BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini akan dituliskan mengenai: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, kepentingan penelitian, metodologi penelitian, definisi istilah,
sistematika penulisan.
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan rohani merupakan hal yang diinginkan Tuhan bagi setiap
orang percaya. Kenyataan Allah
menciptakan manusia untuk menjadi serupa dengan Kristus. Karena itu setiap orang percaya perlu untuk
bertumbuh. Secara jelas Rasul Petrus
menjelaskan konsep ini dalam II Petrus 3:18, “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih
karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus. BagiNya kemuliaaan, sekarang
dan sampai selama-lamanya”.[1] Kata “bertumbuhlah” dalam bahasa Yunani
menggunakan “auxanete” (auxanete). Kata ini merupakan kata kerja yang terus
menerus berlangsung dalam bentuk tindakan yang dikerjakan, orang kedua jamak
yang berarti “kalian sedang bertumbuh”.[2]
Pertumbuhan rohani sangatlah penting dalam kehidupan setiap orang
Kristen. Pertumbuhan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia diartikan sebagai bertambah besar atau berkembang.[3] Sedangkan rohani diartikan sebagai sesuatu
yang bersifat kerohanian.[4] Jadi, arti pertumbuhan rohani adalah
bertambah besar atau berkembang dalam kerohanian. Dalam konteks Kekristenan pengertian
pertumbuhan rohani dapat diuraikan sebagai proses seseorang menjadi semakin
serupa dengan Yesus Kristus. Proses
tersebut meliputi ketaatan dan mentransformasikan diri sesuai dengan kebenaran
Firman Tuhan.[5] Ketaatan pada Allah mempunyai keterlibatan
yang sangat berkuasa dalam setiap aspek hidup manusia.[6]
Pertumbuhan
rohani adalah komitmen bagi setiap orang percaya. Setiap orang percaya dituntut untuk terus
bertumbuh dalam kerohanian melalui beberapa sarana yang membantu proses
seseorang membangun pertumbuhannya yaitu melalui pengenalan yang benar dengan
Tuhan dan memberikan hasil nyata dari pertumbuhannya tersebut sebagai aplikasi
dari setiap kebenaran. Pertumbuhan
rohani seseorang tidaklah secara instan tetapi membutuhkan proses yang mendasar
pada pengenalan akan Allah melalui Alkitab.
Hal demikian sangat penting bagi orang percaya untuk melakukan hubungan
yang mendalam dengan Tuhan Yesus dan mengalami pertambahan karakter Kristus di
dalam dirinya. Dalam proses pertumbuhan
seseorang, biasanya memerlukan sarana untuk mencapai arah tertentu, pertumbuhan
menuju kesempurnaan dengan Kristus pun demikian.
Penyedia sarana pertumbuhan rohani bagi orang percaya bisa
disediakan oleh gereja, organisasi Kristen dan lembaga-lembaga Kristen melalui
kegiatan-kegiatan yang sifatnya mampu memberikan disiplin rohani seperti ibadah
raya, penelaah Alkitab, renungan yang teratur, pembacaan Alkitab yang
berkelanjutan, persekutuan doa, dan lain-lain.
Sarana tersebut berperan untuk melatih dan membawa umat Tuhan menjadi
murid Kristus yang bertumbuh secara rohani bukan sebaliknya. Karena setiap orang Kristen yang mau dipakai
oleh Tuhan harus mengutamakan rencana bersekutu bersama-sama dengan Tuhan
tiap-tiap hari.[7]
Salah satu kegiatan orang percaya yang dapat memberikan disiplin
rohani adalah melakukan renungan pagi. Renungan
pagi sering juga disebut dengan istilah bersaat teduh di pagi hari. Waktu teduh merupakan saat renungan.[8] Renungan pagi adalah salah satu bentuk
disiplin rohani yang dilakukan pada pagi hari dengan aktivitas berdoa, membaca
Alkitab dan merenungkan Firman Tuhan.
