dan bahkan ada yang tidak mengikuti renungan pagi.  Apa yang dimaksud dengan renungan pagi?

2.    Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan mahasiswi ketika melaksanakan aktivitas renungan pagi tidak menjalankannya dengan benar karena kebanyakan memilih berbicara dengan teman daripada berdoa dan membaca Alkitab.  Mengapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak bisa menjalankan renungan pagi dengan benar?

3.    Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum mampu melaksanakan dan mengaplikasikan makna renungan pagi dalam pertumbuhan rohani mereka.  Bagaimana komitmen terhadap renungan pagi mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo?

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka penulis menetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1.    Apakah yang dimaksud dengan renungan pagi?

2.    Mengapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak melaksanakan renungan pagi dengan benar?

3.    Bagaimana komitmen terhadap renungan pagi mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo?

Tujuan Penelitian

Dengan mengacu kepada judul penelitian dan merunjuk kepada masalah penelitian di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Untuk menjelaskan apakah yang dimaksud dengan renung pagi.

2.    Untuk menjelaskan mengapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak melaksanakan renungan pagi dengan benar.

3.    Untuk menjelaskan bagaimana komitmen terhadap renungan pagi mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo?

 

Kepentingan Penulisan

            Hasil penulisan mengenai “Komitmen Renungan Pagi bagi Pertumbuhan Rohani Mahasiswa - Mahasiswi Di Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata Sidoarjo” ini diharapkan akan membawa signifikansi yang nyata dalam lingkup dinamika kehidupan pertumbuhan rohani, baik kepentingan secara teoritis maupun kepentingan secara praktis sebagai berikut.

 

Kepentingan Teoritis

Secara teoritis, hasil penulisan mengenai pokok ini akan membawa kepentingan yang signifikan, antara lain:

1.     Skripsi ini secara teoritis diharapkan akan memberikan sumbangsih yang penting bagi seluruh mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tentang komitmen renungan pagi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan rohani.

2.     Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai pertumbuhan rohani yang benar melalui renungan pagi dan memberikan pemahaman, pengembangan pengetahuan serta wawasan, masukan kepada penulis, STTI Efrata Sidoarjo dan orang Kristen tentang pentingnya komitmen renungan pagi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan rohani orang percaya.

 

Kepentingan Praktis

1.       Bagi penulis, melalui penulisan karya tulis ini penulis dapat melaksanakan langsung dan memiliki komitmen terhadap renungan pagi dengan baik.

2.     Bagi mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo melalui penulisan karya tulis ini penulis membuat mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo melaksanakan dan berkomitmen dalam menerapkan renungan pagi di mana pun berada, dengan sikap yang taat kepada Tuhan.

3.     Bagi STTI Efrata Sidoarjo, melalui penulisan karya tulis ini, penulis mengharapkan STTI Efrata Sidoarjo tetap menerapkan renungan pagi sebagai salah satu sarana pertumbuhan rohani bagi calon-calon hamba Tuhan.

4.     Bagi seluruh orang Kristen, melalui penulisan karya tulis ini penulis mengharapkan orang-orang Kristen tetap menerapkan dengan komitmen terhadap renungan pagi dengan baik dan teratur.

 

Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dijelaskan dua hal yaitu metode penulisan dan metode pengumpulan data. 

Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode penelitian yaitu metode kualitatif.  Menurut Denzin dan Licoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.  Metode kualitatif ini mengidentifikasikan hal-hal yang relevan dengan makna baik dalam beragamnya keadaan dunia keberagaman manusia, beragam tindakan, beragam kepercayaan dan minat dengan berfokus pada perbedaan bentuk-bentuk hal yang menimbulkan perbedaan makna.[15]  Untuk metode penulisan, penulis menggunakan metode deskriptif (Descriptive Research).  Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.[16]

 

Metode Pengumpulan Data

Untuk mencari data yang akurat dan faktual dari karya tulis ilmiah ini, penulis melakukan riset lapangan, observasi (pengamatan), wawancara kepada mahasiswa - mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo berupa hasil rekaman dan foto.

 

 

 

Definisi Istilah

Pada bagian ini, penulis akan mendefinisikan beberapa kata penting yang berkaitan pada judul skripsi ini.