Biasanya saat teduh lebih banyak dilakukan di pagi hari sebelum
melakukan aktivitas. Hal ini sebagai
bentuk penyerahan diri seseorang dalam melaksanakan aktivitas sepanjang hari
itu.[9] Dalam Kekristenan, hal ini bukan satu hal
yang baru tetapi telah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang Kristen
sejati. Renungan
pagi bukan sebuah rutinitas dalam kekristenan tetapi merupakan satu bentuk
kerendahan hati orang percaya untuk mencari Tuhan baik melalui pembacaan
Alkitab, doa terlebih memberikan respon terhadap Firman Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari. Renungan pagi bukan
saja hanya merenungkan Firman Tuhan tetapi juga merenungkan betapa Tuhan sangat
baik dalam pemeliharaaNya yang tidak terkira bagi orang percaya.
Renungan pagi sebagai salah satu disiplin rohani tentunya ada
kontribusinya terhadap pertumbuhan spiritual orang percaya. Dengan kata lain, akan membawa pengaruh yang
baik bagi proses pertumbuhan rohani.
Dalam mencapai hal ini, renungan pagi harus dilakukan dengan adanya
komitmen. Komitmen merupakan bentuk
dedikasi atau kewajiban yang mengikat kepada orang lain, hal tertentu atau
tindakan tertentu. komitmen sendiri bisa
dilakukan dengan cara suka rela atau tanpa unsur paksaan. Berkomitmen dalam renungan pagi sebagai salah
satu bukti mengasihi Allah dengan melakukan atas ketulusan, kerelaan atau tanpa
paksa, atas kesadaran akan kerinduan mencari wajah Tuhan di pagi hari.
Renungan pagi akan membawa pengaruh pada pertumbuhan rohani
apabila memiliki komitmen sebagai wujud kerinduan kepada Tuhan dan
menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan hidup.
Jika seorang Kristen memiliki komitmen dalam menerapkan renungan pagi,
maka melakukan renungan pagi secara rutin, memuliakan Tuhan, dilakukan sebagai
relasi iman kepada Tuhan. Jika hal ini
dapat diterapkan, maka akan menjadi proses yang membangun pertumbuhan iman seorang
Kristen untuk semakin mencintai Tuhan, semakin mengenal kebenaran dan menjadi
pelaku Firman.
Untuk itu mengapa harus ada komitmen ketika menerapkan renungan
pagi karena ketika tidak ada komitmen maka penerapan renungan pagi hanya akan
menjadi satu kegiatan yang dilakukan sebagai rutinitas, bisa saja dilakukan
dengan asal-asalan, bisa saja dilakukan karena ada motivasi lain, bisa saja
dilakukan untuk membanggakan diri sendiri, bisa saja dilakukan tanpa kerinduan
kepada Tuhan dan tentunya hal ini tidak akan membawa pengaruh yang positif bagi
pertumbuhan rohani seseorang.
Renungan pagi sebagai salah satu disiplin rohani telah diterapkan
di salah satu asrama kampus Teologi yaitu Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata
Sidoarjo (STTI Efrata Sidoarjo). STTI
Efrata Sidoarjo adalah salah satu Sekolah Tinggi Teologi Injili yang berada di
Sidoarjo, Jawa Timur. Pada awalnya STTI
Efrata Sidoarjo didirikan pada tahun 1979 oleh Misi WEC Internasional bersama
Gereja Sidang Persekutuan Injili Indonesia (GSPII) dengan nama Pusat pembinaan
Rohani Kristen (Pusbinroh). Seiring berjalannya
waktu, Pusbinroh kemudian digantikan dengan nama Sekolah Tinggi Teologi Injili
Efrata Sidoarjo yang bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan para hamba
Tuhan yang sarjanawi, impartasi dan profesional (SIP).[10] Salah satu upaya mempersiapkan para hamba
Tuhan yang SIP adalah dengan mengadakan asrama (Boarding School).
Renungan pagi yang diterapkan di asrama STTI Efrata Sidoarjo
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa dan
mahasiswi di pagi hari pukul 04:20 hingga pukul 05:00.[11] Renungan pagi dilakukan dengan berkumpul
secara bersama-sama oleh para mahasiswa dari asrama putra dan asrama putri di
ruang makan STTI Efrata Sidoarjo.
Kemudian setelah berkumpul, masing-masing melakukan saat teduh dengan
berdoa dan membaca Alkitab secara teratur dan terurut hingga pada waktu yang
telah ditetapkan. Sebagai konsekuensi
dari peraturan STTI Efrata Sidoarjo jikalau tidak mengikut renungan pagi secara
bersama-sama berdasarkan waktu yang telah ditentukan, maka akan dikenakan
pendispilinan yang telah ditetapkan dari pemimpin asrama putra dan asrama putri
berupa cuci piring.
Melalui renungan pagi ini, mahasiswa dan mahasiswi diharapkan
dapat mengambil kesempatan untuk melakukan persekutuan secara pribadi kepada
Tuhan dan mengalami pertumbuhan rohani yang baik. Sebagai mahasiswa dan mahasiswi Teologi
sistem pendidikanya diarahkan untuk menggeluti bidangnya dan menjadikan sebagai
satu kebiasaan untuk melakukan kegiatan yang mendekatkan diri kepada Tuhan baik
tentang akademis maupun praktis di asrama.
Demikian juga renungan pagi diterapkan untuk melatih para mahasiswa dan
mahasiswi terbiasa untuk melakukan kegiatan yang membangun spiritualitasnya.
Dalam pengamatan penulis, renungan pagi di STTI Efrata Sidoarjo
dalam tiga tahun terakhir yaitu 2017-2020, terjadi perubahan berkaitan dengan
penerapannya. Berdasarkan pengamatan
penulis, penulis menemukan beberapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata
Sidoarjo belum memahami makna mengikuti kegiatan renungan pagi yang
sesungguhnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya dari mahasiswa dan mahasiswi
yang menganggap sebagai rutinitas saja dan bahkan ada yang tidak melakukan
renungan pagi. Komitmen dalam menerapkan
renungan pagi mulai berkurang dan hampir hilang dengan ditandainya sebagian
mahasiswa dan mahasiswi malas dan tidak ikut dalam renungan pagi. Bahkan ada yang ikut renungan pagi tetapi
sesampai di ruang renungan, justru melakukan beberapa aktivitas lain seperti
tidur, berbicara dengan teman, serta membuat keributan sehingga mahasiswa dan mahasiswi
yang sedang melakukan renungan akan terganggu.
Selain itu, ada juga yang ikut renungan tetapi hanya secara rutinitas
dan takut terhadap aturan. Sehingga
dalam pelaksanaannya, sebagian mahasiswa dan mahasiswi tidak melakukan renungan
pagi dengan benar.[12]
Dalam beberapa
prapenelitian penulis terhadap mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo
mengatakan bahwa renungan pagi yang diterapkan di STTI Efrata Sidoarjo sangat
efektif untuk anak asrama putra dan putri yaitu memiliki kesempatan untuk
bersaat teduh pribadi dengan Tuhan namun, di sisi lain renungan pagi dilakukan
hanya seperti rutinitas saja karena takut terhadap hukuman yang telah ditetapkan
oleh kampus yaitu cuci piring.[13] Renungan pagi di STTI Efrata Sidoarjo sangat
bermanfaat karena bisa mengambil waktu secara pribadi kepada Tuhan yaitu berdoa
dan membaca Alkitab namun, di sisi lain renungan pagi hanya dilakukan sebagai
rutinitas saja biar dapat penilaian dan biar tidak dihukum.[14]
Berdasarkan
pengamatan peneliti di lapangan dan pranelitian terhadap beberapa mahasiswa dan
mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo, renungan pagi di STTI Efrata Sidoarjo yang
dengan tujuan untuk membangun pertumbuhan rohani dan karakter mahasiswa dan
mahasiswi, belum diterapkan secara efektif.
Beberapa memahami renungan pagi sebagai rutinitas setiap pagi, dilakukan
karena motivasi yang berbeda, dilakukan atas dasar takut terhadap aturan atau
menghindari pendisplinan sehingga membawa pengaruh atau dampak kurang baik pada
pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo.
Kenyataan ini
menjadi masalah yang serius bagi penulis, sekaligus menjadi keprihatinan
penulis terkait dengan pemahaman dan komitmen penerapan renungan pagi oleh
beberapa mahasiswa dan mahasiswi Teologi dan PAK (Pendidikan Agama
Kristen). Asrama kampus STTI Efrata
Sidoarjo telah memfasilitasi tetapi terabaikan dalam penerapnnya. Jikalau hal ini terus dibiarkan dan
dibiasakan, maka akan berdampak bagi kebiasaan untuk tidak menggunakan waktu
berteduh dengan baik dan membawa pengaruh yang kurang efektif pada karakter
mahasiswa dan mahasiswi baik ketika telah berada di ladang pelayanan dan maupun
dampaknya bagi mahasiswa-mahasiswa baru ke depan.
Melalui skripsi ini penulis akan meneliti sejauhmana komitmen
mahasiswa dan mahasiswi dalam menerapkan renungan pagi bagi pertumbuhan rohani
serta membangun kembali pemahaman mahasiswa dan mahasiswi tentang apa itu
renungan pagi, apa itu pertumbuhan rohani serta pentingnya komitmen mahasiswa
dan mahasiswi dalam menerapkan renungan pagi untuk pertumbuhan rohani sebagai
calon-calon hamba Tuhan di STTI Efrata Sidoarjo. Untuk itu penulis tertarik untuk mengangkat
judul skripsi “Komitmen Renungan Pagi Terhadap Pertumbuhan
Rohani Mahasiswa - Mahasiswi Di Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata Sidoarjo”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada topik penelitian ini, serta menunjuk kepada latar
belakang masalah sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka peneliti
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Di lapangan ditemukan bahwa beberapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum
memahami makna mengikuti kegiatan disiplin renungan pagi yang sesungguhnya, hal
ini dibuktikan dengan mereka banyak yang menganggap sebagai rutinitas saja dan
bahkan ada yang tidak mengikuti disiplin renungan pagi. Apa yang dimaksud dengan renungan
pagi?
2. Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi ketika melaksanakan aktivitas renungan pagi tidak menjalankannya
dengan benar karena kebanyakan memilih berbicara dengan teman daripada berdoa
dan membaca Alkitab. Mengapa mahasiswa
dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak bisa
menjalankan disiplin renungan pagi dengan benar?
3. Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo
tidak semua melakukan disiplin renungan pagi atas dasar kerinduan untuk
membangun hubungan dengan Tuhan, tetapi kebanyakan melakukannya karena
rutinitas saja. Mengapa mahasiswa dan
mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo
tidak melaksanakan renungan pagi atas dasar kesadaran bahwa disiplin renungan
pagi adalah sarana untuk membangun pertumbuhan rohani?
4. Di lapangan ditemukan bahwa kebanyakan
mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo melaksanakan disiplin renungan pagi karena
takut terhadap aturan. Mengapa mahasiswa
dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo takut terhadap aturan daripada kepada
Tuhan?
5. Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo
belum mampu melaksanakan dan mengaplikasikan renungan pagi dalam pertumbuhan
rohani mereka. Bagaimana komitmen
terhadap renungan pagi mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi
STTI Efrata Sidoarjo?
Pembatasan Masalah
Menunjuk pada identifikasi masalah di atas, maka penulis skripsi
membatasi masalah yang akan dibahas
dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut:
1. Di lapangan ditemukan bahwa beberapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum memahami
makna mengikuti kegiatan renungan pagi yang sesungguhnya, hal ini dibuktikan
dengan mereka banyak yang menganggap sebagai rutinitas saja dan bahkan ada yang
tidak mengikuti renungan pagi. Apa
yang dimaksud dengan renungan pagi?
2. Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi ketika melaksanakan aktivitas renungan pagi tidak menjalankannya
dengan benar karena kebanyakan memilih berbicara dengan teman daripada berdoa
dan membaca Alkitab. Mengapa mahasiswa
dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak bisa menjalankan renungan pagi dengan
benar?
3. Di lapangan ditemukan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo belum mampu
melaksanakan dan mengaplikasikan makna renungan pagi dalam pertumbuhan rohani
mereka. Bagaimana komitmen terhadap
renungan pagi mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI
Efrata Sidoarjo?
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka penulis
menetapkan rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan renungan pagi?
2. Mengapa mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tidak melaksanakan renungan
pagi dengan benar?
3. Bagaimana komitmen terhadap renungan pagi
mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo?
Tujuan
Penelitian
Dengan
mengacu kepada judul penelitian dan merunjuk kepada masalah penelitian di atas,
maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan apakah yang dimaksud dengan
renung pagi.
2. Untuk menjelaskan mengapa mahasiswa dan
mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo
tidak melaksanakan renungan pagi dengan benar.
3. Untuk menjelaskan bagaimana komitmen terhadap
renungan pagi mempengaruhi pertumbuhan rohani mahasiswa dan mahasiswi STTI
Efrata Sidoarjo?
Kepentingan Penulisan
Hasil penulisan mengenai “Komitmen
Renungan Pagi bagi Pertumbuhan Rohani Mahasiswa - Mahasiswi Di Sekolah Tinggi
Teologi Injili Efrata Sidoarjo” ini diharapkan akan
membawa signifikansi yang nyata dalam lingkup dinamika kehidupan pertumbuhan
rohani, baik kepentingan secara teoritis maupun kepentingan secara praktis
sebagai berikut.
Kepentingan Teoritis
Secara teoritis, hasil penulisan mengenai pokok ini akan membawa
kepentingan yang signifikan, antara lain:
1. Skripsi ini secara teoritis
diharapkan akan memberikan sumbangsih yang penting bagi seluruh mahasiswa
dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo tentang komitmen
renungan pagi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan rohani.
2. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi mengenai pertumbuhan rohani yang benar melalui
renungan pagi dan memberikan pemahaman, pengembangan pengetahuan serta wawasan,
masukan kepada penulis, STTI Efrata Sidoarjo dan orang Kristen tentang
pentingnya komitmen renungan pagi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan rohani
orang percaya.
Kepentingan Praktis
1.
Bagi penulis, melalui penulisan karya tulis
ini penulis dapat melaksanakan langsung dan memiliki komitmen terhadap renungan
pagi dengan baik.
2. Bagi mahasiswa
dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo melalui penulisan
karya tulis ini penulis membuat mahasiswa dan mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo
melaksanakan dan berkomitmen dalam menerapkan renungan pagi di mana pun berada,
dengan sikap yang taat kepada Tuhan.
3. Bagi STTI Efrata Sidoarjo,
melalui penulisan karya tulis ini, penulis mengharapkan STTI Efrata Sidoarjo
tetap menerapkan renungan pagi sebagai salah satu sarana pertumbuhan rohani
bagi calon-calon hamba Tuhan.
4. Bagi seluruh orang Kristen,
melalui penulisan karya tulis ini penulis mengharapkan orang-orang Kristen tetap
menerapkan dengan komitmen terhadap renungan pagi dengan baik dan teratur.
Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini akan dijelaskan dua hal yaitu
metode penulisan dan metode pengumpulan data.
Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode
penelitian yaitu metode kualitatif.
Menurut Denzin dan Licoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena
yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang
ada. Metode kualitatif ini
mengidentifikasikan hal-hal yang relevan dengan makna baik dalam beragamnya
keadaan dunia keberagaman manusia, beragam tindakan, beragam kepercayaan dan minat
dengan berfokus pada perbedaan bentuk-bentuk hal yang menimbulkan perbedaan
makna.[15] Untuk metode penulisan, penulis menggunakan
metode deskriptif (Descriptive Research). Penelitian deskriptif bermaksud membuat
pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.[16]
Metode Pengumpulan Data
Untuk mencari data yang akurat dan faktual dari karya tulis ilmiah
ini, penulis melakukan riset lapangan, observasi (pengamatan), wawancara kepada
mahasiswa - mahasiswi STTI Efrata Sidoarjo berupa hasil rekaman dan foto.
Definisi Istilah
Pada bagian ini, penulis akan mendefinisikan beberapa kata penting
yang berkaitan pada judul skripsi ini.
Komitmen merupakan bentuk dedikasi atau kewajiban yang
mengikat kepada orang lain, hal tertentu atau tindakan tertentu. komitmen sendiri bisa dilakukan dengan cara
suka rela atau tanpa unsur paksaan.
Banyak orang menjalani komitmen pada sesuatu karena mencintai apa yang
mereka lakukan. Selain itu, sebagian
orang Kristen berkomitmen karena takut kehilangan, dan pada intinya komitmen
didasarkan atas hal yang ingin dicapai.
Komitmen membutuhkan kesetiaan, ketaatan apapun yang terjadi. Komitmen biasanya melakukan sesuatu hal dengan
tekun dan tidak mau terpengaruh dengan keadaan.[17]
Renungan pagi adalah salah satu sarana bagi orang percaya untuk
membangun proses pertumbuhan rohaninya.
Renungan pagi merupakan kesempatan khusus untuk bersekutu dengan
Tuhan. Renungan pagi yang teratur dan
disiplin akan terlihat dari pelaksanaan dan aplikasi dalam kehidupan-sehari. Bersaat teduh dengan berdoa dan membaca
Firman Tuhan secara teratur adalah salah satu bagian yang menjadi roda
kehidupan murid Yesus yang menggambarkan hubungan murid Yesus sebagai Allah
Anak dan Allah Bapa.[18]
Pertumbuhan rohani merupakan pertumbuhan dalam roh manusia atau
sisi dalam manusia, yang telah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, agar
menjadi serupa dengan Kristus.[19] Pertumbuhan rohani dari sudut pandang Alkitab
adalah perubahan perilaku seseorang secara total untuk serupa dengan Tuhan. Pertumbuhan Rohani merupakan peningkatan
karakter Kristus di dalam diri manusia.[20] Proses tersebut melibatkan usaha dan tekad
dari manusia sebagai objek dari pertumbuhan itu sendiri. Oswald menegaskan bahwa pertumbuhan rohani
menuntut tanggung jawab dari manusia.[21] Tanggung jawab yang dimaksud adalah usaha dan
tekad dari dalam diri untuk menerapkan kebenaran Firman Tuhan.
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan disusun secara sistematis sebagai
berikut:
Pada bab pertama, akan dibahas pendahuluan yang berkaitan dengan
latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metodologi penulisan,
definisi istilah dan sistematika penulisan.
Bab dua, kajian teori, kerangka berpikir dan hipotesis. Dalam kajian teori membahas tentang renungan
pagi, pertumbuhan rohani dan komitmen renungan pagi terhadap pertumbuhan
rohani.
Bab tiga, berisi uraian metodologi penelitian: tempat dan waktu
penelitian, metodologi penelian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan
data, pengembangan instrumen penelitian, analisa data, dan keterbatasan
penelitian.
Bab empat, akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan
pembahasan.
Bab lima, berisi penutup yang di dalamnya mencangkup: kesimpulan, implikasi penelitian dan saran.
[1]Alkitab, (Jakarta: LAI, 2010), 285.
[2]Bible
Works c://program files (x86) bibleworks9//init900.swc, tentang bertumbuh dalam
Kristus.
[3]W. J. S, Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1976), 1093.
[4]Ibid. 1876.
[5]Ajith
Fernando. Pola Hidup Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1989), 216.
[6]The Voice
of Martyrs, Membangkitkan Kesetiaan Seperti Iman Pahlawan,
(Surabaya: Kasih Dalam Perbuatan, 2002
), 133.
[7]Marvin Leech, Pemuridan I, (Bandung: Lembaga Literatur
Babtis, 1987), 43.
[8]Le Roy
Pat Paterson. Buku Pedoman Bagi Orang Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 112.
[9]Evi
Nurwindayani Dan Daniel Fajar Panuntun. Pengaruh Saat Teduh Dan Ibadah Terhadap
Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Pasangan Hidup, (Surakarta: 2019), 270.
[10]Buku Panduan Sekolah Tinggi Teologi Injili Efrata,
(Sidoarjo: STTIE), 5-6.
[11]Tata
Tertib Berasrama,
(Sidoarjo: STTI Efrata), 1.
[12]Hasil pengamatan penulis, 03
Februari 2020. 04.15 WIB.
[13]Viktorya
Maryanti Kamusba, wawancara, Sidoarjo 10 Februari 2020, 10:30 WIB
[14]Ladi
Prawati, wawancara, Sidoarjo10 Februari 2020, 13:00 WIB.
[15]Albi
Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: CV Jejak, 2018), 7.
[16]Husaini
Usman dan urnomo Setiady Akbar, Metode
Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996 ), 4.
[17]https://www.merdeka.com/jateng/komitmen-adalah-tindakan-untuk-melakukan-sesuatu/.
Diakses Senin 22 Februari 2021. 7:34
WIB.
[18]Leech. Pemuridan I. 13.
[19]John Williams. Pertumbuhan Rohani, (India: Iicm, tth), 5.
[20]Benny Hanayan, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media
sosial pada Rohani Pemuda, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), 71.
[21]J. Oswald Sanders, Kedewasaan Rohani, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006), 156.
0 komentar:
Posting Komentar