Komitmen merupakan bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat kepada orang lain, hal tertentu atau tindakan tertentu.  komitmen sendiri bisa dilakukan dengan cara suka rela atau tanpa unsur paksaan.  Banyak orang menjalani komitmen pada sesuatu karena mencintai apa yang mereka lakukan.  Selain itu, sebagian orang Kristen berkomitmen karena takut kehilangan, dan pada intinya komitmen didasarkan atas hal yang ingin dicapai.  Komitmen membutuhkan kesetiaan, ketaatan apapun yang terjadi.  Komitmen biasanya melakukan sesuatu hal dengan tekun dan tidak mau terpengaruh dengan keadaan.[17]

Renungan pagi adalah salah satu sarana bagi orang percaya untuk membangun proses pertumbuhan rohaninya.  Renungan pagi merupakan kesempatan khusus untuk bersekutu dengan Tuhan.  Renungan pagi yang teratur dan disiplin akan terlihat dari pelaksanaan dan aplikasi dalam kehidupan-sehari.  Bersaat teduh dengan berdoa dan membaca Firman Tuhan secara teratur adalah salah satu bagian yang menjadi roda kehidupan murid Yesus yang menggambarkan hubungan murid Yesus sebagai Allah Anak dan Allah Bapa.[18]

Pertumbuhan rohani merupakan pertumbuhan dalam roh manusia atau sisi dalam manusia, yang telah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, agar menjadi serupa dengan Kristus.[19]  Pertumbuhan rohani dari sudut pandang Alkitab adalah perubahan perilaku seseorang secara total untuk serupa dengan Tuhan.  Pertumbuhan Rohani merupakan peningkatan karakter Kristus di dalam diri manusia.[20]  Proses tersebut melibatkan usaha dan tekad dari manusia sebagai objek dari pertumbuhan itu sendiri.  Oswald menegaskan bahwa pertumbuhan rohani menuntut tanggung jawab dari manusia.[21]  Tanggung jawab yang dimaksud adalah usaha dan tekad dari dalam diri untuk menerapkan kebenaran Firman Tuhan.

 

Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan disusun secara sistematis sebagai berikut:

Pada bab pertama, akan dibahas pendahuluan yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metodologi penulisan, definisi istilah dan sistematika penulisan.

Bab dua, kajian teori, kerangka berpikir dan hipotesis.  Dalam kajian teori membahas tentang renungan pagi, pertumbuhan rohani dan komitmen renungan pagi terhadap pertumbuhan rohani.

Bab tiga, berisi uraian metodologi penelitian: tempat dan waktu penelitian, metodologi penelian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, analisa data, dan keterbatasan penelitian.

Bab empat, akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan.

Bab lima, berisi penutup yang di dalamnya mencangkup: kesimpulan, implikasi penelitian dan saran.



[1]Alkitab, (Jakarta: LAI, 2010), 285.

[2]Bible Works c://program files (x86) bibleworks9//init900.swc, tentang bertumbuh dalam Kristus.

[3]W. J. S, Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976), 1093.

[4]Ibid.  1876.

[5]Ajith Fernando.  Pola Hidup Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1989), 216.

[6]The Voice of Martyrs,  Membangkitkan Kesetiaan Seperti Iman Pahlawan, (Surabaya:  Kasih Dalam Perbuatan, 2002 ), 133.

[7]Marvin Leech, Pemuridan I, (Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1987), 43.

[8]Le Roy Pat Paterson.  Buku Pedoman Bagi Orang Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 112.

[9]Evi Nurwindayani Dan Daniel Fajar Panuntun.  Pengaruh Saat Teduh Dan Ibadah Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Pasangan Hidup, (Surakarta: 2019), 270.

[10]Buku Panduan Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata, (Sidoarjo: STTIE), 5-6.

[11]Tata Tertib Berasrama, (Sidoarjo: STTI Efrata), 1.

[12]Hasil pengamatan penulis, 03 Februari 2020.  04.15 WIB.

[13]Viktorya Maryanti Kamusba, wawancara, Sidoarjo 10 Februari 2020, 10:30 WIB

[14]Ladi Prawati, wawancara, Sidoarjo10 Februari 2020, 13:00 WIB.                                              

[15]Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: CV Jejak, 2018), 7.

[16]Husaini Usman dan urnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta:  Bumi Aksara, 1996 ), 4.

[17]https://www.merdeka.com/jateng/komitmen-adalah-tindakan-untuk-melakukan-sesuatu/. Diakses Senin 22 Februari 2021.  7:34 WIB.

[18]Leech.  Pemuridan I. 13.

[19]John Williams. Pertumbuhan Rohani,  (India: Iicm, tth),  5.

[20]Benny Hanayan, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media sosial pada Rohani Pemuda, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), 71.

[21]J.  Oswald Sanders, Kedewasaan Rohani, (Bandung:  Yayasan Kalam Hidup, 2006), 156.

0 komentar: